Menuju konten utama

PB IDI: Pasien Corona Kebanyakan Meninggal karena Penyakit Penyerta

PB IDI menyebutkan bahwa kasus mayoritas pasien Corona yang meninggal disebabkan oleh penyakit peserta. 

PB IDI: Pasien Corona Kebanyakan Meninggal karena Penyakit Penyerta
Ilustrasi. Petugas medis mengenakan pakaian steril saat akan memasuki Labotarium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta, Selasa (11/2/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.

tirto.id - Pasien yang meninggal karena COVID-19 kebanyakan bukan karena virus tapi oleh karena komorbid atau penyakit penyerta. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M Faqih.

"Kasus meninggal mayoritas bukan murni karena virusnya tapi karena kondisi komorbid yaitu penyakit pendamping. Dia sudah punya sakit kemudian terinfeksi virus karena punya sakit, daya tahan tubuh rendah, masuk, sakit jadi tambah parah," kata Daeng dalam diskusi tentang corona yang diadakan di Jakarta, Kamis (20/2/2020), sebagaimana dilansir Antara.

Sebelumnya, wabah penyakit baru yang disebabkan oleh virus corona. COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, China pada akhir 2019 dan sampai saat ini per Kamis (20/2) telah menginfeksi 75.727 orang di 26 negara dengan 74.578 terjadi di daratan China.

Total 2.129 orang meninggal karena penyakit tersebut dan 16.526 orang dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah menjalani perawatan.

Persentase kematian yang disebabkan oleh corona, kata Daeng, memang lebih rendah jika dibandingkan MERS atau H5N1 (flu burung). Hal itu adalah sebuah kabar gembira karena virus itu tidak seganas wabah-wabah sebelumnya.

Profil untuk orang-orang yang meninggal juga kebanyakan sudah lanjut usia, karena virus ini menyangkut dengan persoalan daya tahan tubuh.

"Meskipun tingkat keganasannya jauh lebih rendah dari virus-virus yang terdahulu, virus ini tingkat penyebarannya sangat cepat. Ini kabar tidak enaknya makanya belum beberapa bulan sudah 75.000," kata dia.

Selain itu, kata dia, salah satu masalah adalah karena belum ada vaksin untuk mencegah penyebarannya dan obat untuk mengobatinya.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH