Menuju konten utama
Horizon

Saling Menguatkan Melalui Yayasan Lovely Pink Solo

Tentu bukan hal mudah menghadapi kanker payudara. Maka itu di Lovely Pink Solo, para penyintas, pendamping, dan relawan, saling membantu dan memotivasi. 

Saling Menguatkan Melalui Yayasan Lovely Pink Solo
Berbagai kegiatan yang dilakukan Lovely Pink Solo, mulai dari seminar edukasi hingga lomba memperingati HUT RI.Foto/Dok. Lovely Pink Solo

tirto.id - Rasa takut dan khawatir tampak menyelimuti pasien di ruang tunggu poli di sebuah rumah sakit swasta di Solo. Sementara pasien lain bergantian keluar masuk ruang periksa dengan raut wajah yang sulit ditebak. Beberapa dari mereka memberanikan diri untuk saling menyapa, bahkan menanyakan hasil pemeriksaan.

Interaksi itu membuat hawa dingin di ruang tunggu seketika mulai menghangat. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya, mereka langsung saling menyapa, menanyakan kabar dan memulai obrolan ringan.

Salah satu dari mereka kemudian mencetuskan untuk membuat grup di aplikasi pesan singkat untuk memudahkan komunikasi. Dari sinilah kemudian lahir komunitas Lovely Pink Solo yang menjadi wadah bagi para penyintas kanker payudara untuk saling mendukung dan memberi semangat.

Pertemuan-pertemuan singkat di klinik tersebut kemudian mendorong mereka untuk mengadakan beberapa kegiatan edukasi deteksi dini kanker payudara dengan menggandeng beberapa pihak seperti rumah sakit, laboratorium kesehatan, dan farmasi.

Setelah enam tahun berjalan sejak 2016, komunitas Lovely Pink Solo memutuskan untuk berkembang menjadi sebuah yayasan.

"Kenapa jadi yayasan? [Karena] anggota semakin banyak, semakin besar,” kata Theresia, Ketua Lovely Pink Solo, Senin (11/8/25).

Theresia menuturkan, Lovely Pink Solo memiliki tiga kegiatan rutin tiap tahunnya, yakni Pink October, ulang tahun yayasan, dan WCD (World Cancer Day). Selain ketiga kegiatan tersebut, mereka juga sering diundang oleh berbagai instansi untuk mengisi dan mengedukasi seputar kanker payudara.

 Lovely Pink Solo

Kantor Yayasan Lovely Pink Solo. foto/Dok. Lovely Pink Solo

Sembilan tahun berjalan, Lovely Pink Solo masih terkendala dalam pendanaan. Menurut Theresia, mereka belum memiliki donatur tetap sehingga untuk kegiatan-kegiatan besar masih harus membuat dan menyebarkan proposal.

Namun kendala tersebut tak menghalangi Lovely Pink Solo untuk terus mengedukasi, menyebarkan semangat dan kebaikan, serta menghapus stigma buruk di masyarakat yang menganggap kanker payudara adalah akhir dari segalanya. Bahkan menurut Theresia, juga Risna, sekretaris Lovely Pink Solo, hal ini merupakan kesempatan untuk terus berbuat kebaikan.

Menemukan Makna Hidup

Manusia sebagai individu memiliki kebutuhan akan identitas sosial, dukungan emosional, dan rasa memiliki. Faktor-faktor inilah yang membuat individu terdorong untuk bergabung pada suatu komunitas yang memiliki kesamaan nilai, pengalaman, serta tujuan.

"Mereka akan terdorong untuk bergabung sebagai bentuk pencarian makna dan validasi diri," kata Yuyun Sunesti, akademisi sosiologi gender Universitas Sebelas Maret Surakarta kepada Tirto, Kamis (7/8/2025).

Theresia dan Risna menceritakan perubahan besar dalam diri mereka setelah bergabung dengan Lovely Pink Solo, terutama tentang bagaimana mereka memaknai kehidupan.

Setelah mengetahui bahwa terdapat kanker dalam tubuhnya, tak dapat dipungkiri rasa takut menyelimuti Theresia. Apalagi saat itu di tahun 2007, kata dia, si Solo penyintas kanker payudara masih sedikit. Ketakutan itu semakin mencuat tatkala Theresia teringat tetangganya yang meninggal dunia karena penyakit tersebut.

"Itu yang buat trauma. Nggak bisa dilupakan," ujarnya saat ditemui Tirto di kantor Lovely Pink Solo.

Namun seiring waktu, Theresia mulai bisa menerima dan banyak belajar dari Lovely Pink Solo. Ia sadar dirinya masih diberi kesempatan untuk berbuat baik dan menginspirasi sesama.

Theresia juga merasa bahwa apa yang telah dilakukannya masih kurang, sehingga ia ingin terus berusaha untuk melakukan dan menyebarkan kebaikan kepada sesama selagi ia mampu.

Risna mengungkapkan hal yang sama. Ia menjadi belajar untuk bersyukur dan hidup dengan ikhlas. Menurutnya, penyakit yang ia dan kawan-kawannya derita merupakan peringatan dari Tuhan bahwa waktunya sudah tak banyak lagi, sehingga di sisa umurnya ia ingin bisa bermanfaat dan berkat bagi orang lain.

Lovely Pink Solo

Berbagai kegiatan yang dilakukan Lovely Pink Solo, mulai dari seminar edukasi hingga lomba memperingati HUT RI.Foto/Dok. Lovely Pink Solo

"Ketika saya meninggal dan ilmu saya masih diterapkan, pahala itu masih [mengalir] ke saya. Itu saja yang saya usahakan, upayakan bagaimana saya tetap jadi manfaat. Sangu (bekal) mati," ucap Risna.

Jika Theresia mengedukasi tentang deteksi dini kanker payudara, maka Risna berusaha untuk menyemangati dan menyadarkan para anggota bahwa mereka tidak sendiri. Risna bahkan dianggap sebagai "ikon sehat" di mata para anggota karena meskipun kankernya sudah mencapai stadium akhir, ia tetap terlihat sehat dan semangat.

Interaksi yang Saling Menguatkan

Yuyun Sunesti, akademisi sosiologi gender Universitas Sebelas Maret Surakarta, menggunakan teori Interaksionisme Simbolik milik George Herbert Mead, dan Modal Sosial milik Coleman dan Putnam untuk menganalisa perilaku individu yang berkomunitas tersebut.

Dalam teori Interaksionisme Simbolik, manusia didefinisikan sebagai makhluk sosial yang membangun makna melalui interaksi. Sedangkan dalam teori Modal Sosial, komunitas dapat memberikan individu jaringan, informasi, dan sumber daya yang tidak selalu bisa diperoleh secara individual.

Dalam konteks Lovely Pink Solo, interaksi serta modal sosial didapat melalui berbagai kegiatan. Pertemuan dengan sesama anggota membawa mereka untuk bisa saling berbagi pengalaman dan informasi mengenai kanker payudara.

Di luar kegiatan pokok yang sudah dijalankan, Risna menyebut para anggota juga memiliki kegiatan lain. Sebagai contoh, mereka yang beragama Kristen memiliki agenda rutin persekutuan doa tiap dua bulan sekali. Selain itu, tak jarang mereka juga melakukan perjalanan wisata.

Sebuah komunitas yang baik hingga bisa dikatakan sebagai ruang aman bagi individu, menurut Yuyun, harus memiliki beberapa aspek sosiologis seperti inklusivitas, solidaritas dan empati, struktur yang jelas dan adil, keamanan secara sosial dan psikologis, serta kesadaran kritis.

Keamanan secara sosial dan psikologis menjamin keamanan anggota untuk mengekspresikan diri, bebas dari kekerasan termasuk kekerasan simbolik dan verbal. Kesadaran kritis akan mendorong para anggotanya untuk memahami ketimpangan sosial yang ada di sekitarnya.

Sebuah komunitas berperan penting bagi kehidupan individu, terutama perempuan karena sering kali perempuan berada dalam posisi yang termarjinalkan di struktur sosial. Maka itu, komunitas menjadi wadah resistensi terhadap ketidakadilan sosial, ruang untuk membangun kemampuan bertindak (agency), saling belajar, dan menyembuhkan luka sosial.

Lovely Pink Solo memiliki tim pendamping bagi mereka yang memerlukan dukungan psikologis. Mereka bertugas untuk memberikan dukungan dan kekuatan, mulai dari yang baru didiagnosa hingga mereka yang sudah mencapai stadium akhir.

Lovely Pink Solo

Berbagai kegiatan yang dilakukan Lovely Pink Solo, mulai dari seminar edukasi hingga lomba memperingati HUT RI.Foto/Dok. Lovely Pink Solo

"Sama-sama berjuang. Misalnya dengan mengatakan, ‘Bisa kok, teman-temannya banyak’. Atau kondisi yang tidak bagus, stadium akhir menuju tahap akhir, ya memang tugas pendamping berat. Kami mengajak menemani orang yang akan menuju gerbang kematian, kan berat tapi kami menyampaikan ke mereka untuk tidak apa-apa, jalani dengan bahagia,” ungkap Risna.

“Kami harus memastikan mereka ikhlas. Meskipun banyak yang belum terima, ada hal yang memberatkan mereka. (Menguatkan) yang menuju gerbang akhir itu yang berat. Meyakinan, ‘yuk, tidak apa-apa, ikhlas’," lanjutnya.

Transformasi Peran Perempuan Melalui Komunitas

Perempuan yang kerap dianggap pasif akan bertransformasi menjadi agen perubahan setelah memiliki ruang untuk berbicara, berjejaring, dan berdaya secara kolektif melalui komunitas. Hal ini terlihat pada Lovely Pink Solo yang mencerminkan pergeseran peran perempuan dari penerima layanan menjadi aktor aktif dalam advokasi kesehatan dengan berbagai kegiatan dan bantuan fasilitas yang mereka tawarkan.

Salah satu bantuan fasilitas yang dilakukan oleh Lovely Pink Solo adalah peminjaman barang atau inventaris seperti kursi roda dan tabung oksigen bagi anggota yang membutuhkan, serta bantuan untuk pendaftaran forscan, atau pemeriksaan tulang di Semarang, sehingga anggota dapat langsung melakukan pemeriksaan tanpa harus pulang-pergi Solo-Semarang hanya untuk mendaftar.

"Ini membuktikan bahwa komunitas berbasis pengalaman dapat menjadi sarana transformasi sosial dan pemberdayaan yang nyata bagi perempuan," terang Yuyun.

Ia menambahkan, kemunculan berbagai komunitas perempuan, termasuk Lovely Pink Solo, dapat dilihat sebagai respons sosial terhadap minimnya ruang aman dan dukungan struktural bagi perempuan. Ini mencerminkan semakin kuatnya kesadaran kolektif di kalangan perempuan untuk mengorganisasi diri, berbagi pengalaman, serta menuntut pengakuan atas identitas dan kebutuhan mereka.

"Khusus komunitas Lovely Pink Solo, kemunculannya menunjukkan meningkatnya kesadaran kolektif perempuan dalam menghadapi tantangan kesehatan dan sosial secara mandiri. Secara sosiologis, komunitas ini menjadi bentuk solidaritas perempuan yang memperkuat agency dan memberdayakan anggotanya melalui pengalaman bersama," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KANKER PAYUDARA atau tulisan lainnya dari Adisti Daniella Maheswari

tirto.id - Horizon
Kontributor: Adisti Daniella Maheswari
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Irfan Teguh Pribadi