Menuju konten utama

Macam-macam Teori Motivasi Menurut Ahli: Maslow Hingga Herzberg

Berikut ini macam-macam teori motivasi menurut ahli, dari teori kebutuhan Abraham Maslow hingga teori dua faktor Herzberg.

Macam-macam Teori Motivasi Menurut Ahli: Maslow Hingga Herzberg
Ilustrasi berpikir positif. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Perilaku dan keputusan manusia tidak dapat terlepas dari alasan yang mendorongnya. Alasan itu dapat hadir dari dalam diri maupun luar. Maka itu, dalam studi psikologi, ada perhatian terhadap motivasi.

Motivasi berasal dari kata motif. A. Usmara melalui buku Motivasi Kerja: Proses, Teori, dan Praktik (2006:12) menerangkan, motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang yang mendorongnya melakukan aktivitas tertentu demi satu tujuan.

Maka itu, motivasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan kekuatan dari dalam maupun luar individu yang menentukan bentuk dan intensitas tindakan dalam memenuhi kebutuhannya. Sejumlah pakar psikologi sepakat bahwa faktor motivasi bisa menjelaskan arah, intensitas, dan konsistensi perilaku individu dalam menggapai sebuah tujuan.

Untuk memahami bagaimana sesungguhnya pola seseorang dalam berperilaku maupun mengambil suatu keputusan, maka muncul teori motivasi. Ada beragam teori motivasi menurut para ahli.

Macam-macam Teori Motivasi Menurut Ahli

Berikut ini ringkasan teori-teori motivasi yang dirumuskan oleh sejumlah ahli, mulai dari Abraham Maslow hingga Frederick Herzberg.

1. Teori Motivasi Abraham Maslow: Hierarki Kebutuhan

Seseorang dapat termotivasi ataupun memotivasi orang lain dengan memahami apa yang menjadi kebutuhannya. Terdapat tiga pemikir utama pemcetus teori motivasi berdasarkan kebutuhan, yakni Abraham Maslow, Clayton Alderfer, dan David McClelland.

Abraham Maslow mencetuskan teori yang terkenal, yakni hierarki kebutuhan. Pandangan Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar. Adapun dalam memenuhi masing-masing kebutuhan tersebut akan dimulai dari kebutuhan yang paling rendah terlebih dulu sebelum meningkat ke kebutuhan yang paling tinggi.

Lima kebutuhan yang dimaksud Maslow di antaranya adalah kebutuhan psikologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan dihormati, dan kebutuhan akan pencapaian sesuatu.

Kebutuhan psikologis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan biologis paling fundamental, seperti pangan, papan, kesehatan, serta kebutuhan fisik lainnya. Sementara kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan rasa aman dari lingkungan baik secara fisik maupun psikis.

Kebutuhan sosial berhubungan dengan kebutuhan seseorang akan rasa cinta, ingin diterima, dan memiliki. Hubungan persahabatan adalah salah satu wujud dari pemenuhan kebutuhan ini.

Kebutuhan untuk dihormati adalah kondisi seseorang yang ingin dianggap kehadirannya, sehingga ia pun merasa layak untuk mencapai cita-cita sebagaimana individu lain.

Adapun kebutuhan akan pencapaian sesuatu dimaknai oleh Maslow sebagai kebutuhan individu untuk mengaktualisasikan dirinya. Tujuannya agar kemampuan dan karyanya dapat berkembang.

2. Teori Motivasi ERG Clayton Alderfer

ERG kepanjangan dari Existence, Relatedness and Growth. Dalam bahasa Indonesia, teori motivasi ERG juga dapat disebut teori eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan. Clayton Alderfer merupakan tokoh yang mengembangkan teori motivasi ERG

Secara umum, pandangan Alderfer merupakan hasil ringkasan dari pemikiran Maslow. Hanya saja, baginya, seseorang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut secara bebas. Jadi, tak perlu memenuhi kebutuhan berdasarkan suatu tingkatan prioritas seperti pandangan Maslow.

3. Teori Motivasi Prestasi McClelland

Teori motivasi prestasi yang dirumuskan David McClelland menganggap individu memiliki cadangan energi potensial yang bisa dikembangkan. Pengembangannya bergantung pada dorongan individu, situasi juga kesempatan yang ada.

Menurut McClelland ada 3 kebutuhan inti seseorang, yakni kebutuhan untuk mencapai sesuatu, kebutuhan akan kekuasaan, dan kebutuhan terhadap afiliasi.

Kebutuhan akan mencapai sesuatu atau berprestasi pada seseorang hakikatnya berasal dari konflik diri antara harapan keberhasilan juga ketakutan untuk gagal. Maka menurut McClelland setiap individu memiliki kecenderungan yang kuat untuk berhasil.

Lebih lanjut, kebutuhan akan prestasi memiliki dua indikator, yakni kemampuan atau kapabilitas dan kreativitas. Kapabilitas berkaitan dengan bagaimana bakat juga upaya atau latihan yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu hingga menghasilkan suatu kompetensi. Adapun kreativitas adalah proses penciptaan karya atau inovasi-inovasi baru.

Berikutnya, kebutuhan akan kekuasaan maksudnya adalah keinginan yang berasal dari diri untuk memiliki pengaruh sehingga dapat memengaruhi individu lain.

McClelland berpendapat, seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi cenderung memiliki beberapa karakter menonjol. Misalnya, sangat kompetitif, bertanggung jawab, dan gemar berjuang agar dapat memberi pengaruh terhadap lingkungannya.

Terakhir, kebutuhan terhadap afiliasi merupakan kebutuhan seseorang akan hubungan sosial yang baik. Kebutuhan ini ditandai oleh motif yang tinggi untuk menjalin persahabatan, hubungan yang kooperatif dan menciptakan hubungan dua arah (mutualism).

4. Teori Motivasi Edwin Locke: Penentuan Tujuan

Teori motivasi berdasarkan pada penentuan tujuan merupakan buah karya Edwin Locke, seorang psikolog asal Amerika Serikat. Menurut Edwin Locke, seseorang tak akan termotivasi apabila belum memahami apa yang menjadi tujuannya.

Setelah memahami apa yang menjadi tujuannya, penting bagi Locke bahwa seseorang juga telah memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut. Karena berdasarkan teori ini, kemampuan atau kompetensi seseorang yang kemudian dapat mempengaruhi motivasinya.

5. Teori Motivasi Victor Vroom: Penentuan Harapan

Victor H. Vroom, seorang psikolog kebangsaan Kanada mencetuskan teori motivasi yang ia sebut sebagai expectancy theory atau teori penentuan harapan.

Menurut Vroom, seseorang bisa termotivasi atau memotivasi berdasarkan evaluasi pekerjaan pada tahap pertama. Artinya, seseorang akan melakukan evaluasi terlebih dulu apakah suatu pekerjaan tersebut ada kemungkinan memberikan nilai. Jika iya, notabene seseorang akan melanjutkan hal tersebut karena adanya ekspektasi terhadap pekerjaan tersebut, baik dari sisi nilai yang berharga maupun imbalan yang sesuai.

Motivasi macam itu muncul karena manusia juga memiliki kecenderungan untuk menghindari rasa kecewa atau perasaan yang merugikan. Akan tetapi, di sisi lain, manusia biasanya ingin berupaya sekecil mungkin, meski probabilitas yang ia ekspektasikan juga bisa bernilai kecil.

4. Teori Motivasi Dua Faktor Frederick Herzberg

Teori dua faktor adalah buah pemikiran Frederick Herzberg. Dalam kajiannya tehadap motivasi, dia berfokus pada faktor penting dari kepuasan serta ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan.

Herzberg mengklasifikasikannya menjadi dua faktor. Pertama, faktor ekstrinsik, yang terdiri dari gaji, status, keamanan kerja, supervisi, administrasi dan kebijakan.

Faktor ekstrinsik yang juga disebut Herzberg sebagai hygiene, memiliki penjelasan bahwa melalui faktor tersebut akan membawa kecenderungan seseorang mengalami ketidakpuasan kerja.

Namun, karena faktor tersebut, mau tidak mau, seseorang berkewajiban menjalankan tugasnya. Maka, motivasi yang muncul, sepenuhnya karena kebutuhan akan insentif atau hal-hal lain yang termasuk dalam faktor eksternal.

Kedua, faktor intrinsik, yang terdiri dari prestasi, penghargaan, tanggung jawab, bentuk pekerjaan dan pertumbuhan. Herzberg juga menyebutnya sebagai faktor pemuas atau motivator.

Menurut Herzberg, faktor intrinsik akan membawa seseorang mendapatkan kepuasan kerja. Sebab melalui komponen faktor intrinsik, seseorang lebih bergairah dan termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaan.

Lebih lanjut, Herzberg menjelaskan meski faktor eksternal dapat diterapkan, ketidakpuasan kerja tinggi cenderung akan menyebabkan seseorang akan keluar dari pekerjaan. Sementara jika faktor internal tidak banyak diterapkan atau kepuasan kerja rendah, hal itu tidak banyak menyebabkan seseorang akan keluar dari pekerjaan. Hanya saja, motivasi diri dalam menyelesaikan pekerjaan akan rendah.

Baca juga artikel terkait TEORI PSIKOLOGI atau tulisan lainnya dari Galih Ayu Palupi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Galih Ayu Palupi
Penulis: Galih Ayu Palupi
Editor: Addi M Idhom