tirto.id - Selain Pulau Jawa yang disebut sebagai lumbung suara, Sumatera Utara juga patut diperhitungkan oleh parpol agar memenangkan pemilu. Sebab, Provinsi Sumut yang terletak di Pulau Sumatera ini menjadi daerah dengan jumlah pemilih terbanyak keempat setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Mengacu pada data KPU, jumlah pemilih pada Pileg 2024 di Provinsi Sumut mencapai 10.853.940 pemilih. Angka ini merupakan populasi terbesar di Pulau Sumatera. Setidaknya ada 30 kursi yang diperebutkan dengan pembagian tiga daerah pemilihan atau dapil.
Berdasarkan catatan KPU, PDIP adalah partai pemenang di Provinsi Sumut dengan perolehan suara mencapai 20,72 persen pada Pileg 2019. Lalu, Partai Gerindra dan Golkar bersaing ketat. Gerindra memperoleh 13,48 persen, sementara Golkar 13,18 persen. Parpol lain yang berhasil meraup suara cukup tinggi di Sumut adalah Nasdem (12,03 persen), PKS (9,48 persen), PAN (7,78 persen) dan Demokrat 5,82 persen.
Sementara itu, jika dilihat secara perolehan kursi, PDIP mengamankan 7 kursi dari tiga dapil di Sumut. Rinciannya: 2 kursi di Dapil Sumut I, 2 kursi dari Dapil Sumut II, dan 3 kursi di Sumut III. Sedangkan Gerindra, Golkar, Nasdem, dan PKS masing-masing 4 kursi. Demokrat dan PAN sama-sama mendapat 3 kursi dengan posisi masing-masing dapil satu kursi. Sementara PKB mendapat 1 kursi di Dapil Sumut III.
Pada Pileg 2024, nama-nama petahana kembali masuk gelanggang. Di Dapil Sumut I, Gerindra kembali memasang nama Muhammad Syafi'i (Romo Syafii) dan Muhammad Husni. Dari PDIP ada Menkumham yang juga dulunya terpilih di Sumut I, Yasonna H. Laoly dan Sofyan Tan.
Kemudian dari Golkar ada nama Ketua Komisi I, Meutya Hafid yang juga petahana di Dapil Sumut I. Anak Ketum Parpol Nasdem Surya Paloh, Prananda Surya Paloh kembali turun di Sumut I. PKS juga menurunkan kembali Tifatul Sembiring dan Hidayatullah untuk bertanding di Sumut I. Politikus PAN Mulfachri Harahap dan kader Partai Demokrat Hendrik H. Sitompul yang juga petahana ikut bertarung di dapil ini.
Nama-nama baru yang bertarung di dapil ini adalah eks Anggota DPR 2014-2019, Martin Hutabarat dan pria yang pernah menjadi kandidat Presidium Majelis Nasional Kahmi, Ruslim Rohimun Sembiring. Kedua kader ini maju lewat Partai Gerindra.
Dari PDIP, nama di luar petahanan yang maju dari dapil ini adalah Ruhut Sitompul (eks politikus Demokrat dan Golkar) dan Ketua DPP Banteng Muda Indonesia, Irwan Tongari Sianturi. Di Golkar, ada Bendahara DPD Golkar Sumut H.M. Ichwan Husein, eks Kabidkum Kombes (purn) Maruli Siahaan dan artis Sultan Pasha Djorgi.
Di dapil yang sama, nama kandidat Partai Nasdem yang cukup mencolok adalah eks Wakapolri Komjen (purn) A. H. Oegroseno. Partai Buruh juga menurunkan salah satu tokoh populer, yakni Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih. Di Partai Gelora ada eks Ketua DPW PKS Sumut M. Hafez dan Sekretaris DPW Partai Gelora Sumut yang juga eks Sekum DPD PKS Sumut, Satrya Yudha Wibowo. Selain itu, ada juga Sekjen Partai Hanura, Kodrat Shah turun di dapil ini.
Perindo juga menurunkan eks Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi, mantan staf ahli Setjen Wantanas, Mayjen (purn) Karev Bakti Nusa Marpaung dan mantan Komandan PMPP TNI Mayjen (purn) Victor Hasudungan Simatupang. Anak Hary Tanoe, Samuel Hartono Tanoesoedibjo ikut bertarung di Sumut I. Nama lain yang juga menjadi perhatian adalah Ketua Mahkamah Partai PPP, Ade Irfan Pulungan.
Di Dapil Sumut II, para petahana juga kembali turun, yakni Marwan Dasopang (PKB), Gus Irawan Pasaribu (Gerindra), Sihar P.H. Sitorus (PDIP), Trimedya Pandjaitan (PDIP), Lamhot Sinaga (Golkar), Martin Manurung (Nasdem), Iskan Qolba Lubis (PKS), Saleh Daulay (PAN) dan Ongku P. Hasibuan.
Nama-nama yang menarik maju di dapil ini adalah artis Tamara Maria Geraldine (PDIP), anak politikus senior Partai Golkar Akbar Tandjung, Fitri Krisnawati Tandjung, politikus senior Golkar Rambe Kamarul Zaman (Golkar), advokat Razman Arif Nasution (Hanura), dan eks presenter dan pendiri ICW Irma Hutabarat (PSI).
Di Sumut III, para petahana juga kembali turun mulai dari Djohar Harifin Husin (Gerindra), Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat (PDIP), Junimart Girsang (PDIP), Bob Andika Mamana Sitepu (PDIP), Delia Pratiwi (Golkar), Waketum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia (Golkar), Rudi Hartono Bangun (Nasdem), Ansory Siregar (PKS), Nasril Bahar (PAN) dan Hinca Pandjaitan (Demokrat).
Nama lain yang juga akan bertarung di dapil ini adalah Jansen Sitindaon (Demokrat), mantan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno (PKS), Ketua Rumah Petani Nelayan Nusantara (RPNN) Sumatera Utara, Elyas Marwan Sembiring (PKS), Ketua DPD Hanura Sumut dan Ketua KNPI Sumut, El Adrian Shah (Hanura) dan eks Menteri Kehutanan, MS Kaban (Partai Ummat).
Petahana Turun Lagi, Calon Baru Sulit Menang?
Peneliti senior Populi Center, Usep S. Ahyar menilai, wajar bila para petahana diturunkan oleh partai. Selain faktor tidak ada pembatasan waktu anggota DPR, partai melihat probabilitas kemenangan untuk menjaga kursi dan suara lebih besar.
“Petahana potensi menangnya juga tinggi, petahana itu karena mereka, kan, kalau melihat rumus dari kemenangan, kan, kalau melihat caleg-caleg yang menang itu paling enggak punya 3 hal gitu. Dia punya jaringan, lalu dia punya pengalaman, reputasi, yang ketiga punya kapital. Nah jaringan petahana punya semua itu,” kata Usep kepada reporter Tirto.
“Jadi petahana yang kalah itu, inilah kurang bisa menggunakan kapitalnya," lanjut Usep.
Usep menilai, kader yang baru juga bisa memenangkan kursi selama mereka bisa memegang 3 hal, yakni jaringan, pengalaman, dan reputasi serta kapital. Hal itu dapat dilihat dari banyak tokoh partai yang berkali-kali menang seperti Doli Kurnia maupun Meutya Hafidz dari Golkar. Mereka, kata Usep, menjaga dan merawat konstituen. Para petahana ini punya potensi menjaga lebih tinggi lantaran memiliki dana reses hingga 5 kali setahun.
Usep juga mengingatkan, upaya merawat jaringan akan membuat potensi tokoh tersebut lebih kuat daripada partainya. Dengan demikian, tidak tertutup kemungkinan tokoh partai yang besar berpindah ke partai lain meski sudah punya pemilih stabil.
“Jadi walaupun misalnya satu partai itu perolehan di survei hari ini elektabilitasnya tinggi, tapi kadang-kadang meleset karena memang penentunya bukan hanya partai, tapi juga siapa yang dicalonkan oleh partai itu," kata Usep.
Usep mengatakan, partai yang memiliki elektabilitas tembus 20 persen di legislatif bisa saja jatuh akibat faktor ketokohan. Hal ini, dalam kacamata Usep, adalah bentuk kelemahan sistem proporsional terbuka. Jika sistem menggunakan tertutup, partai akan lebih kuat.
Usep juga menekankan hampir semua dapil di Sumut adalah pertarungan keras seperti Pulau Jawa. Hal ini tidak lepas banyak pentolan pengurus pusat partai turun di Sumut. Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa para tokoh lokal juga punya pengaruh.
“Yang harus dihitung bukan hanya dari pusat, perang bintang tapi juga bintang-bintang di daerah itu juga banyak, kayak di kota-kota besar, kayak Medan," kata Usep.
"Sumut tidak jauh dengan Jakarta, dengan Surabaya dengan Bandung dan Jawa Barat dengan kota-kota seperti itu, tokoh-tokoh juga banyak," tutur Usep.
Minimal Jaga Kursi, Meski Tetap Berupaya Lebih
Sejumlah partai memastikan mereka akan berusaha menjaga suara dan kursinya sambil merebut kursi dari partai lain. PAN misalnya. Partai yang digawangi oleh Zulkifli Hasan itu berambisi untuk merebut lagi setidaknya satu kursi dan target minimal tidak kehilangan kursi.
“Target kursi PAN DPR RI di Provinsi Sumatera Utara minimal mempertahankan 3 kursi yang sudah ada dan kami sedang berjuang untuk Dapil II Sumatera Utara dari 1 kursi menjadi 2 kursi karena dari sisi perolehan suaranya sangat memungkinkan untuk mendapatkan dua kursi," kata Waketum DPP PAN, Viva Yoga, Rabu (13/9/2023).
Viva mengatakan, PAN juga melakukan pembekalan dan pelatihan pada saksi untuk menjaga suara dan kursi yang diperoleh di Pileg 2019 (3 kursi). Mereka juga akan bekerja untuk meraup satu kursi lagi pada 2024 setelah melihat potensi suara di pileg sebelumnya.
“Kami menurunkan petahana juga dan beberapa caleg baru yang potensial yang kami harapkan nanti bisa menambah suara," kata Viva.
Sementara itu, Deputi Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menilai, partai berlambang mercy itu saat ini mampu bertarung di Pileg 2024 lebih baik. Hal ini tidak lepas dari prospek caleg yang diajukan.
Bappilu Partai Demokrat, kata Kamhar, juga sudah memilih dengan baik kader mereka. Kamhar yakin, Demokrat bisa meraup setidaknya ada penambahan 1 kursi per dapil atau setidak-tidaknya mempertahankan kursi mereka.
“Artinya sekurang-kurangnya ada penambahan 1 kursi pada salah satu atau dua dapil, dan target optimisnya setiap dapil bisa memperoleh 2 kursi," kata Kamhar singkat.
Sementara parpol peserta pemilu baru, Partai Ummat yakin bisa merebut suara dan kursi di Sumut. Ketua BPN Partai Ummat, Taufik Hidayat mengatakan, mereka menerjunkan kader terbaik dan dikenal publik.
“Insyaallah kami akan bisa merebut suara dan kursi di seluruh dapil Sumut," kata Taufik kepada reporter Tirto.
Di Sumut 1, Partai Ummat punya dua jagoan, yaitu Masri Sitanggang, tokoh Sumatera Utara dan Ustaz Lukman Hakiem, mubaligh Kota Medan. Kedua tokoh ini diyakini akan memenangkan Pileg 2024 di Sumut I.
Untuk Dapil 2, partai yang didirikan Amien Rais itu menurunkan Buya Syamsir Alam yang tokoh Muhammadiyah, kemudian di Dapil Sumut 3 ada ek Menteri Kehutanan, MS Kaban dan TB Massa yang merupakan akademisi dan mantan Sekjen Masyumi. “Dengan tokoh tokoh sentral tersebut insyaallah bisa meraih target satu kursi per dapil," kata Taufik.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz