tirto.id - Sholat Nisfu Syaban 2023 dapat dilaksanakan setelah bakda Magrib dilanjutkan setelah Isya di malam 15 Syaban 1444 H. Berikut ini jumlah rakaat dan bacaan surat yang dibaca ketika mendirikan Salat Nisfu Syakban.
Umat Islam sebentar lagi akan menginjak salah satu waktu utama di bulan Syakban yakni malam Nisfu Syakban (malam 15 Syakban). Malam Nisfu Syakban istimewa karena di waktu tersebut Allah Swt. membuka ampunan kepada makhlukNya sebagaimana hadis riwayat Imam Baihaqi berikut:
“[Rahmat] Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Syaban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian [kemunafikan],” (H.R. Baihaqi).
Malam Nisfu Syakban 1444 H berdasarkan Kalender Islam dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) jatuh pada Selasa, 7 Maret 2023 bakda Magrib.
Sementara menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dalam Kalender Islam Global, malam Nisfu Syakban 1444 H berjalan mulai Senin, 6 Maret 2023 bakda Magrib.
Malam Nisfu Syakban dapat dihidupkan dengan berbagai amalan yang dianjurkan seperti berzikir, berdoa, membaca Al-Qur’an, hingga mendirikan Salat Nisfu Syakban. Hal ini sebagaimana riwayat dari jalur Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sebagai berikut:
“Apabila malam nisfu syaban [pertengahan bulan Syaban], maka salatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah pada malam itu turun ke langit dunia hingga terbit malam hari. Dia berfirman, ‘Ingatlah, adakah yang memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang memohon rezeki, niscaya Aku akan memberinya. Adakah yang sedang ditimpa ujian, niscaya Aku akan menyelamatkannya. Begitu seterusnya, hingga terbit fajar.’” (HR. Ibnu Majah).
Jumlah Rakaat & Bacaan Surat Sholat Nisfu Syaban 2023?
Sholat Nisfu Syakban menjadi salah satu amalan yang dapat dikerjakan di Malam Nisfu Syakban. Ibnu Taimiyah seorang ulama asal Turki dalam kitab Majmu’ Fatawa menjelaskan tingkatan dasar hadis Salat Nisfu Syakban dan segolongan orang salaf yang mendirikannya sebagai berikut:
“Adapun terkait [sholat] di malam nisfu Syaban, maka banyak hadis serta atsar dari sahabat yang menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf bahwa mereka melakukan salat pada malam nisfu Syaban.”
Shalat Nisfu Syakban dapat didirikan mulai dari 10 – 100 rakaat dengan formasi 2 rakaat 1 salam.
Adapun bacaan surah yang dibaca adalah Al-Fatihah dan Al-Ikhlas. Dilansir laman NU Online, Imam Ghazali seorang filsuf sekaligus teologi muslim asal Persia menjelaskan mengenai tata cara, jumlah rakaat, hingga bacaan surah Salat Nisfu Syakban dalam kitab Ihya Ulumuddin sebagai berikut:
“Adapun shalat sunnah Sya‘ban adalah malam kelima belas bulan Sya‘ban. Dilaksanakan sebanyak seratus rakaat. Setiap dua rakaat satu salam. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu ahad sebanyak 11 kali. Jika mau, seseorang dapat shalat sebanyak 10 rakaat. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah Qulhuwallahu ahad 100 kali. Ini juga diriwayatkan dalam sejumlah shalat yang dilakukan orang-orang salaf dan mereka sebut sebagai shalat khair. Mereka berkumpul untuk menunaikannya. Mungkin mereka menunaikannya secara berjamaah.”
Di sisi lain, dalil pelaksanaan Shalat Nisfu Syakban merujuk pada hadis hasan lighairihi dari Imam Tirmidzi dan sejumlah hadis lain yang dianggap derajatnya lemah. Oleh sebab itu, sebagian ulama menolak kesunahan Salat Nisfu Syakban dengan alasan dalilnya belum mencapai derajat sahih.
Imam Nawawi seorang ulama asal Suriah menjadi salah satu ulama yang menolak kesunahan Salat Nisfu Syakban. Penolakan Imam Nawawi dituliskan dalam kitab Al Majmu Syarhul Muhadzdzab sebagai berikut:
“Kesepuluh adalah shalat yang dikenal dengan Shalat Ar-Raghaib, yaitu 12 rakaat yang dilaksanakan antara maghrib dan isya pada malam Jumat pertama bulan Rajab dan shalat malam nisfu Sya‘ban sebanyak 100 rakaat. Dua shalat ini adalah bid‘ah, munkar, dan buruk. Jangan tertipu dengan penyebutan dua shalat dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya ‘Ulumuddin.”
Meskipun demikian, Imam Nawawi tidak menolak dalil mengenai keistimewaan malam Nisfu Syakban.
Menanggapi beberapa problematika perbedaan pendapat di atas, jumhur ulama bersepakat bahwa hadis hasan maupun hadis daif (lemah) dalam keadaan tertentu dalam dijadikan dasar pelaksanaan ibadah dengan menekankan pada fadhailul a’mal (keutamaan amal). Oleh sebab itu, pelaksanaan Salat Nisfu Syakban dapat dilaksanakan.
Editor: Yulaika Ramadhani