tirto.id - Konflik Yai Mim dan Sahara yang berawal dari sengketa lahan sepertinya mulai menemukan titik temu setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM) turut campur mendamaikan. Berikut rangkuman konflik Yai Mim dan tetangganya, Sahara.
KDM melakukan kunjungan ke rumah Yai Mim di Malang pada Senin, 6 Oktober 2025. Kunjungan ini juga mempertemukan kembali Yai Mim dengan Sahara.
Pertemuan itu berlangsung di kediaman Yai Mim di Perumahan Joyogrand, Kelurahan Merjosari, Kota Malang. Dalam kunjungannya itu KDM didampingi oleh Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji.
Rangkuman Konflik Yai Mim & Sahara hingga Didamaikan KDM
Konflik antara Yai Mim dan Sahara, dua warga di Perumahan Joyogrand, Kota Malang, bermula dari persoalan parkir mobil di jalan lingkungan. Sahara, yang menjalankan usaha rental mobil, kerap memarkir kendaraan sewaannya di depan rumah Yai Mim.
Sebagian lahan yang digunakan untuk parkir tersebut diklaim Yai Mim sebagai tanah wakaf, dan keberadaan mobil-mobil itu disebut telah menghalangi akses keluar masuk rumahnya. Meski Yai Mim dan istrinya, Rosida Vignesvari, telah beberapa kali meminta agar mobil dipindahkan, permintaan itu sering diabaikan.
Ketegangan memuncak ketika Yai Mim dan Rosida pulang dari Jakarta dan mendapati mobil Sahara menghalangi pintu pagar rumah mereka. Saat diminta memindahkan, Sahara justru menyuruh Yai Mim melakukannya sendiri.
Dalam proses itu, Yai Mim mengaku secara tidak sengaja menginjak gas terlalu dalam, yang menimbulkan suara gaduh dan memperburuk suasana.
Situasi kian memanas ketika Sahara masuk ke rumah Yai Mim tanpa izin untuk menjemput anaknya yang sedang bermain di dalam. Ia bahkan mengunci pintu dari dalam, dengan dalih agar anaknya tidak keluar rumah.
Kala itu, Yai Mim sedang berada di lantai atas, hanya mengenakan celana pendek (boxer) karena sedang mencuci pakaian. Melihat kondisi tersebut, Sahara meneriakinya dengan sebutan “cabul”, yang kemudian dijadikan narasi utama dalam video-video pertengkaran yang ia unggah di media sosial.
Video-video unggahan Sahara di TikTok memperlihatkan berbagai momen pertikaian, termasuk saat Yai Mim adu mulut atau bahkan jatuh. Unggahan tersebut viral dan berdampak serius terhadap kehidupan pribadi dan profesional Yai Mim.
Ia merasa reputasinya hancur, terutama setelah mahasiswa UIN Malang tempatnya mengajar mulai tidak mengikuti kelasnya. Akhirnya, ia memilih mengundurkan diri dari kampus untuk sementara waktu.
Tidak hanya itu, Yai Mim dan istrinya juga dinyatakan diusir secara resmi dari lingkungan perumahan oleh warga, berdasarkan surat keputusan bersama yang memuat lima poin tuduhan, termasuk oversharing di grup RT, minum minuman keras, mengumbar aurat, memfitnah warga, dan berseteru dengan Sahara.
Dalam penuturannya kepada Denny Sumargo di sebuah podcast, Yai Mim menyebut bahwa proses pengusiran tersebut dikondisikan oleh Ketua RT, RW, dan Sahara bersama suaminya.
Ia mengetahui rencana pengusiran itu ketika Ketua RW tiba-tiba menanyakan soal domisili KTP, dan mendesaknya agar segera pindah karena belum terdaftar sebagai warga resmi.
Ketika berniat mengurus surat pindah, Ketua RT menyatakan bahwa Yai Mim telah ditolak oleh sekitar 25 warga yang menandatangani surat pengusiran.
Rosida pun menyayangkan bahwa selama konflik berlangsung, tidak pernah ada upaya mediasi atau klarifikasi dari warga, baik secara pribadi maupun kolektif.
Setelah viral, Yai Mim dan Sahara diketahui mendatangi beberapa podcast, salah satunya podcast milik KDM. Kunjungan KDM ke Malang adalah kunjungan balasan bukan sebagai upaya mediasi resmi.
Dalam keterangannya, Dedi menegaskan bahwa tidak ada proses mediasi formal dalam kunjungan tersebut, karena menurutnya kedua pihak sudah berdamai dan hubungan mereka telah kembali baik.
Hanya saja ketika diminta KDM untuk segera mengurus surat kepindahan domisili, Yai Mim menegaskan jika dirinya dan istrinya telah sepakat untuk pindah dari lingkungan tersebut dan akan menjual rumah mereka.
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































