Menuju konten utama

Pendidikan Seks dari Sekolah Hingga Situs Porno

Situs porno sering dianggap negatif, tapi di balik sisi kelam--situs porno punya "tanggung jawab" untuk mengedukasi dan memberi konsultasi seputar seks bagi para pengunjungnya. Pornhub merilis sexual wellness center yang dikelola psikolog klinis Laurie Betito Ph.D.

Pendidikan Seks dari Sekolah Hingga Situs Porno
Pendidikan sex di salah satu sekolah di Bangalore, India. Foto/REUTERS/LANDOV/Arko Datta

tirto.id - Di dunia ini tak ada sesuatu yang benar-benar hitam atau putih, ini yang ingin dicitrakan oleh situs Pornhub sebagai pemimpin industri pornografi saat ini. Februari 2017, dilansir dari situs MensHealth, Pornhub merilis sexual wellness center yang bisa diakses dengan cuma-cuma oleh pengunjung yang ingin mendapatkan informasi seputar cinta, seks, dan intimasi yang biasanya tak didapatkan dari menonton porno semata. Pengakses rata-rata situs porno per tahun sebanyak 87,8 miliar views.

Pornhub merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada para pengakses situsnya yang bisa jadi tak pernah terpikirkan oleh situs-situs lain yang sekadar mengeksploitasi seks dari gambar dan video. Situs ini pun menggaet psikolog klinis dan radio host Laurie Betito Ph.D. untuk memberi konsultasi tentang perilaku seks yang aman, serba-serbi infeksi yang ditularkan melalui hubungan badan, serta saran-saran tentang hubungan dengan pasangan.

Ide edukasi seks ini menanggapi adanya kebutuhan pengetahuan anak-anak muda tentang hubungan seksual yang mayoritas mendapatkannya dari visual-visual porno. Interpretasi yang beragam atau bahkan stigma salah kaprah mengenai relasi dan hubungan seks tidak jarang terjadi jika seseorang hanya menangkap informasi dari video-video porno.

Pornhub mencermati hal ini dan menambahkan fasilitas komunikasi interaktif dengan pakar relasi dan seks yang menjadi partnernya supaya misinterpretasi bisa diminimalisasi. Corey Price, Pornhub’s Vice President menyampaikan kepada Mashable, "Tujuan kami adalah menyediakan situs yang mempunyai informasi yang kredibel dan mendalam kepada pengunjung alih-alih mereka harus menjelajah di internet.”

Segmen yang disasar Pornhub untuk fasilitas anyar ini tak hanya para pemula dalam hal pengalaman urusan ranjang, tetapi juga untuk semua orang yang mencari tips dari ahli untuk memenuhi rasa penasaran mereka terhadap aneka topik, termasuk yang paling enggan untuk diungkapkan kepada orang dekat di kehidupan nyata sehari-hari.

Gagasan unik dari Pornhub rupanya bukan hal baru. Setahun silam, dilansir dari situs Muscle and Fitness, situs hiburan dewasa ini juga merilis aplikasi sejenis permainan yang menghubungkan aktivitas seksual dengan kegiatan olahraga membakar kalori.

Fenomena situs porno membuat edukasi seks mendatangkan sebuah pertanyaan reflektif: apakah institusi-institusi sosial sebegitu minimalnya menyuguhkan pengetahuan tentang hal ini? Di negara-negara yang menabukan wacana tentang seks, bisa ditebak edukasi seputar hubungan badan cenderung tak populer. Akibatnya, kesalahan persepsi mengenai seks sering kali tak bisa dihindari.

Pada 2011, survei yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya 20 persen remaja Indonesia usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif seputar HIV yang direlasikan dengan perilaku seksual. Dilansir dari New York Times, Menteri Kesehatan pada masa itu, Dr. Nafsiah Mboi, berpendapat perlu langkah untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan reproduksi bagi para remaja.

“Saya percaya mereka memiliki hak untuk mendapat informasi (tentang seks),” imbuhnya.

Kala itu sang menteri sempat mendapat kecaman dari masyarakat ketika menjalankan program edukasi seks yang mempromosikan penggunaan kondom untuk pencegahan penularan HIV. Hal ini menyiratkan resistensi terhadap pendidikan seks yang bagi sebagian orang—terutama pihak-pihak religius konservatif—justru memberikan implikasi negatif terhadap moralitas.

Peristiwa pelecehan seksual terhadap anak kecil di sebuah sekolah internasional di Jakarta serta sejumlah berita tentang kekerasan seksual terhadap perempuan beberapa waktu silam tak pelak membuat wacana terkait pendidikan seks sejak dini bisa terangkat ke permukaan. Berbagai elemen masyarakat seperti KPAI, Komnas Perempuan, dan Aliansi Remaja Independen menekankan pentingnya peran aktif keluarga dan pemerintah lewat institusi akademik untuk memberikan pendidikan seks kepada remaja.

Beberapa tahun lalu, seperti dikutip dari Antara, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memasukan materi pendidikan seksual yang disebut sebagai pendidikan kesehatan reproduksi di dalam Kurikulum 2013. Materi tersebut ada di dalam mata pelajaran biologi di tingkat SMA/SMK atau mata pelajaran IPA di SMP.

Infografik Pendidikan Seks

Edukasi Seks di Negara Lain

Bagaimana dengan kondisi pendidikan seks di negara-negara lain? Tentunya beberapa negara punya cara yang berbeda, ada yang terbuka atau sebaliknya. Cina jadi salah satu contohnya, sekalipun modernisasi di Cina telah berkembang dengan pesat, nilai-nilai tradisional mereka tak bisa dilepaskan dari benak mayoritas penduduk Negeri Tirai Bambu.

Isabella Steinhauer (2016) menjelaskan dalam jurnal ilmiahnya tentang kondisi pendidikan seks di Cina yang begitu minim. Sistem pendidikan di sana tidak banyak berkontribusi terhadap pengetahuan seksualitas para pelajar seiring dengan mayoritas orangtua yang merasa malu dan canggung saat membahas seks ketika ditanyai anak-anaknya. Pendidikan seks umumnya hanya disisipkan dalam bahan ajar Biologi dasar di sekolah.

Sama dengan Cina, India menghadapi kondisi serupa. Seperti ditemukan dalam banyak budaya Asia lainnya, pendidikan seks di India merupakan hal yang kontroversial. Dalam situs The Guardian, mantan Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan mengatakan gagasan ini harus dilarang karena tidak sesuai dengan nilai-nilai di India. Pendidikan seks kemudian diselenggarakan oleh LSM seperti YP Foundation. Lembaga ini membuat program yang terdiri dari 14 kelas untuk anak usia 12 sampai 20 tahun dan melibatkan kegiatan seni dan permainan dan mengangkat bermacam topik seputar gender termasuk stereotipe-stereotipe di masyarakat.

Di Asia memang pendidikan seks masih tabu, beda dengan di dunia barat seperti Kanada. Pendidikan seks di Kanada tidak sekadar menyampaikan hal-hal seputar kesehatan reproduksi dan memiliki relasi yang sehat. Pemerintah memperbaharui kurikulum pendidikan seks di Ontario dengan mencantumkan materi seputar sexting, mempublikasikan konten seksual secara online, dan cyberbullying.

Di negara maju ini, pendidikan seks bukan tanpa tentangan dari para orangtua. Namun demikian, salah satu guru di Ontario menyatakan argumen seperti dilansir dari situs Global Citizen, “Edukasi seks harus lebih dari sekadar dokumen kurikulum. Ia harus menjadi bagian dari percakapan di sekolah dengan para remaja.”

Sementara itu, di Belanda sejak 1993 menurut Kelly J. Bell dalam Inquiries Journal dengan mengutip studi dari Weaver et. al (2005). Informasi yang diberikan dalam pendidikan seks di sana meliputi kehamilan, infeksi menular seksual, orientasi seks dan homofobia, nilai-nilai seksual, respek terhadap aneka sikap terhadap seksualitas, dan keterampilan untuk mengembangkan seksualitas yang sehat.

Netherlands Institute for Health Promotion and Disease Prevention mendukung program untuk remaja ini dengan turut mendanai dan memberi pelatihan kepada pemateri pendidikan seks. Diskusi terbuka mengenai seks di ruang kelas juga menjadi hal lain yang ditekankan dalam mengedukasi para pelajar seputar seksualitas. Hal lebih terbuka lagi soal pendidikan seks diterapkan oleh Swedia. Edukasi seks di Swedia telah menjadi kewajiban jauh lebih lama dibanding Belanda.

Ada beberapa prinsip yang dipegang ketika mengajari remaja seputar seks di negara ini sebagaimana tercatat dalam studi Lottes (2002), di antaranya “tidak ada yang diperkenankan untuk memperlakukan orang lain sebagai bentuk gratifikasi diri”, “tekanan mental dan paksaan fisik merupakan pelanggaran terhadap kebebasan individu”, “seksualitas dalam konteks relasi personal dianggap lebih baik dibanding seks kasual alias tanpa ikatan.

Ada pesan yang mendalam dari negara-negara maju yang menerapkan pendidikan seks, mereka dididik soal seks bukan untuk menjadi "petualang" tapi menumbuhkan komitmen terhadap sebuah hubungan.

“Kesetiaan seksual dengan satu orang dalam kerangka relasi personal merupakan suatu kewajiban”.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN SEKSUAL atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Suhendra