tirto.id - "Biasa pakai TCASH untuk beli jajanan doang di merchant-nya. Sering diskon. Burger King paket Rp49 ribu bisa jadi seharga Rp21 ribu. Layanan bayar listrik dan teleponnya belum pernah coba."
Roike, salah satu pelanggan TCASH lansiran Telkomsel. Layanan uang elektronik atau e-money berbasis aplikasi yang bisa dipakai untuk beli pulsa, bayar beli di HP, belanja online-offline, dan berbagi uang. Namun, pria yang tinggal di Jakarta ini mengaku kerap kecewa dan gigit jari saat mendapati merchant yang menolak pembayaran TCASH dengan alasan mesin reader sedang gangguan. Kalau sudah begini biasanya, Roike terpaksa menggunakan e-money atau kartu debit.
Pengalaman mirip-mirip juga dirasakan Santi, perempuan berusia 25 tahun yang bekerja di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan ini mempunyai dua jenis uang elektronik, kartu e-money dan e-wallet atau dompet elektronik seperti TCASH.
"Sudah lama saya tidak pernah lagi bawa uang cash dalam jumlah banyak. Untuk naik kereta dan TransJakarta saya pakai Mandiri e-money, kalau untuk jajan atau ngopi saya pakai TCASH. Kalau saja TCASH bisa untuk kereta, pasti akan lebih mudah ya dan cukup pakai TCASH saja kemanapun," kata Santi kepada Tirto.
Era serba digital menuntut orang untuk memiliki alat pembayaran uang elektronik yang disediakan perbankan atau perusahaan operator seluler. Uang elektronik perlahan telah banyak menunjang kebutuhan sehari-sehari khususnya masyarakat perkotaan yang tren permintaannya terus meningkat.
Berdasarkan data statistik Bank Indonesia, jumlah uang elektronik yang sudah beredar hingga November 2017 mencapai 113 juta instrumen berjenis e-money ataupun e-wallet. Jumlah ini meningkat signifikan dari posisi awal 2017 yang hanya 52 juta instrumen uang elektronik. Jumlah itu mencakup 26 jenis uang elektronik yang dikeluarkan oleh 26 perusahaan penerbit berbeda.
Jumlah transaksi uang elektronik juga melonjak signifikan sepanjang Oktober dan November 2017. Namun, hal itu lebih disebabkan karena adanya aturan transaksi nontunai di jalan tol. Beberapa uang elektronik berbasis kartu pun laris manis, khususnya Mandiri e-money. Sementara itu, e-wallet seperti TCASH tidak meraup peluang apapun karena memang fungsinya belum bisa melayani transaksi nontunai di pintu tol.
Danu Wicaksana, Chief Executive Officer (CEO) Telkomsel TCASH optimistis uang elektronik TCASH bisa terus berkembang. Selama lima tahun ke depan pihaknya menargetkan jumlah pelanggan TCASH bisa meningkat 10 kali lipat atau menjadi 100 juta pelanggan.
"Sampai saat ini kami telah mampu melayani lebih dari 10 juta pelanggan di seluruh nusantara," kata Danu kepada Tirto.
Target 100 juta pelanggan memang cukup ambisius. Mengingat dalam kurun waktu dua tahun sejak diperkenalkan pada 2015, TCASH baru bisa menggarap 5,6 persen dari total pelanggan Telkomsel yang telah mencapai 180 juta pelanggan.
Apa perbedaan e-wallet dengan Uang elektronik lainnya?
Ada dua jenis uang elektronik. Pertama, uang elektronik berbentuk kartu (Chip Based) atau biasa dikenal e-money. Seperti Flazz BCA, e-money Mandiri, Tap Cash BNI, Brizzi BRI, Blink BTN, Mega Cash, Nobu e-money, JakCard Bank DKI dan lainnya.
Kedua, adalah e-wallet. Uang elektronik ini berbasis aplikasi (Server based). T-CASH masuk dalam golongan ini. TCASH bukan satu-satunya produk e-Wallet di Indonesia juga XL Tunai. XL Tunai juga mirip-mirip, antara lain untuk membayar berbagai tagihan seperti token prabayar dan pascabayar PLN, tiket pesawat, tv berlangganan, asuransi. Juga untuk belanja online-offline, pencairan uang, dan isi saldo.
"XL Tunai adalah suatu layanan Uang Elektronik dari XL yang memungkinkan pelanggan XL melakukan transaksi keuangan hanya dengan menggunakan ponsel," jelas XL Axiata dalam laman resminya.
Selain kedua operator seluler itu, ada juga e-wallet dari perbankan yaitu rekening Ponsel CIMB Niaga, BBM Money Permata Bank, DOKU, dan lainnya. Beberapa perusahaan transportasi online mengembangkan ekosistem pembayaran uang elektronik internal dengan layanan transaksi GoPay hingga GrabPay.
Baca juga: Evolusi Gojek Sebagai Fintech Lewat Go-Pay
Namun, suka tidak suka, kedua jenis uang elektronik ini punya keunggulan dan kekurangan. Cakupan penggunaannya pun terdapat perbedaan. Bisa dibilang belum ada yang bisa fungsional menjawab banyak kebutuhan penggunanya.
E-money berbasis kartu relatif lebih umum digunakan untuk transaksi nontunai sehari-hari oleh masyarakat. Mulai dari transaksi di gerbang tol, pembayaran tiket transportasi publik seperti TransJakarta dan Commuterline Jabodetabek, transaksi pembelian di gerai ritel hingga pembelian tiket di tempat hiburan, dan lain-lain.
Namun, ada fasilitas transaksi pada e-wallet yang tidak ditemukan pada e-money berbasis kartu, antara lain pembayaran token listrik, tagihan BPJS, tagihan TV berbayar, dan sebagainya. E-wallet juga memungkinkan penggunanya melakukan pencairan saldo hingga berbagi uang dalam bentuk saldo.
Namun, perlahan layanan e-wallet seperti TCASH mulai merambah Bus Rapid Transit (BRT) Semarang dan bisa dipakai pada layanan Kereta Bandara Soekarno-Hatta. Selain transportasi mereka membidik variasi layanan finansial seperti asuransi, pinjaman dan sebagainya.
Bagaimana dengan keamanan? e-wallet memiliki keunggulan penting pada segi keamanan. Sebab, penggunaannya berdasarkan nomor ponsel si pengguna dan dilengkapi dengan fitur keamanan berupa kode pin.
Lain halnya dengan kartu e-money yang tanpa dilengkapi fitur keamanan. Sehingga apabila terjadi kehilangan maka isi saldo tidak akan bisa dibekukan dan bisa dengan mudah digunakan oleh orang lain. Kenyataan ini, rupanya menjadi poin lebih bagi penyelenggara e-wallet seperti TCASH.
Di balik beberapa keunggulan dalam hal keamanan, e-wallet hanya bisa digunakan dalam keadaan ponsel hidup, sehingga kesediaan baterai ponsel pun akan sangat penting bagi pemakai fasilitas e-money ini.
Bagi konsumen hadirnya ragam bentuk e-money tentu menguntungkan agar bisa leluasa menentukan pilihan. Namun, ada pekerjaan rumah yang harus dijawab oleh para penyedia, bagaimana menyediakan layanan uang elektronik yang bisa menjawab berbagai kebutuhan konsumen yang kian kompleks dalam satu pilihan.
Penulis: Dano Akbar M Daeng
Editor: Suhendra