Menuju konten utama

Sampah Tangsel: Ditolak Pandeglang, Kondisi TPA Cipeucang Kritis

Timbulan sampah di Kota Tengerang Selatan sekitar 300-500 ton per hari. Pemkot masih cari solusi penanganan sampah.

Sampah Tangsel: Ditolak Pandeglang, Kondisi TPA Cipeucang Kritis
Sampah di TPA Cipeucang yang menggunung menyebarkan bau tak sedap dan berpotensi longsor. FOTO/Jupri Nugroho

tirto.id - Persoalan sampah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali jadi sorotan setelah rencana kerja sama pembuangan sampah ke TPA Bangkonol, Kabupaten Pandeglang, dibatalkan sepihak. Sementara itu, Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Cipeucang kian kritis tertekan oleh volume sampah harian yang terus bertambah tanpa solusi permanen.

Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, menegaskan pemkot tetap mengoptimalkan TPA Cipeucang yang masih memiliki sisa lahan. Selain itu, pemkot menyiapkan armada baru agar pengangkutan sampah dari hulu ke hilir tetap lancar.

Di sisi lain, Pemkot Tangsel menaruh harapan pada proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) yang masuk dalam program strategis nasional. Meskipun, pemenang tender sudah ditetapkan, proyek ini masih terkendala administrasi.

“Untuk Tangsel tetap mengikuti Perpres 35 Tahun 2018. Walaupun ada rencana revisi, kami tetap berpegang pada aturan lama karena sudah tercantum di perpres tersebut,” ungkap Pilar.

Jika terealisasi, PSEL diyakini bisa menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi tumpukan sampah di Tangsel.

Sementara itu, Plh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tangsel, Bani Khosyatullah, menyatakan pembatalan oleh Pandeglang baru sebatas penjelasan lisan. Namun, di sisi lain, ia mengakui Cipeucang sudah berada pada kondisi kritis.

“Surat resminya belum kami terima. Saya sudah cek ke bagian umum dan pawali, memang belum ada. Padahal dalam MoU jelas pembatalan harus lewat mekanisme dua pihak,” ujarnya.

Bani menambahkan, volume sampah di Tangsel saat ini mencapai 300–500 ton per hari. Sementara itu, Cipeucang yang berlokasi di Serpong daya tampungnya terbatas, sehingga berisiko cepat penuh.

Solusi alternatif yang lambat berpotensi menimbulkan dampak serius bagi lingkungan sekitar TPA Cipeucang. Gunungan sampah yang terus bertambah bisa menyebabkan pencemaran udara, air, hingga longsor sampah seperti yang pernah terjadi pada 2020 silam.

Warga sekitar pun berisiko terdampak langsung, mulai dari bau menyengat, pencemaran sungai Cisadane, hingga masalah kesehatan. Kondisi ini membuat Pemkot Tangsel dituntut bergerak cepat mencari solusi permanen agar krisis sampah tidak semakin memburuk.

Alternatif Solusi: Lulut Nambo dan Kerja Sama Lain

Untuk mengatasi masalah, Pemkot Tangsel tengah menjajaki kerja sama dengan TPA Regional Lulut Nambo di Bogor. Namun, kapasitas TPA tersebut masih jauh dari kebutuhan.

“Nambo itu hanya mampu menampung 50 ton per hari untuk empat kabupaten/kota. Sementara Tangsel butuh 300–500 ton per hari,” jelas Bani.

Selain Nambo, DLH juga mencari opsi kerja sama dengan daerah lain di sekitar Bogor. Pemkot berharap ada dukungan dari pemerintah provinsi maupun pihak ketiga agar fasilitas di Nambo dapat ditingkatkan kapasitasnya.

Sebelumnya, Bupati Pandeglang, Raden Dewi Setiani, menyatakan penolakan terhadap rencana masuknya sampah dari Tangsel. Melalui akun media sosialnya, ia menegaskan bahwa infrastruktur di TPA Bangkonol belum memadai, sementara penampungan sampah dari luar daerah dikhawatirkan menimbulkan gejolak sosial di masyarakat.

“Pandeglang tidak akan menerima sampah dari luar daerah sebelum sarana dan prasarana sesuai standar Kementerian Lingkungan Hidup,” tegas Dewi pada 31 Agustus 2025.

=====

Tangsel_Update adalah akun IG City Info yang merupakan bagian dari #KolaborasiJangkarByTirto.

Baca juga artikel terkait DAMPAK SAMPAH atau tulisan lainnya dari Tangsel_Update

tirto.id - Flash News
Kontributor: Tangsel_Update
Penulis: Tangsel_Update
Editor: Siti Fatimah