tirto.id - Bank Indonesia (BI) melalui Survei Harga Properti Residental mencatat adanya kenaikan harga rumah di pasar primer pada triwulan II 2025. Hal itu tercermin dari Indeks Harga Properti Residental (IHPR) triwulan II 2025 yang tumbuh 0,09 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Meski begitu, kenaikan harga rumah tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan harga yang terjadi di triwulan sebelumnya yang mencapai 1,07 persen.
“Perkembangan harga properti tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan penjualan unit properti residensial tipe kecil di pasar primer,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (6/8/2025).
Jika dirinci, pada periode April-Juni 2025, rumah kecil mengalami kenaikan harga sebesar 1,39 persen, lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang sebesar 1,39 persen. Sedangkan untuk rumah tipe besar, mengalami pelambatan kenaikan harga, dari yang di triwulan I 2025 sebesar 0,97 persen menjadi 0,70 persen.
Sementara itu, untuk rumah tipe sedang tercatat mengalami kenaikan dari yang sebelumnya sebesar 1,14 persen menjadi 1,25 persen di triwulan II 2025.
“Secara spasial, dari 18 kota yang disurvei, 14 kota di antaranya mencatat perlambatan pertumbuhan IHPR secara tahunan. Perlambatan tercatat di Kota Pekanbaru dan Surabaya, masing-masing dari 2,69 persen (yoy) dan 1,05 persen (yoy) pada triwulan I 2025 menjadi 1,67 persen (yoy) dan 0,44 persen (yoy) pada triwulan II 2025,” tulis Bank Indonesia, dalam laporan hasil Survei IHPR Triwulan II 2025.
Sejalan dengan kenaikan harga tersebut, penjualan rumah di pasar primer mengalami kontraksi sebesar 3,80 persen di triwulan II, setelah sebelumnya sempat tumbuh 0,73 persen (yoy). Perkembangan ini disebabkan oleh penjualan rumah tipe kecil yang hanya tumbuh sebesar 6,70 persen (yoy), lebih rendah ketimbang periode sebelumnya yang mencapai 23,75 persen (yoy).
Kemudian, penjualan rumah tipe besar justru mengalami kontraksi sebesar 14,95 persen (yoy), lebih dalam dari triwulan I 2025 yang terkontraksi sebesar 11,69 persen (yoy). Sedangkan, penjualan rumah tipe menengah mengalami kontraksi sebesar 17,69 persen (yoy), lebih baik ketimbang periode lalu yang mengalami kontraksi hingga 45,69 persen (yoy).
“Dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 78,36 persen. Dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 73,06 persen dari total pembiayaan,” beber Denny.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































