tirto.id - Sejumlah warganet ramai membahas Ketua DPR RI Puan Maharani. Namun yang dibicarakan bukan kinerjanya di DPR, melainkan baliho bergambar Puan di lokasi bencana Gunung Semeru. Akun Twitter @Pasifisstatee sempat mengunggah video berdurasi 32 detik yang memuat kumpulan baliho Puan di daerah Pronojiwo, Lumajang.
Dalam salah satu bagian video terlihat tulisan “saatnya bangkit menatap masa depan” dengan foto Puan Maharani yang mengenakan kerudung merah. Akun tersebut juga menunjukkan beberapa baliho lain sepanjang perjalanan di daerah tersebut.
Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno mengaku belum mengetahui detail soal keberadaan baliho tersebut. Namun ia memastikan kader PDIP tidak bermain baliho seperti di Lumajang.
“Yang jelas, saya pastikan, panitia pasti tidak akan buat baliho yang aneh-aneh, yang snobistik,” kata Hendrawan saat dihubungi, Rabu (22/12/2021).
Hendrawan mengingatkan, para kader PDIP telah dididik dengan memegang semangat marhaenisme. Oleh karena itu, kader-kader PDIP tidak akan bersikap pamer dalam berbuat baik dan membantu masyarakat. Ia justru khawatir ada pihak tertentu yang punya kepentingan lain lewat baliho Puan.
“Saya khawatir ada pihak yang pasang-pasang untuk kepentingan lain di luar bela kemanusiaan," kata Hendrawan.
Ia pun mengaku, pihak PDIP sudah bergerak mengusut pelaku pemasangan baliho tersebut. “Panitia lokal sedang mengusut bila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat gotong royong partai dan etika kemanusiaan,” kata Hermawan.
Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PDIP Utut Adianto justru menyebut baliho tersebut merupakan sikap spontan kader. Ia pun memandang bahwa maksud kehadiran baliho sebagai aksi positif.
“Kalau itu kan mungkin ada spontanitas dari teman-teman Ibu Puan hadir. Itu entah kader orang yang dekat atau relawan. Kalau maksudnya pasti baik. Kalau ada yang tidak berkenan mohon dilihat maksudnya,” kata Utut di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Utut mengaku, kader PDIP kerap kali kembali ke dapil. Hal itu dilakukan kader ketika masa reses. Pada umumnya, kader membuat baliho tersebut inisiatif kader. Hal itu juga dialami Arteria Dahlan maupun Arif Wibowo yang juga di dapil tersebut.
Upaya Meningkatkan Popularitas dan Elektabilitas
Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai aksi beredarnya baliho Puan di lokasi bencana Gunung Semeru tidak terlepas dari upaya manuver untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas.
Ia menduga, aksi beredarnya baliho dilakukan kader kultural atau simpatisan meski pihak DPP PDIP mengklaim bukan pekerjaan mereka. Kalau pun dilakukan PDIP lantas dibantah, ia menduga berkaitan dengan respons negatif publik tentang keberadaan baliho tersebut.
“Kalau itu benar dilakukan oleh PDIP, bantahan tersebut sebagai bagian cuci tangan, tapi kalau itu dilakukan oleh pihak luar tentu sebagai upaya menjatuhkan Mbak Puan,” kata Arif kepada reporter Tirto, Rabu (22/12/2021).
Arif mengingatkan, keberadaan baliho bisa membawa dua pesan. Baliho tersebut bisa dianggap sebagai upaya PDIP untuk ekspansi politik untuk merebut daerah bila daerah tersebut bukan basis suara.
Sebagai catatan, PDIP mengamankan 9 dari total 50 kursi DPRD Kabupaten Lumajang. Angka ini lebih rendah 1 kursi daripada PKB. Sebelumnya PDIP memegang kursi tertinggi di Lumajang dengan 10 kursi.
Pesan lain adalah upaya kader untuk memperkuat citra Puan ke masyarakat Lumajang jika daerah tersebut adalah basis PDIP. Ia mengingatkan PDIP punya Ganjar Pranowo yang kini lebih terkenal dan potensial daripada Puan. Oleh karena itu, baliho menjadi alat untuk membuat publik mengenal dan memilih mantan Menko PMK itu.
Namun, Arif memandang langkah baliho kurang optimal. Ia beralasan, aksi sosial dengan memberikan bantuan kepada korban lebih baik daripada baliho.
“Bantuan sosial pada korban Semeru tentu akan lebih mengena dan diingat oleh penerima. Selain itu, publik juga akan menilai bahwa Mbak Puan memiliki empati pada para korban, bukan sekadar hadir pada baliho," kata Arif.
Di sisi lain, peneliti Formappi Lucius Karus memandang kehadiran baliho Puan bukanlah hal baik. Ia beralasan, publik yang merupakan korban bencana alam masih berjuang dalam pemulihan serta waspada bencana lanjutan.
“Isi atau pesan baliho, sehumanis apa pun kalimatnya tak akan membantu warga yang sedang bejibaku dengan kondisi darurat akibat bencana. Maka saya kira baliho Puan di tengah lokasi bencana itu merupakan sebuah kesalahan dari sisi manapun,” kata Lucius.
Dari sisi politik, kata Lucius, pencitraan melalui baliho di tengah daerah bencana tentu hanya akan membuat publik makin tidak simpati. Apalagi pemasangan baliho tersebut dilakukan saat warga masih berjuang dan cemas akan bencana.
Oleh karena itu, Lucius memandang hal penting saat ini justru adalah kehadiran fisik serta sentuhan kemanusiaan nyata melalui bantuan. Ia pun mengingatkan Puan adalah Ketua DPR, maka semestinya membawa kebijakan untuk mengatasi situasi dampak bencana.
“Orang kalau lagi susah, mana sempat sih ngurus politik? Logika sederhana yang mestinya ngga perlu sih diajari buat orang sekelas Puan," kata Lucius.
Lucius menilai, baliho yang dihadirkan di Lumajang sama sekali tak bisa merepresentasikan kepedulian sebagai wakil rakyat. Puan justru harusnya memberikan tindakan nyata dalam kasus Lumajang.
“Dengan begitu banyak pertimbangan soal kepantasan baliho di daerah bencana, saya kira lebih baik memang menunjukkan penyesalan dengan menurunkan baliho-baliho itu. Lalu sebagai gantinya, Bu Puan datang dan menyapa warga sembari memastikan ketersediaan kebutuhan warga yang menjadi korban di daerah bencana," kata Lucius.
Lucius menambahkan, “Sentuhan langsung dengan korban dan memberikan semangat apalagi dengan membawa kebijakan bantuan bagi para korban tentu akan lebih melambungkan Puan sebagai politisi, sebagai Ketua DPR, dan mungkin saja sebagai calon presiden di 2024 mendatang.”
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz