Menuju konten utama

10 Puisi Tentang Cinta untuk Mengenang & Menyatakan Cinta

Berikut ini adalah 10 puisi tentang cinta karya sastrawan Sapardi Djoko Damono dan WS Rendra yang bisa kamu baca untuk memaknai cinta.

10 Puisi Tentang Cinta untuk Mengenang & Menyatakan Cinta
Iustrasi puisi cinta. tirto.id/iStockphoto

tirto.id - Contoh puisi tentang cinta ini bisa kamu baca untuk merefleksikan kembali makna cinta yang sesungguhnya tentang rasa yang tumbuh, pertemuan yang berarti, hingga kehilangan yang meninggalkan jejak di hati. Setiap baitnya menghadirkan kehangatan, kerinduan, dan keindahan yang sering kali sulit diungkapkan dengan kata biasa.

Cocok untuk kamu yang ingin menenangkan hati, mengenang cinta, atau sekadar menikmati keindahan kata-kata penuh makna. Berikut ini adalah 10 contoh puisi tentang cinta yang bisa kamu baca dan maknai.

Contoh Puisi Tentang Cinta

Puisi tentang cinta selalu memiliki daya magis tersendiri. Melalui untaian kata yang lembut dan penuh emosi, puisi mampu menggambarkan berbagai sisi cinta mulai dari rasa bahagia, rindu, hingga luka yang mendewasakan.

Berikut 10 contoh puisi tentang cinta karya Sastrawan Sapardi Djoko Damnono dan WS Rendra yang paling terkenal. Bisa kamu baca untuk merenungi maknanya dan merasakan kembali hangatnya perasaan di hati.

1. Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



(Sapardi Djoko Damono)

2. Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun

melayang jatuh di rumput;

Nanti dulu,

biarkan aku sejenak terbaring di sini;

ada yang masih ingin kupandang,

yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi

sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

(Sapardi Djoko Damono)

3. Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu



tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

(Sapardi Djoko Damono)

4. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik,

merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Kita abadi.

(Sapardi Djoko Damono)

5. Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti,

Jasadku tak akan ada lagi,

Tapi dalam bait-bait sajak ini,

Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,

Suaraku tak terdengar lagi,

Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,

Impianku pun tak dikenal lagi,

Namun di sela-sela huruf sajak ini,

Kau tak akan letih-letihnya kucari.

(Sapardi Djoko Damono)

6. Serenda biru

Alang-alang dan rumputan

bulan mabuk di atasnya.

Alang-alang dan rumputan

angin membawa bau rambutnya.



Mega putih

selalu berubah rupa.

Membayangkan rupa

yang datang derita

Ketika hujan datang

malamnya sudah tua:

angin sangat garang

dinginnya tak terkira.

Aku bangkit dari tidurku

dan menatap langit kelabu.

Wahai, janganlah angin itu

menyingkap selimut kekasihku!



(WS Rendra)

7. Episode

Kami duduk berdua

di bangku halaman rumahnya.

Pohon jambu di halaman itu

berbuah dengan lebatnya

dan kami senang memandangnya.

Angin yang lewat

memainkan daun yang berguguran.

Tiba-tiba ia bertanya:

"Mengapa sebuah kancing bajumu

lepas terbuka?"

Aku hanya tertawa.

Lalu ia sematkan dengan mesra

sebuah peniti menutup bajuku.

Sementara itu aku bersihkan

guguran bunga jambu

yang mengotori rambutnya.

(WS Rendra)

8. Kangen

Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,

indah dan gigih cinta kita di dunia yang fana

Nyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,

dan anak kita akan lahir di cakrawala

Ada pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanya

Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan

untukmu hidupku terbuka.

Warna-warna kehidupan berpendar-endar menakjubkan

Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku

Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu

aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan

9. Pamplet Cinta

Memandang wajahmu dari segenap jurusan

Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan

Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku

Aku merindukan wajahmu,

Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa

Kampus telah diserbu mobil berlapis baja

Kata-kata telah dilawan dengan senjata

Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini

Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan

Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat

Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan

Suatu malam aku mandi di lautan

Sepi menjadi kaca

Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit

Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada

Sepi menjadi kaca

Apa yang bias dilakukan oleh penyair

bila setiap kata telah dilawan dengan kuasa?

Udara penuh rasa curiga

Tegur sapa tanpa jaminan

(WS Rendra)

10. Optimisme

Cinta kita berdua adalah istana dari porselen

Angin telah membawa kedamaian

Membelitkan kita dalam pelukan

Bumi telah memberi kekuatan,

Karena kita telah melangkah

dengan ketegasan

Muraiku,

Hati kita berdua adalah pelangi selusin warna

(WS Rendra)

Baca juga artikel terkait SUPPLEMENT CONTENT atau tulisan lainnya dari Risa Fajar Kusuma

tirto.id - Lyfe
Kontributor: Risa Fajar Kusuma
Penulis: Risa Fajar Kusuma
Editor: Risa Fajar Kusuma & Dhita Koesno