tirto.id - Contoh puisi tentang cinta ini bisa kamu baca untuk merefleksikan kembali makna cinta yang sesungguhnya tentang rasa yang tumbuh, pertemuan yang berarti, hingga kehilangan yang meninggalkan jejak di hati. Setiap baitnya menghadirkan kehangatan, kerinduan, dan keindahan yang sering kali sulit diungkapkan dengan kata biasa.
Cocok untuk kamu yang ingin menenangkan hati, mengenang cinta, atau sekadar menikmati keindahan kata-kata penuh makna. Berikut ini adalah 10 contoh puisi tentang cinta yang bisa kamu baca dan maknai.
Contoh Puisi Tentang Cinta
Puisi tentang cinta selalu memiliki daya magis tersendiri. Melalui untaian kata yang lembut dan penuh emosi, puisi mampu menggambarkan berbagai sisi cinta mulai dari rasa bahagia, rindu, hingga luka yang mendewasakan.
Berikut 10 contoh puisi tentang cinta karya Sastrawan Sapardi Djoko Damnono dan WS Rendra yang paling terkenal. Bisa kamu baca untuk merenungi maknanya dan merasakan kembali hangatnya perasaan di hati.
1. Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
2. Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daunmelayang jatuh di rumput;
Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.
(Sapardi Djoko Damono)
3. Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabahdari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
(Sapardi Djoko Damono)
4. Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik,merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.
(Sapardi Djoko Damono)
5. Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
(Sapardi Djoko Damono)
6. Serenda biru
Alang-alang dan rumputanbulan mabuk di atasnya.
Alang-alang dan rumputan
angin membawa bau rambutnya.
Mega putih
selalu berubah rupa.
Membayangkan rupa
yang datang derita
Ketika hujan datang
malamnya sudah tua:
angin sangat garang
dinginnya tak terkira.
Aku bangkit dari tidurku
dan menatap langit kelabu.
Wahai, janganlah angin itu
menyingkap selimut kekasihku!
(WS Rendra)
7. Episode
Kami duduk berduadi bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia bertanya:
"Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?"
Aku hanya tertawa.
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
(WS Rendra)
8. Kangen
Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,indah dan gigih cinta kita di dunia yang fana
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala
Ada pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanya
Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
untukmu hidupku terbuka.
Warna-warna kehidupan berpendar-endar menakjubkan
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan
9. Pamplet Cinta
Memandang wajahmu dari segenap jurusanAku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku
Aku merindukan wajahmu,
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja
Kata-kata telah dilawan dengan senjata
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan
Suatu malam aku mandi di lautan
Sepi menjadi kaca
Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit
Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada
Sepi menjadi kaca
Apa yang bias dilakukan oleh penyair
bila setiap kata telah dilawan dengan kuasa?
Udara penuh rasa curiga
Tegur sapa tanpa jaminan
(WS Rendra)
10. Optimisme
Cinta kita berdua adalah istana dari porselenAngin telah membawa kedamaian
Membelitkan kita dalam pelukan
Bumi telah memberi kekuatan,
Karena kita telah melangkah
dengan ketegasan
Muraiku,
Hati kita berdua adalah pelangi selusin warna
(WS Rendra)
Penulis: Risa Fajar Kusuma
Editor: Risa Fajar Kusuma & Dhita Koesno
Masuk tirto.id







































