tirto.id - Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP Negeri di Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2025/2026 telah selesai. Namun, pelaksanaan seleksi jalur afirmasi menuai sorotan tajam.
Hal tersebut timbul setelah ditemukannya sejumlah siswa dari sekolah dasar (SD) swasta berbiaya tinggi atau sekolah elite yang lolos melalui jalur ini.
Padahal, jalur afirmasi dalam PPDB secara nasional ditujukan khusus untuk peserta didik dari keluarga tidak mampu secara ekonomi, anak penyandang disabilitas, dan dalam kondisi tertentu yang terdampak bencana atau situasi darurat. Hal ini tertuang dalam Permendikbud No. 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, serta diatur lebih lanjut oleh Petunjuk Teknis (Juknis) PPDB Kota Tangerang Selatan Tahun 2025.
Dalam juknis itu juga disebutkan bahwa jalur afirmasi dialokasikan paling sedikit 15 persen dari total daya tampung sekolah, dan peserta yang mendaftar harus menyertakan bukti kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluarga Harapan (PKH), atau Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya.
Penelusuran pada hasil seleksi yang diumumkan melalui laman resmi https://ppdb.tangerangselatankota.go.id/hasil-seleksi menunjukkan adanya lulusan SD swasta elite yang dinyatakan lolos melalui jalur afirmasi.
Di SMP Negeri 11 Tangsel, dari 136 siswa yang diterima melalui jalur afirmasi tercatat sejumlah nama berasal dari SD Islam Al Azhar BSD, SD Cikal Harapan 1, SD Al-Fath BSD, dan sekolah swasta unggulan lainnya.
Kondisi serupa ditemukan di SMP Negeri 4 Tangsel, dari 137 pendaftar jalur afirmasi, sebanyak 126 siswa lolos jalur tersebut. Namun beberapa di antaranya adalah lulusan SD Global Islamic School 2, SD Islam Al Syukro, SD Islam Al Azhar 15 Pamulang, serta SD swasta lainnya yang dikenal berbiaya jutaan rupiah per bulan.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar, apakah siswa-siswa tersebut benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu, atau terjadi praktik manipulasi dalam proses seleksi?
Warga Protes dan Pertanyakan Integritas Seleksi

Kekecewaan juga datang dari para wali murid dan warga setempat. Seorang ibu rumah tangga yang enggan di sebut namanya di Pamulang menyampaikan keheranannya.
“Kalau jalur afirmasi itu untuk warga tidak mampu, harusnya yang sekolah di negeri atau SD pinggiran yang masuk. Tapi ini malah yang dari sekolah mahal, aneh banget,” ujarnya.
Sementara itu, warga Ciputat berinisial Y menyebut bahwa praktik serupa tidak hanya terjadi di sekolah favorit.
“Jangankan SMP 4 atau 11, di SMPN 23 aja ada kok yang dari sekolah swasta elite. Kayak saya mah bisa apa? Udah susah cari sekolah negeri, kalahnya malah sama yang lebih mampu,” ungkapnya kesal.
Ia juga mengkritik sikap pasif dari pejabat kota. “Walikota sama wakilnya kemana? Lihat rakyat susah kok diam saja. Kalau peduli, ya, ambil langkah dong, bisa kan pakai diskresi buat koreksi sistemnya,” tegasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan penyalahgunaan jalur afirmasi ini.
Upaya konfirmasi masih dilakukan terhadap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan, Deden Deni, serta Kepala Bidang SMP guna mengklarifikasi apakah peserta dari SD swasta mahal tersebut benar memenuhi syarat afirmasi, atau terjadi kesalahan dalam verifikasi data.
Penulis: Tangsel_Update
Editor: Rina Nurjanah
Masuk tirto.id


































