tirto.id - Tenis meja adalah olahraga dalam ruangan yang dimainkan dengan cara saling memukul bola kecil hingga melewati net di atas bidang permainan. Olahraga ini bisa dimainkan satu lawan satu atau berpasangan (ganda).
Saat ini, tenis meja sudah menjadi salah satu cabang olahraga (cabor) yang rutin dipertandingkan di level internasional. Namun, pada awal penemuannya, aturan permainan tenis meja jauh sangat sederhana, jauh berbeda dari yang saat ini ada.
Perkembangan olahraga tenis meja berkaitan erat dengan adanya federasi tenis meja internasional. Lantas apa nama induk organisasi tenis meja internasional?
International Table Tennis Federation (ITTF) atau Federasi Tenis Meja Internasional merupakan wadah resmi organisasi tenis meja level dunia yang dibentuk di Berlin pada 1926. Awalnya, federasi skala internasional ini hanya beranggotakan Inggris, Swedia, Hungaria, India, Denmark, Cekoslowakia, Austria dan Wales.
35 tahun kemudian, tepatnya pada 1961, Indonesia secara resmi bergabung dalam keanggotaan ITTF. Bergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional tenis meja tidak lepas dari pembentukan induk organisasi indonesia bernama Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI). PTMSI terbentuk melalui Kongres Ping-Pong di Surabaya pada 1958.
Namun, nama tersebut merupakan hasil perubahan dari organisasi yang telah ada sebelumnya yakni Ping-Pong Seluruh Indonesia (PPPSI). PPPSI terbentuk pada 5 Oktober 1951 melalui Kongres I di Surabaya.
Sejarah Tenis Meja di Dunia
Tenis meja berasal dari negara Inggris. Sejarah penemuan olahraga ini bermula pada abad ke-19, dengan wujud permainan yang sederhana dan biasa dimainkan di ruang tamu para priayi. Kala itu, tenis meja sering disebut dengan nama ping-pong, whiff-whaff, atau gossima.
Sejarah tenis meja berkembang pesat sejak tenis lapangan rumput banyak dimainkan pada periode 1880-an. Pada 1890, David Foster menciptakan sebuah set permainan tenis meja awal. Bentuk awal dari bidang permainan tenis meja bisa dibilang merupakan miniatur dari tenis lapangan rumput.
Set permainan bikinan Foster tersebut dimainkan menggunakan raket yang digantung dengan tali di atas, bola karet berdiameter 30 milimeter (mm), meja dikelilingi pagar kayu, serta jaring samping membentang di kedua sisi.
Berlandaskan penciptaan set permainan tersebut, bisa dibilang bahwa David Foster merupakan penemu tenis meja.
Pada 1900, permainan tenis meja mulai menjadi perhatian publik luas di luar Inggris, terlebih setelah bola seluloid digunakan. Bola tersebut dianggap lebih gampang dikontrol selama permainan berlangsung karena sifatnya yang mudah memantul.
Bersamaan dengan ini, sebutan lain dari olahraga tenis meja, yakni ping pong, justru lebih tenar. Popularitas nama ini menginspirasi sebuah perusahaan dari Inggris yakni J.Jaques and Son, untuk menjadikannya sebagai merek dagang pada 1901. Hal sama juga terjadi di Amerika Serikat, yakni ketika “Ping-Pong” menjadi merek dagang dari Parker Brothers.
Seiring waktu, ping-pong atau tenis meja menjadi olahraga terpopuler pada awal abad ke-20. Namun, keberadaan dua nama tersebut menimbulkan masalah. Inggris membuat dua asosiasi berbeda untuk mengatur permainan ping-pong dan tenis meja.
Sejumlah bisnis yang dijalankan dengan merek dagang “Ping-Pong” mencoba mengendalikan peraturan permainan melalui pemaksaan penggunaan peralatan buatan mereka dalam turnamen dan klub tenis meja. Untuk mengatasi masalah ini, peraturan standar tenis meja diterapkan di Inggris pada 1922.
Meskipun terdapat sejumlah masalah, popularitas tenis meja terus berkembang di Eropa. Tak lama kemudian, wadah organisasi level dunia bernama Federasi Tenis Meja Internasional atau International Table Tennis Federation (ITTF) dibentuk.
Sejarah Induk Organisasi Tenis Meja Internasional
Sejarah induk organisasi tenis meja internasional ITTF dibentuk di Berlin pada 1926. Pada awal pembentukannya, ITTF dipimpin oleh Ivor Montagu, dengan delapan negara anggota yakni Inggris, Swedia, Hungaria, India, Denmark, Cekoslowakia, Austria, dan Wales.
Pada tahun yang sama, tak lama setelah ITTF terbentuk, agenda pertama mereka adalah mengadakan Kejuaraan Dunia Tenis Meja pertama di London, Inggris. Tiga tahun kemudian, pada 1929, Prancis berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Tenis Meja untuk pertama kalinya di Budapest, Hongaria.
Kemudian pada 1952, tenis meja menjadi olahraga resmi pada Olimpiade Helsinki, Finlandia. Akan tetapi, saat itu tenis meja hanya sebagai olahraga demonstrasi alias percobaan. Tak lama kemudian, tepatnya pada 1988, tenis meja menjadi olahraga resmi di Olimpiade Seoul, Korea Selatan.
Dalam gelaran olimpiade di Seoul itu, China mencuri perhatian dunia dengan dominasinya dalam cabang olahraga tenis meja. China menyabet medali emas di hampir semua nomor.
Menjelang akhir tahun 2000-an, ITTF melembagakan beberapa perubahan peraturan resmi tenis meja. Tujuannya adalah membuat tenis meja lebih layak sebagai olahraga yang disiarkan di televisi. Bola tenis yang awalnya berukuran 38 mm secara resmi diubah dengan bola berukuran 40 mm. Hal ini meningkatkan hambatan udara bola dan secara efektif memperlambat permainan.
Pada 2003, ITTF memindahkan kantor pusatnya dari Hastings ke Lausanne, Inggris. Mereka juga mendirikan Museum ITTF di sana. Pada 2007, tata kelola tenis meja dialihkan dari Komite Paralimpiade Internasional ke ITTF.
Pada Februari 2008, ITTF mengumumkan beberapa perubahan peraturan setelah Pertemuan Eksekutif ITTF di Guangzhou, Guangdong, Tiongkok. Aturan baru ini bertujuan mendorong asosiasi regional untuk mengembangkan para pemain.
Pada 2014, terjadi perpindahan museum ITTF ke Shanghai, Tiongkok. Museum baru ini berada di gedung yang sama dengan Museum Tenis Meja Cina, tetapi di lantai yang berbeda. Museum tersebut dikelola dan dioperasikan oleh Universitas Olahraga Shanghai, dan secara resmi dibuka pada 2018
Lima tahun kemudian, ITTF membentuk anak perusahaannya World Table Tennis (WTT) untuk mengelola semua bisnis komersial dan acaranya. Kantor pusat ITTF saat ini berlokasi di Lausanne, Inggris, sedangkan kantor Asia-Pasifik mereka berbasis di Singapura.
Presiden ITTF saat ini adalah Petra Sörling dari Swedia. Sörling menjadi orang ke-8 yang memegang jabatan tersebut.
Sampai saat ini, ITTF beranggotakan 227 negara. Hingga kini mereka terus menjalankan perannya untuk mengembangkan tenis meja di seluruh dunia. Federasi tenis meja internasional ini secara konsisten menyelenggarakan kompetisi internasional prestisius, seperti Kejuaraan Dunia Tenis Meja dan Kejuaraan Dunia Tenis Meja untuk pemain muda.
Editor: Fadli Nasrudin