Menuju konten utama

PLN Bakal Ganti 800 PLTU dengan PLTG untuk Capai Emisi 0 Karbon

PLN akan mempensiunkan 800 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan menggantinya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).

PLN Bakal Ganti 800 PLTU dengan PLTG untuk Capai Emisi 0 Karbon
Suasana di PLTU Suralaya, Kota Cilegon, Banten, Kamis (15/8/2024). ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/gp/foc.

tirto.id - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN akan mempensiunkan 800 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan menggantinya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Suntik mati pembangkit berbasis batu bara ini menjadi salah satu upaya untuk Indonesia dapat mencapai emisi nol karbon (net zero emission/NRE) pada 2060.

"Kami juga punya peta jalan untuk mencapai emisi nol pada tahun 2060 dengan mengganti 800 pembangkit listrik tenaga batu bara dengan pembangkit listrik tenaga gas dan kami punya program biomassa," kata Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto, dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Selain itu, untuk mencapai target NRE 2060 PLN juga telah membatalkan pengoperasian PLTU dengan kapasitas 13,3 gigawatt yang telah direncanakan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Pun, pengoperasian PLTU berkapasitas 1,2 juta gigawatt telah dibatalkan melalui melalui penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA), serta 1,1 PLTU juga telah diganti dengan energi baru dan terbarukan (EBT).

"Kami punya sekitar 5.000 unit pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di seluruh Indonesia dan kami mengganti, kami membuat (PLTD) hibrida dengan energi terbarukan seperti PV plus baterai dan kami membuat hibrida dengan cara itu. Jadi total emisi kumulatif yang kami kurangi melalui program kami adalah sekitar 3,7 juta ton CO2," sambung Wiluyo.

Meski penggantian PLTU dengan pembangkit berbasis energi yang lebih bersih telah dilakukan, namun untuk mencapai nol emisi pada 2060 Indonesia memerlukan investasi yang besar. Wiluyo menyebut, setidaknya Indonesia membutuhkan bantuan dana hingga 700 miliar dolar AS untuk menyediakan 423 gigawatt listrik hijau.

Kebutuhan investasi jumbo ini telah disampaikan pula oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya, potensi sumber daya alam besar yang dimiliki Indonesia hanya dapat dimaksimalkan ketika mendapat bantuan pendanaan dari negara-negara maju untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi secara luas.

"Dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang. Ketiga hal itu penting menjadi catatan kita semuanya. Dan Indonesia sangat terbuka bermitra dengan siapapun untuk memaksimalkan potensi bagi dunia yang lebih hijau, untuk memberikan akses energi hijau yang berkeadilan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan," kata pemimpin negara itu saat membuka acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF), di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Baca juga artikel terkait PLTU atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang