tirto.id - PT Timah Tbk (TINS) mengincar posisi sebagai pemimpin proyek pengembangan logam tanah jarang atau Rare Earth Elements (REE).
Ambisi ini didasari oleh posisinya sebagai pemilik bahan baku utama, yaitu monasit, yang merupakan mineral ikutan dari penambangan timah.
Direktur Pengembangan Usaha PT Timah, Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara, mengungkapkan bahwa perusahaan sedang berorientasi pada pengembangan REE sebagai masa depan bisnis.
Dukungan untuk percepatan proyek strategis ini bahkan datang dari tingkat tertinggi negara. Suhendra mengungkapkan bahwa Direktur Utama PT Timah telah dipanggil Presiden Prabowo Subianto usai Rapat Terbatas (Ratas) untuk membahas fokus Indonesia pada pengolahan REE.
Suhendra menegaskan bahwa saat ini pihaknya terus melakukan pendalaman melalui berbagai riset untuk memenuhi spesifikasi tertentu yang disyaratkan agar dapat mengolah logam tanah jarang ini.
Menyangkut ketersediaan bahan baku, Suhendra menyatakan tidak ada kekhawatiran. Pasalnya, kandungan monasit ini akan selalu ikut dalam proses penambangan timah.
Ia bahkan mengatakan bahwa saat ini pihaknya dapat memproduksi monasit 50 kilogram per hari. Hanya saja, masih terkendala kualitas mineral yang dihasilkan.
Sementara itu, standar pemurnian konsentrat mineral ikutan monasit sebesar 50 parts per million (ppm). Sedangkan hasil produksi TINS masih di atas itu.
Untuk merealisasikan ambisi ini, PT Timah telah menyiapkan pilot project di Tanjung Mulang dan membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk swasta, ahli internasional, dan perguruan tinggi.
Saat ini, perusahaan sedang dalam tahap penyempurnaan perjanjian kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memperkuat kapasitas riset dan metalurgi.
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































