tirto.id - Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha Limauan di Papar merupakan tempat ditemukannya Zara Qairina sebelum meninggal dunia. Bagaimana kondisinya setelah dugaan kasus perundungan mencuat?
Zara Qairina Mahathir merupakan siswi sekolah menengah di Sabah, Malaysia, yang ditemukan tergeletak tak sadarkan diri di saluran air dekat asrama sekolahnya pada 16 Juli 2025. Zara kemudian dinyatakan meninggal dunia pada 17 Juli lalu, setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Kasus ini menjadi viral usai dugaan perundungan mencuat di internet. Proses penyelidikan kasus ini yang disinyalir tergesa dan tak lengkap juga membuat warganet berspekulasi adanya keterlibatan tokoh politik penting yang mencoba menutupi kasus ini.
SMKA Tun Datu Mustapha Limauan merupakan tempat mendiang Zara Qairina menimba ilmu sebelum akhirnya meninggal dunia pada 17 Juli lalu. Sekolah tersebut terletak di Papar, Sabah, Malaysia. Sementara Zara Qairina merupakan siswi dari Sipitang, kota yang berjarak sekitar satu setengah jam berkendara dari Papar.
Di sekolah tersebut, Zara Qairina seharusnya belajar dan menyelesaikan pendidikan menengahnya. Demi menempuh pendidikan itu, ia rela tinggal di asrama sekolah di Papar dan berjauhan dengan sang ibu di Sipitang.
Sejarah SMKA Tun Datu Mustapha, Lokasi, & Kondisi Terkini
SMKA Tun Datu Mustapha merupakan sekolah menengah agama yang terletak di Jalan Limau-Limauan, dekat Institut Kemahiran Belia Negara, Pekan Kinarut, Papar, Sabah.
Di Malaysia, sekolah menengah kebangsaan agama merupakan sekolah menengah agama yang dikelola oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia. Di Indonesia, sekolah ini setingkat dengan SMP/MTs dan SMA/MA negeri.
Melansir kanal berita Malaysia, Sinar Bestari, SMKA Tun Datu Mustapha mulai beroperasi sejak 6 Januari 2003, menggunakan lokasi bekas SMKA Limauan Kota Kinabalu.
Berdasarkan sejarahnya, sekolah ini pada mulanya adalah bangunan milik Universitas Nasional Malaysia. Bangunan sekolah ini tadinya adalah kampus Universitas Nasional Malaysia cabang Sabah.
Namun, pada 1997, bangunan sekolah ini diberikan kepada Departemen Pendidikan Sabah. Oleh departemen tersebut, bangunan ini dialihfungsikan sebagai gedung sekolah menengah.
Barulah pada 2003, bangunan ini secara resmi menjadi tempat berdirinya SMKA Tun Datu Mustapha.
Dilihat dari jumlah murid dan tenaga pendidiknya, sekolah ini menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun.
Pada 2009, sekolah ini tercatat memiliki sekitar 354 siswa dengan jumlah guru sebanyak 48 orang.
Empat tahun berselang, tepatnya pada 2013, sekolah ini berkembang pesat. Pada tahun itu, terdapat 525 siswa yang belajar dari 54 guru di sekolah itu.
Seturut laman direktori institusi pendidikan Malaysia, APAC Directory, sekolah ini terakhir tercatat memiliki 466 siswa dan 50 orang guru.
Karena jenis sekolahnya yang merupakan sekolah agama, SMKA Tun Datu Mustapha memberikan mata pelajaran terkait agama Islam secara spesifik, seperti bahasa Arab---selain mata pelajaran umum seperti sains, matematika, dan bahasa Inggris.
Di Papar, Sabah, sekolah ini cukup dikenal sebagai sekolah dengan berbagai penghargaan yang telah diraih oleh para siswa dan siswinya.
Salah satu penghargaan yang menonjol adalah ketika SMKA Tun Datu Mustapha memenangkan juara kelima dalam Kompetisi Forum Remaja tingkat nasional pada 2014.
Selain itu, SMKA Tun Datu Mustapha juga pernah memenangkan juara kedua Kompetisi Lab Sekolah tingkat nasional yang diselenggarakan oleh British Council.
Pada 2025, sekolah ini dikepalai oleh seorang guru bernama Shaharoom Hasyim. Ia merupakan kepala sekolah yang menggantikan Datin Rosnih Nasir yang berhenti dari jabatannya pada 2024 lalu.
Namun, seiring kasus kematian Zara Qairina menjadi pembicaraan nasional, kepala SMKA Tun Datu Mustapha beserta asisten bidang kesiswaan dimutasi oleh Kementerian Pendidikan Malaysia, sebagaimana dilaporkan Harian Metro.
Selain mutasi, melansir Berita RTM, Direktur Jenderal Pendidikan Malaysia, Moh Azam Ahmad, menyebut bahwa Kementerian Pendidikan Malaysia telah melakukan intervensi lainnya.
Menurut Azam Ahmad, intervensi tersebut termasuk meningkatkan aspek keamanan dengan menambah jumlah penjaga, kamera CCTV, serta menginstruksikan seluruh staf untuk melaporkan setiap insiden.
"Saya sendiri akan turun ke sekolah tanpa pemberitahuan sebelumnya, termasuk di asrama pada malam hari, untuk melihat situasi sebenarnya," tutur Azam Ahmad pada Senin (11/8) lalu.
Sementara itu, semenjak viralnya kasus kematian Zara Qairina, sebanyak 124 siswa SMKA Tun Datu Mustapha dilaporkan mengalami trauma dan kini tengah menjalani proses konseling psikologis.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan
Masuk tirto.id


































