tirto.id - Di sudut ruangan rumahnya, Sunaryo (73) menghitung setoran pemasukan dari dagangan kerupuk hari ini. Usaha yang dijalaninya setelah pensiun tersebut, kini menjadi sumber pendapatan utama keluarga. Dirinya bahkan sudah memiliki pabrik penggorengan kerupuk sendiri, dilengkapi dengan asrama sederhana untuk tempat tinggal para pegawainya.
“Ya usaha kecil-kecilan aja, alhamdulillah ada sisa tanah buat bangun pabrik sekaligus kamar tinggal buat pegawai dan keluarganya,” ungkapnya pada tirto.id (26/9).
Meskipun kerap dipandang sebelah mata, dirinya membuktikan bahwa berdagang kerupuk adalah pekerjaan yang bermartabat, bahkan mampu membuka lapangan kerja bagi orang-orang di sekitarnya.
Dari dapur kecilnya, Sunaryo bukan hanya menafkahi keluarga, tetapi juga membantu para pekerja yang kini bergantung pada usahanya untuk menyambung hidup. Ia merasa bangga karena usahanya memberi manfaat nyata bagi banyak orang, sekalipun dalam skala yang sederhana.
“Mereka kalo pulang kampung, uangnya bisa dipake buat benerin rumah dan beli motor. Jadi sama-sama saling menyejahterakan,” lanjutnya.
Kisah Sunaryo bukanlah satu-satunya. Ada jutaan cerita serupa yang menggambarkan betapa UMKM menjadi denyut nadi perekonomian rakyat.
UMKM Jadi Pilar Ekonomi Kerakyatan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi, dan ini berlaku secara global, tidak hanya negara berkembang.
Menurut Bank Dunia, UMKM mencakup lebih dari 90% unit usaha yang setara dengan lebih dari separuh tenaga kerja di dunia. Di Asia, Asian Development Bank (ADB) mencatat UMKM bahkan menjadi tulang punggung perekonomian dengan proporsi 97 persen dari total usaha dan 69 persen dari angkatan kerja.
Kontribusi UMKM sebagai pilar dan tulang punggung perekonomian nasional juga berlaku di Indonesia. Dengan jumlah sekitar 65,5 juta unit usaha, UMKM menyumbang kurang lebih 61,9 persen Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Angka ini menunjukkan betapa besar kontribusi UMKM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya itu, UMKM juga menyerap sekitar 90 persen total tenaga kerja Indonesia, yang berarti mayoritas penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Alhasil, UMKM bukan hanya berfungsi sebagai penggerak ekonomi, namun juga sebagai jaring pengaman sosial yang membantu menekan pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Lebih lanjut, UMKM tidak hanya sebatas penyumbang tetapi juga berperan dalam menjaga kemandirian ekonomi bangsa. Musababnya, dalam kompetisi global, UMKM membantu memperkuat basis ekonomi domestik dengan menghasilkan barang dan jasa sesuai kebutuhan lokal.
Jadi secara tidak langsung menekan ketergantungan pada impor sekaligus memperkuat pondasi ekonomi yang lebih mandiri. Dengan memperkuat UMKM, Indonesia dapat meningkatkan resiliensi ekonominya, sehingga masyarakat lebih terlindungi dari gejolak perubahan ekonomi global.
Namun, sejatinya potensi besar ini diiringi tantangan klasik, mulai dari keterbatasan akses modal, persaingan global, hingga perlunya adaptasi teknologi dan peningkatan kualitas produk. Di tengah gempuran ketidakpastian ekonomi global dan persaingan produk impor murah, UMKM membutuhkan dukungan yang terstruktur agar mampu "naik kelas" dan menembus pasar yang lebih luas.
Menopang Keberlanjutan UMKM
Dalam konteks ini, peran pendampingan UMKM menjadi sangat penting. SMBC Indonesia, melalui program pemberdayaan berkelanjutan bernama Daya, menunjukkan komitmen nyata dalam mendorong UMKM agar berhasil.
SMBC Indonesia meyakini bahwa nasabah di semua segmen, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah hingga korporasi, tidak hanya membutuhkan akses keuangan, tetapi juga peningkatan kapasitas diri dalam berbagai bidang.
Program Daya, yang lahir sejak tahun 2011, merupakan wujud nyata komitmen SMBC Indonesia dalam menghadirkan perubahan yang bermakna bagi masyarakat. Andrie Darusman, Communications and Daya Head SMBC Indonesia, menegaskan bahwa SMBC Indonesia melihat pentingnya peran pendampingan UMKM sebagai salah satu tulang punggung ekonomi negara, terhadap pertumbuhan perekonomian nasional.
"Kami percaya bahwa UMKM merupakan salah satu penciptaan lapangan kerja, pengembangan produk lokal, dan penguatan ekonomi daerah", jelas Andrie lewat keterangan tertulis yang diterima tirto.id (25/9).
Sebagai strategi untuk mendorong UMKM 'naik kelas', SMBC Indonesia mengimplementasikan inovasi pemberdayaan digital melalui daya.id, yang dirancang untuk memastikan akses pelatihan yang lebih luas dan fleksibel.
"Salah satu strategi yang kami implementasi untuk mendorong UMKM ‘naik kelas’ adalah melalui inovasi pemberdayaan digital melalui platform daya.id, yang memungkinkan nasabah mengakses pelatihan dan materi kewirausahaan secara online untuk mendukung pertumbuhan usaha mereka," ungkap Andrie.
Dirinya menambahkan bahwa melalui Program Daya, nasabah, khususnya mereka yang memiliki usaha, juga dapat memperoleh pelatihan pengembangan usaha, sesi fotografi produk untuk meningkatkan kualitas kemasan dan tampilan, serta kesempatan mempromosikan produknya melalui platform resmi daya.id.
Selain pelatihan daring, Daya juga menyelenggarakan pelatihan luring, termasuk perhelatan rutin seperti Daya Fest, yang pada tahun 2025 mengangkat tema “Growing Collaboration, Sustainable Impact.”
Komitmen pemberdayaan digital ini telah menunjukkan dampak yang signifikan.
"Sejak diluncurkan pada tahun 2017 hingga tahun 2024, Daya.id sudah menghasilkan 4.140 artikel tips, 352 konten pembelajaran, 241 kisah sukses, 30 peluang usaha, 67 produk nasabah pilihan yang dipromosikan melalui Pasar Daya, serta 9 pakar tanya ahli, dan telah diakses oleh lebih dari 6 juta pengguna," lanjutnya.
Dukungan terhadap peningkatan kapasitas usaha ini tercermin nyata dalam kisah sukses para wirausaha yang berhasil berekspansi dari laman daya.id. Salah satu kisah sukses datang dari Pambudi Prasetyo, atau akrab disapa Ombudi, pendiri Gudda Coffee.
Berawal dari pengalaman panjangnya bekerja sebagai manajer mal di Bali, Ombudi belajar banyak dari cara para tenant mengelola usaha agar bisa bertahan. Dari situlah ia memahami pentingnya disiplin keuangan sebelum benar-benar terjun membangun bisnis.
Ketertarikannya pada dunia kopi tumbuh setelah sempat membuka restoran Italia, hingga akhirnya ia memutuskan mendirikan Gudda Coffee pada 2021 di tengah pandemi. Modal yang ia kumpulkan bukan berasal dari pinjaman besar, melainkan dari kebiasaan sederhana: menabung dengan disiplin.
Menurutnya, kemampuan mengelola keuangan pribadi—membuat anggaran, menyiapkan dana darurat, hingga tidak mencampur uang usaha dengan kebutuhan rumah tangga—menjadi bekal berharga saat menjalankan bisnis.
Kisah Ombudi hanya satu dari sekian banyak cerita yang lahir dari Program Daya. SMBC Indonesia hadir sebagai mitra finansial dan pendamping yang menyediakan ekosistem pendukung yang komprehensif, mulai dari literasi keuangan hingga akses pasar dan pengembangan kapasitas usaha.
Dengan semangat Bersama Lebih Bermakna, inisiatif ini tidak hanya menjadi program yang berkelanjutan, tetapi juga memberikan dampak positif yang inklusif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Editor: Nuran Wibisono
Masuk tirto.id







































