tirto.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memperingatkan Turki bahwa AS bakal "menghancurkan sektor ekonominya" jika Ankara terus menyerang pasukan Kurdi di Suriah.
Menurut laporan The Guardian, Trump juga meminta agar pasukan Kursi tak "memprovokasi" Turki.
"[AS] bakal serang ekonomi Turki jika mereka menyerang bangsa Kurdi. Buat zona aman sejauh 20 mil," cuit Trump melalui akun Twitternya pada Senin (14/1/2018).
Pasukan Kurdi di Suriah yang tergabung dalam Kurdish People’s Protection Units (YPG) didukung oleh AS guna menumpas ISIS di wilayah itu.
Sedangkan Turki menilai YPG sebagai kelompok teroris yang terkait dengan Kurdistan Workers Party (PKK) yang berjuang dan memberontak melawan Turki selama puluhan tahun.
Mengutip AP News, pasukan Kurdi makin rentan terhadap serangan Turki usai AS menarik 2.000 pasukan dari wilayah itu. Penarikan pasukan AS dari Suriah itu bersamaan dengan rencana Turki mengirim pasukan ke Suriah untuk menyerang pasukan Kurdi.
Keputusan Trump agar pasukan AS mulai meninggalkan Suriah disampaikan pada Desember lalu lantaran ISIS sudah dikalahkan. Senator Jack Reed, seorang Demokrat Rhode Island, menyebut keputusan itu sebagai "pengkhianatan terhadap mitra Kurdi kita."
Kurdi merupakan sebuah kelompok etnis di Timur Tengah, sama halnya dengan kelompok etnis lainnya seperti etnis Arab, Turki, Yahudi, dan Persia yang sekarang merujuk pada negara Iran.
Bedanya, mereka tak memiliki wilayah yang berdaulat. Wilayah yang mereka sebut sebagai Kurdistan bukanlah sebuah negara resmi yang diakui dunia.
Menurut data World Factbook yang diselenggarakan oleh CIA tahun 2015, ada 14,5 juta orang Kurdi yang mendiami Turki. Kedua ada di Irak sebesar 7 juta orang, disusul di Iran sebesar 6 juta orang, dan Suriah sebanyak 2,5 juta orang.
Ribuan penduduk Kurdi lainnya masing-masing tersebar di negara-negara Eropa, Amerika, Asia Timur. Terkecil penduduknya berjumlah 7000 orang mendiami benua Australia.
Editor: Yantina Debora