Menuju konten utama

Evolusi Gojek Sebagai Fintech Lewat Go-Pay

Go-Pay nantinya bisa digunakan untuk transaksi online dan offline.

Evolusi Gojek Sebagai Fintech Lewat Go-Pay
Ilustrasi topup gopay. FOTO/go-jek.com

tirto.id - “Di 2018, Go-Pay akan keluar dari ekosistem Go-Jek.”

Pernyataan itu dilontarkan Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim saat menyampaikan ambisi besarnya terhadap fitur uang elektronik Go-Pay. Nadiem menyampaikan hal itu dalam jumpa pers bertajuk “Kolaborasi Go-Jek dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi Tingkatkan Layanan Publik” pada Rabu (15/11/2017) di Restoran Kembang Goela, Jakarta.

Bukan sekali itu saja Nadiem mengungkapkan ambisinya terkait Go-Pay. Hal senada pernah disampaikannya pada acara The Global Mobile Internet Conference 2017 di ICE BSD City, Tangerang, 26 September 2017 lalu. Nadiem ingin Gojek tidak berhenti sebagai transportasi online, tetapi juga bertansformasi menjadi sebuah financial technologi atau fintech melalui Go-Pay. Go-Pay nantinya bisa digunakan sebagai alat pembayaran untuk transaksi di luar layanan yang tersedia pada aplikasi.

“Tahun 2018 adalah tahunnya Go-Pay. (Go-Pay akan) Bisa digunakan untuk online dan offline, sehingga bisa digunakan seperti halnya cash. Di mana orang terima cash, orang terima Go-Pay,” ujar Nadiem.

Go-Pay telah memiliki basis nasabah yang cukup besar. Nadiem mengklaim, Go-Pay saat ini telah digunakan oleh sekitar 50-60 persen pengguna aktif Go-Jek. “Kami sekarang satu-satunya pemain digital terbesar yang punya digital wallet,” ungkap Nadiem.

Meski begitu, Nadiem menampik kalau rencana besarnya terhadap Go-Pay mengikuti jejak kesuksesan fitur uang elektronik Alipay milik Alibaba, yang disebut-sebut menjadi penguasa sekaligus perintis perubahan sistem pembayaran di Cina. Menurut Nadiem, Go-Pay akan tetap menjadi Go-Pay seperti yang sudah dikenal masyarakat sekarang ini.

Whatever Indonesia needs, kita bukan yang ngikutin trajectory perusahaan lain. Sejak kapan Go-Jek ngikutin perusahaan lain?” ucap Nadiem saat ditanya apakah Go-Pay akan mengikuti kesuksesan Alipay di Cina.

“Kita punya opini, negara, dan pangsa pasar sendiri. Kita selalu dikenal orang sebagai inovator, bukannya ikut-ikutan,” ucap Nadiem.

infografik evolusi gopay

Lampu Hijau dari Otoritas

Atas rencana Gojek tersebut, Bank Indonesia sudah memberikan lampu hijaunya. Direktur Elektronifikasi dan Inklusi Keuangan Departemen Pengawasan dan Kebijakan Sistem Keuangan BI Pungky Purnomo Wibowo mengatakan, BI tidak melarang Go-Pay melakukan ekspansi terhadap model bisnisnya sepanjang mengikuti aturan yang ditentukan.

“Untuk penerbit uang elektronik, bisa oleh perusahaan bank atau non-bank. Sepanjang dia sudah dapat izin atau sudah punya izin, ya go on,” ungkap Pungky.

Senada dengan sikap yang ditunjukkan BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga tidak ingin menutup pilihan bagi masyarakat. Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, sah-sah saja bagi perusahaan e-commerce untuk merilis uang elektroniknya, sama seperti yang dilakukan industri perbankan.

Kendati demikian, Wimboh mengimbau agar masyarakat memiliki pemahaman yang baik terkait plus minus dari fitur uang elektronik yang dikeluarkan industri fintech tersebut.

“Masyarakat bisa memilih dan paham dengan risiko-risikonya. Sehingga pada saat ada risiko yang terjadi, masyarakat memang sudah sadar sedari awal,” ujar Wimboh di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta pada Jumat (17/11/2017) petang.

Menyadari langkah besar yang akan dilakukan Go-Pay ini, Wimboh mengaku OJK akan terus mengawasi geliat perusahaan fintech. Pasalnya, Wimboh sendiri menilai regulasi yang ada pada industri fintech berbeda halnya dengan di industri perbankan. Begitu pula dengan risiko yang muncul.

“Kalau perbankan, jelas kita awasi, kita modal, likuiditasnya kita awasi, sehingga risikonya bisa kita mitigasi. Untuk fintech ini juga akan kita lihat, regulasi apa yang harus diterapkan supaya peran pemerintah ada, transparansinya juga ada,” jelas Wimboh.

Go-Pay sendiri saat ini telah melampaui fungsinya sebagai alat pembayaran semata. Selain memungkinkan untuk diisi sejumlah nominal uang lewat ATM dan digunakan untuk membayar jasa di aplikasi Go-Jek, Go-Pay kini bahkan sudah dilengkapi fitur transfer dan penarikan tunai.

Gojek juga baru saja meluncurkan Go-Bills, untuk membayar tagihan yang terkait kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan Go-Pay. Go-Bills dapat mengakomodasi fasilitas pembayaran tagihan untuk semua kepentingan, baik yang sifatnya cicilan maupun tagihan yang dikenakan setiap bulannya.

Tidak Mengambil Alih Peran Perbankan

Nadiem menegaskan bahwa dirinya tidak sedang dalam upaya merevolusi sistem finansial di Indonesia. Nadiem mengklaim tujuan dari diperluasnya akses masyarakat terhadap Go-Pay semata-mata untuk mendorong peningkatan inklusi keuangan, sebagaimana yang tengah gencar disuarakan pemerintah. “Buat saya, it’s quite simple, mengenai akses,” ujar Nadiem.

“Jadi semua orang bisa bertransaksi. Kalau orang nggak punya dompet digital, mereka nggak bisa akses semua goods di e-commerce,” katanya lagi.

Go-Pay sendiri nantinya diharapkan bisa lebih menjangkau masyarakat menengah ke bawah. Nadiem berharap masyarakat di berbagai pelosok bisa dengan mudah mendapatkan akses keuangan melalui Go-Pay ini. “Banyak sekali teman-teman di pinggiran dan berpendapatan rendah yang terbengkalai dari sisi ini. Mereka tidak bisa mengakses pembayaran dan rata-rata harus jalan jauh untuk melakukan pembayaran,” ungkap Nadiem.

“Dan itu memerlukan cost bagi mereka. Kita kadang suka tidak memikirkan (masyarakat) menengah ke bawah itu,” tambah Nadiem.

Ia juga menolak jika disebut Go-Pay akan mengambil alih pangsa pasar industri perbankan. Nadiem lebih memilih untuk menyebut Go-Pay sebagai pelengkap.

“Justru kita berintegrasi sangat ketat dengan semua bank yang terlibat. Orang tidak akan memindahkan akun banknya ke dalam suatu layanan digital wallet. Tapi ini merupakan satu inovasi, customer experience improvement untuk transaksi,” ucap Nadiem seusai jumpa pers peluncuran Go-Bills di kantornya, kemarin (22/11/2017).

Go-Pay bahkan akan menggandeng industri perbankan dalam hal melakukan inovasi secara bersama. Sementara dari segmentasi konsumennya, Nadiem mengklaim bahwa Go-Pay akan cenderung menjangkau masyarakat yang belum menikmati layanan industri perbankan.

“Karena nanti produk-produk mereka juga harus kita customized untuk segmen yang berbeda. Kami lah yang sebenarnya bisa maju duluan kepada (kelompok masyarakat) yang unbanked, karena mereka (industri perbankan) mungkin fokusnya lebih kepada pasar yang bisa punya akun bank di kota-kota,” jelas Nadiem.

Sembari memastikan urusan perizinan dari pihak regulator benar-benar aman, Nadiem pun sudah menyadari pekerjaan rumah selanjutnya yang harus dilakukan Go-Pay.

Setelah menyempurnakan Go-Pay dengan berbagai macam fitur yang mendukungnya sebagai dompet virtual, kini Nadiem harus saat berhadapan dengan tiga hal yang diyakininya sebagai kendala besar dari fintech saat ini. Ketiga hal itu ialah kepercayaan, edukasi, dan aksesibilitas.

“Orang belum 100 persen percaya terhadap digital wallet. Lalu masih banyak juga yang belum mengerti bagaimana caranya top up (isi ulang uang elektronik) ataupun tahu kalau saldo di Go-Pay bisa ditarik ke rekening,” ucap Nadiem.

Sampai dengan saat ini, aplikasi Go-Jek telah diunduh sebanyak 55 juta dan layanannya tersebar di 50 kota. Kendati demikian, Nadiem tidak bersedia menyebutkan jumlah pengguna aktif Go-Jek maupun nilai transaksi dari Go-Pay.

Baca juga artikel terkait GOJEK atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti