Menuju konten utama

Kisah Waluh Kukus, dari Cerita di Twitter akan Difilmkan?

Kisah waluh kukus dan sosok Yati yang pernah viral di X akan difilimkan. Simak rangkuman cerita dari thread waluh kukus.

Kisah Waluh Kukus, dari Cerita di Twitter akan Difilmkan?
Poster Waluh Kukus. X/Falcon pIctures

tirto.id - Kisah waluh kukus yang pernah viral di media sosial (medsos) Twitter/X rencananya akan difilmkan rumah produksi Falcon Pictures. Pengumuman film “Waluh Kukus” ini disampaikan Falcon melalui media sosialnya, seperti Instagram hingga X pada Senin (11/11/2025).

“Siap-siap ketemu Yati di bioskop. Waluh Kukus segera!” tulis Falcon.

Kisah waluh (labu) kukus berasal dari thread yang dibuat seorang pengguna X @ainayeded pada 18 Juli 2021. Sebelum menceritakan melalui thread, awalnya @ainayed mengaku memiliki trauma dengan waluh kukus semasa kecilnya. Ia mulanya menyatakan trauma tersebut dengan membalas cuitan pengguna lain.

“Steamed pumkin with salt and arabica crash alias waluh kukus & kopi tubruk,” tulis akun @dwikyota pada 17 Juli 2021.

“Aku punya trauma sama waluh kukus,” cuit @ainayed, membalas @dwikyota.

Setelah itu, @ainayed meng-quote cuitannya sendiri, hingga melanjutkan cerita lengkap waluh kukus. Dalam cuitannya itu, @ainayed mengatakan bahwa cerita waluh kukus merupakan kisah pilu dan nyata yang ia alami sendiri.

“Serius, aku selalu nangis kalo ingat waluh kukus. Sekarang juga nie ngetik sambil mbrebes mili. Aku cerita yah, kayaknya bakal agak alay. Tapi ini 100% bener, sumpah,” tulis @ainayed, 18 Juli 2021.

Setelah thread itu dibuat, kisah waluh kukus viral di X. Hingga berita ini ditulis, thread waluh kukus tersebut telah diunggah ulang sebanyak 41 ribu kali serta disukai 166 ribu. Banyak pengguna menaruh simpati kepada sosok @ainayed.

Sebaliknya, banyak pengguna menaruh benci pada sosok Yati, yang juga disebutkan Falcon. Yati dalam cerita kukus di thread @ainayed, dikisahkan sebagai sosok yang menyebalkan. Yati pula yang membuat @ainayed merasakan kesedihan dan trauma terhadap waluh kukus. Bagaimana kisah waluh kukus? Berikut ini rangkumannya.

Rangkuman Thread Waluh Kukus yang Pernah Viral di X & akan Difilmkan

Berikut ini rangkuman thread waluh kukus di Twitter:

Hidup Pas-pasan

Dalam thread-nya, @ainayed memulai dengan menceritakan latar belakang keluarganya. Ia mengaku berasal dari keluarga pas-pasan semasa kecilnya. Dari sini, ibunya bekerja sebagai buruh –dengan upah tak menentu– untuk menghidupi keluarganya. Sementara, keluarga ini ditinggal sang ayah yang tak pernah kembali ke rumah.

“Nah suatu ketika, makku [ibuku] bantuin orang panen waluh (alias labu kuning). Sebagai upah, mak dikasih dua waluh, satunya kecil, satunya besar, dulu aku nggak kuat angkatny,” tulis @ainayed.

Dua Bulan Menyimpan Waluh untuk Sumbangan ke Musala

Waluh yang diberikan kepada sang ibu tersebut tak lantas diolah. Oleh ibunya, waluh tersebut disimpan selama 2 bulan. Terlebih waluh tersebut –ketika pertama kali diberikan– memang belum matang.

Ketika suatu hari matang, ibu @ainayed berangan-angan akan memberikan waluh tersebut sebagai sumbangan untuk tadarusan di langgar (musala) setempat. Nantinya, labu yang disimpan selama 2 bulan itu akan diolah dengan cara dikukus.

“Terus aku ingat makku ngomong, ‘Alhamdulillah punya waluh, bisa buat nyumbang takjil orang tadarus. Sedih, ndak pernah ngasih apa2 untuk orang ngaji,’ tulis @ainayed.

“Waluhnya diapain? Dikukus. Mau dikolak nggak punya uang buat beli kelapa dan gula,” kenang @ainayed.

Pengguna @ainayed mengenang, warga di sekitar rumahnya memang punya kebiasaan untuk memberikan sumbangan ke masjid/musala untuk dimakan jemaah yang melaksanakan tadarusan.

“Dulu aku selalu semangat tadarus, nggak pernah absen. Selain karena suka ngaji pakai mic, sekalian cari jajan dari sumbangan orang2 sekitar langgar (HA!!!). Otomatis aku tahu makanan apa aja yang keluar masuk langgar,” cuit @ainayed.

Hari yang Dinanti Tiba

Setelah penantian 2 bulan, hari yang dinanti itu tiba. Labu yang tadinya hijau, sudah menunjukan siap diolah. Lantas labu yang sudah dioleh dengan cara dikukus itu, akhirnya juga dibawa ke musala setempat untuk sumbangan tadarusan. Ibu menitipkan waluh tersebut kepada anaknya.

"Wadahnya nanti dibawa pulang ya, enteng kok gak ada isinya," tulis @ainayed, menirukan ucapan ibunya.

“Makku senang, bangga, percaya diri waluhnya bakal habis dimakan anak-anak--karena ... siapa yang gak doyan waluh kukus? Enak, manis, empuk!” lanjutnya.

Tak Sesuai Harapan

Namun ternyata kenyataan jauh dari harapan. Labu kukus yang sudah siap disantap itu ternyata tak menarik perhatian orang-orang yang melaksanakan tadarus di musala. Padahal, ibu @ainayed menyiapkan waluh kukus itu seember penuh.

“Tapi pas tadarus itu ternyata cuma satu dua anak yang makan, padahal waluhnya seember penuh. FYI, anak-anak yang tadarus rame ada belasan (yang serius mau ngaji dan yang cuma main-main doang),” tulis @ainayed.

Sosok Yati

Setelah waluh kukus yang dibawa itu hampir tak tersentuh, sosok Yati muncul. Diceritakan @ainayed, Yati merupakan anak kelas 6 SD. Yati sekaligus jadi anak tertua di tadarusan malam tersebut. Sedangkan sosok @ainayed, disebutkan olehnya sendiri, kala itu masih bersekolah di jenjang kelas 4 SD.

Yati dikisahkan penasaran dengan waluh kukus yang dibawa @ainayed. Namun, bukan menunjukkan rasa tertarik terhadap labu kukus itu, Yati malah meperlihatkan gelagat jijik dengan makanan tersebut.

“Pas sampai di ember waluh kukus makku, dia nyuma nyeker-nyeker pake ujung jari kayak orang jijik. Sambil ngomong, ‘Hiii panganan opo iki? Mosok koyok taek ngene dikekno uwong?’ (Hi, makanan apaan nih? Masa bentuk kek tai gini dikasih ke orang?),” tulis @ainayed, menirukan ucapan Yati.

Sontak, @ainayed tersinggung dengan ucapan Yati. Ia lantas membentak anak tertua di acara tadarusan tersebut. @ainayed meminta Yati untuk tak memakan labu kukus jika memang tak menyukainya.

“Apa kata mbak Yati? Begini, "Loh, kok ngamok? Aku kan cuma bilang. Hiii ngamuk an. Hiii dadi arek ngamuk an," tulis @ainayed, menirukan respons Yati.

Terus dia [Yati] hasut anak2 di situ buat ikut ngatain aku pemarah dan ngetawain aku rame2,” sambungnya.

Pulang dengan Waluh Kukus yang Hampir Utuh

Setelah menjadi bulan-bulanan di malam tadarusan tersebut, @ainayed lantas pulang membawa waluh kukus yang nyaris utuh. Namun @ainayed menyadari, bahwa jika waluh tersebut terlihat utuh, hal itu akan membuat ibunya sedih.

“Waluhnya gimana? Hampir utuh seember sampai pulang tadarus jam 9an malam. Akhirnya kubawa pulang lagi. Tapi terus aku ingat makku, yang nahan nggak masak waluh itu sampe 2 bulan demi bisa nyumbang takjil. Ingat makku yang pede waluhnya bakal habis,” tulisnya.

Pengguna @ainayed lantas punya siasat untuk tak membuat ibunya bersedih. Caranya, ia memakan labu kukus itu sendiri agar terkesan bahwa makanan tersebut dihabiskan anak-anak di musala.

“Jadi, aku makan waluh kukus itu sendirian di samping langgar, di teras rumah orang. Aku makan terus sebanyak-banyaknya. Perut penuh gak peduli, pokoknya kudu kumakan kalau bisa sampai habis,” tulis @ainayed.

Namun, @ainayed mengaku tak mampu menghabiskan labu kukus itu sendirian. Ia masih menyisakan labu kukus tersebut untuk dibawanya pulang. Petaka baru muncul, @ainayed tersandung di rute pulang dari musala ke rumahnya yang memang gelap. Sisa labu kukus pun berhamburan.

“Rute langgar ke rumahku itu gelap, nggak ada lampu. Takut hantu, aku lari sambil bawa ember yang isinya waluh kukus sisa separo. Tapi keliru rek, aku kesandung di samping peceren yang di sekitarnta banyak pohon pisangnya,” tulis @ainayed.

“Waluh sisanya ambyar jatuh ke tanah. Jadi aku meraba-raba waluh di sekitar situ terus kulempar ke peceren buat menghilangkan jejak. Sambil nangis tentunya!” sambungnya.

Keceriaan sang Ibu

Memakan sendirian, membuat @ainayed harus memuntahkan sebagian labu kukus yang telah masuk ke perutnya. Ia juga tak kuasa menangis saat harus memuntahkan labu kukus tersebut.

“Pas sampe rumah, aku jujur kalo aku habis kesandung dan jatuh. Soalnya buluk, lutut celanaku bekas tanah, embernya juga kotor banyak tanah nempel jadi nggak bisa bohong,” kenang @ainayed.

“Makku percaya, soalnya aku emang kecil kerempeng gampang jatuh, gampang oleng, gampang nggelundung,” tambahnya.

Sang ibu merasa sumringah dan percaya bahwa sebagian besar waluh kukusnya dihabiskan anak-anak di masjid. Ibunya tak menyadari, labu kukus tersebut habis bukan karena menarik perhatian anak-anak di musala, melainkan dihabiskan anaknya sendiri dan sisanya dibuang selepas sang anak jatuh di perjalanan pulang.

“Makku nanya semringah, "Siapa aja yang makan waluhnya kok sampe habis?" tulis @ainayed.

“Kusebutin nama anak-anak yang tadi ada di langgar. Terus makku ngucap alhamdulillah berkali-kali karena makanan yang beliau taruh di langgar untuk anak-anak ngaji beneran habis dimakan, nggak mubazir,” sambung @ainayed.

Peristiwa itu, sebut @ainayed, membuat dirinya enggan memakan labu kukus lagi. Hingga menceritakan thread tersebut, ia mengaku masih trauma.

“Sejak itu aku nggak pernah makan waluh kukus lagi,” tutupnya.

Baca juga artikel terkait VIRAL atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Film
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Iswara N Raditya