tirto.id - Perbedaan bioteknologi konvensional dan modern yang paling utama bisa dilihat dari aspek teknik dalam proses pembuatan produknya. Teknik dalam bioteknologi konvensional lebih sederhana jika dibandingkan dengan bioteknologi modern.
Contoh penerapan bioteknologi konvensional adalah proses fermentasi, seperti dalam pembuatan tape, tempe, dan yoghurt. Sementara itu, salah satu contoh penerapan bioteknologi modern ialah pemakaian teknologi DNA Rekombinan dalam produksi vaksin.
Dikutip dari Modul Bioteknologi Pangan [PDF] terbitan UT, bioteknologi adalah metode atau proses yang melibatkan makhluk hidup (organisme hidup) untuk menghasilkan produk baru sehingga bisa bermanfaat untuk pelbagai kebutuhan manusia.
Dari segi bahasa, bioteknologi berasal dari 3 kata yaitu bios, teuchos, dan logos. Kata bios memiliki makna kehidupan, teuchos berarti alat, dan logos bermakna ilmu atau metode ilmiah yang dipakai demi mencapai tujuan.
Istilah bioteknologi pertama kali muncul sekitar tahun 1917 saat dilontarkan oleh seorang insinyur dari Hungaria bernama Karl Ereky. Ereky menggunakan istilah ini untuk menggambarkan interaksi antara sistem biologi, organisme, dan teknologi untuk mengubah bahan baku menjadi produk baru yang dapat digunakan memenuhi beragam kebutuhan manusia.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, bioteknologi tidak hanya menjadi bentuk dari penerapan prinsip dan metode disiplin biologi. Menurut Murray dan Young (1996) dalam the “Comprehensive Biotechnology: The principle of Biotechnology,” bioteknologi merupakan penerapan dari gabungan tiga macam cabang ilmu yaitu biologi, kimia, dan teknologi rekayasa.
Sejak bidang ini muncul, pemerintah di sejumlah negara maju telah mengalokasikan perhatian dan anggaran untuk pengembangan bioteknologi. Dukungan seperti ini segera memperluas jangkauan bioteknologi di berbagai bidang, seperti kedokteran, pangan, farmasi, industri, hingga militer.
Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Modern
Secara umum, bioteknologi terbagi menjadi 2 jenis yang berbeda yaitu konvensional dan modern. Bioteknologi konvensional pada dasarnya sudah dipraktikkan sejak lama. Lain halnya dengan jenis kedua yang baru berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di abad-abad modern.
Mengutip Modul Bioteknologi terbitan UIN Raden Intan Lampung [PDF], bioteknologi konvensional menggunakan teknik yang lebih sederhana daripada bioteknologi modern.
Bioteknologi konvensional adalah proses pembuatan produk mengandalkan mikroorganisme utuh secara langsung tanpa proses rekayasa apa pun. Karena itu, pemanfaatannya di dalam kehidupan masih terbatas dan hanya dalam skala kecil.
Sebaliknya, bioteknologi modern merupakan proses pembuatan produk dengan metode yang lebih kompleks, seperti melibatkan rekayasa genetika guna menghasilkan DNA rekombinan atau melalui pemanfaatan organisme transgenik untuk menghasilkan produk tertentu dalam skala massal.
Dengan demikian, secara mendasar, perbedaan bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern terletak pada kompleksitas metode maupun prosesnya, bidang jangkauan, dan skala produksinya.
Contoh Penerapan Bioteknologi Konvensional dan Modern
Contoh penerapan bioteknologi konvensional maupun bioteknologi modern sebenarnya selama ini mudah ditemukan. Produk-produk yang dihasilkan 2 jenis bioteknologi itu sering kali telah menjadi bagian dari konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh bioteknologi konvensional yang mudah ditemui di kehidupan sehari-hari adalah proses fermentasi. Fermentasi adalah proses perubahan enzimatik secara anaerob yang berasal dari senyawa organik kompleks menjadi produk organik lebih sederhana.
Salah satu produk hasil proses fermentasi adalah tempe. Dalam produksi tempe, proses fermentasi memanfaatkan mikroba kapang Rhizopus oligosporus.
Produk-produk lain yang merupakan hasil fermentasi adalah bir, yogurth, keju, nata de coco, tape, acar, kefir, kimchi, dan masih banyak lagi.
Contoh penerapan bioteknologi modern jauh lebih banyak. Salah satu metode dalam bioteknologi modern adalah teknologi DNA Rekombinan. Pemanfaatkan teknologi DNA Rekombinan selama ini telah menghasilkan banyak obat-obatan, vaksin, bahan pangan, hingga bahan pakaian. Salah satu hasil pemanfaatan teknologi DNA Rekombinan ialah insulin untuk pengobatan penderita diabetes.
Sejumlah contoh penerapan bioteknologi modern adalah sebagai berikut:
1. Teknologi DNA Rekombinan
Teknologi DNA Rekombinan merupakan rekayasa genetika untuk menghasilkan sifat baru, dengan cara merekombinasikan gen tertentu dengan DNA genom.
2. Hibridoma
Hibridoma ditemukan temukan oleh George Kohler dan Cesar Milstein pada 1975. Teknologi ini bermanfaat untuk menghasilkan antibodi monoklonal yang identik terhadap antigen spesifik dalam jumlah besar.
3. Kultur Jaringan
Teknologi Kultur Jaringan berpengaruh besar di bidang pertanian dan perkebunan kontemporer. Pengertian Kultur Jarinagn adalah teknik perbanyakan tanaman sacara vegetatif yang dilakukan dalam laboratorium secara in vitro yang didasarkan pada sifat totiponsi tumbuhan.
4. Teknologi Tanaman Transgenik
Teknologi ini berguna untuk mentransformasikan gen agar sifat maupun kualitas tumbuhan bisa direkayasa dan dikendalikan.
5. PCR (Polimerase Chain Reaction)
Istilah PCR dikenal secara luas oleh masyarakat ketika pandemi Covid-19 terjadi karena menjadi jenis tes yang diyakini paling valid untuk mendeteksi infeksi virus corona. Secara ilmiah, PCR adalah teknik memperbanyak potongan DNA secara in vitro di area spesifik yang dibatasi oleh 2 primer oligonukleotida.
Penulis: Febriyani Suryaningrum
Editor: Addi M Idhom