tirto.id - Peluang kerja sebagai pengulas film atau movie reviewer semakin cerah di era digital. Tak hanya media konvensional, kini media sosial juga membutuhkan jasa mereka. Movie reviewer telah menjadi bagian penting yang menunjang kesuksesan sebuah film.
Pekerjaan sebagai movie reviewer, tidak mematok persyaratan gelar akademik tertentu. Siapa saja yang menyukai film, baik terkait alur, produksi atau pemainnya, cocok untuk pekerjaan ini. Tentu saja, dia harus punya keterampilan komunikasi dan menulis yang kuat.
Peluang pekerjaan ini semakin banyak seiring perkembangan media sosial (Youtube, TikTok, Instagram) dan platform streaming, seperti Neflix, Hulu atau Amazon Prime Video. Ini pekerjaan yang menyenangkan, dan cocok dengan minat anak muda. Bayangkan, Anda bisa mendapat hiburan sekaligus imbalan atau penghasilan dari film yang ditonton. Makanya, tidak mengherankan jika profesi ini banyak diminati oleh freelancer.
Melihat peluang itu, Gandhi Fernando yang semula berprofesi sebagai aktor, penulis skenario, dan produser ini pun tertarik untuk menambah satu lagi profesi, yaitu movie reviewer. Ia menyampaikan bahwa ulasan film akan memengaruhi penjualan tiket atau langganan streaming. Sebab, sebuah film atau drama serial akan banyak penonton jika diperbincangkan oleh banyak orang.
Pendapat Gandhi tersebut terbukti benar. Film horor fenomenal di tahun 2024 yang berjudul ‘Vina Sebelum 7 Hari’, misalnya, ramai diperbincangkan warganet setelah ada konten kreator yang mengulasnya di TikTok dan Youtube. Alhasil, film yang berlatar belakang kisah nyata tersebut sukses meraup jutaan penonton.
Melihat fakta tersebut, profesi movie reviewer, diakui atau tidak telah menjadi bagian penting di industri perfilman. Sebelum sebuah karya film dirilis ke publik, para produser film selain mengundang media biasanya juga mencari pengulas film untuk melakukan ulasan atas karya film tersebut.
Ada klien yang memberi kebebasan movie reviewer untuk mengomentari atau menilai sebuah film, namun ada juga yang memberikan ulasan sesuai dengan permintaan klien. Hasil ulasan yang berdasarkan ‘pesanan’ atau tidak jujur ini kurang disukai peminat film. Ulasannya sering dianggap berlebihan atau tidak sesuai dengan fakta.
Persyaratan dan Bayaran ‘Movie Reviewer’
Meski menjadi pengulas film tidak mensyaratkan pendidikan tinggi, namun untuk melakukan pekerjaan ini membutuhkan beberapa persyaratan tertentu. Selain keterampilan menulis dan komunikasi, Anda juga membutuhkan komputer, monitor (televisi), dan koneksi internet yang stabil.
Lalu, bagaimana cara memulai bekerja sebagai pengulas film? Ada beberapa jalur yang bisa dilakukan untuk menjadi movie reviewer. Diantaranya, Anda bisa mulai dengan menjadi penulis lepas di majalah, portal berita, atau surat kabar. Jika tulisan dinilai bagus dan akhirnya dimuat di media, peluang untuk menjadi pengulas film atau kritikus film terbuka lebar.
Langkah berikutnya menjadi blogger atau penulis di situs web. Bangun portofolio kamu dengan rutin menulis ulasan film di blog pribadimu. Jika blogmu banyak dibaca orang, lama kelamaan bisa menarik perhatian produser film atau media massa.
Anda juga bisa memanfaatkan media sosial, seperti TikTok, Youtube atau Instagram sebagai sarana untuk menampilkan konten ulasan film. Media sosial memiliki jangkauan lebih luas untuk mendapatkan penonton lebih banyak.
Selain melalui jalur tersebut, Anda juga bisa menempuh pendidikan atau kursus yang berkaitan dengan menulis film atau studi film di perguruan tinggi. Dan, tak kalah pentingnya adalah memperluas pergaulan dengan para peminat film dan kritikus film. Caranya, cobalah untuk menjadi anggota komunitas kritikus perfilman, datang di acara seminar perfilman, dan sebagainya.
Berapa bayaran seorang movie reviewer? Bayarannya bervariasi tergantung dari pengalaman dan platform yang membayarnya. Sebagai pekerja bebas, pengulas film juga bisa bekerja untuk berbagai platform lain, termasuk di situs web dan blog daring.
Honor dari movie reviewer bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti pengalaman, media tempat bekerja, dan lokasi geografis. Tarif pengulas film yang bekerja sebagai pekerja bebas atau kontributor independen bervariasi.
Ada movie reviewer yang dibayar antara 50 hingga 200 dolar AS atau kisaran Rp800 ribu-Rp3,2 juta (dengan asumsi Rp 16 ribu per dolar AS) per ulasan. Nilai ini tergantung pada ukuran dan anggaran situs web atau blog tempatnya bekerja.
Sedangkan pengulas di Youtube dan TikTok, pendapatannya bervariasi tergantung pada jumlah penonton dan pendapatan iklan. Semakin banyak ditonton dan iklan, bayarannya semakin besar. Namun untuk ulasan film di momen khusus, seperti festival film, bayaran movie reviewer bisa lebih besar lagi.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya fee ada tiga hal, yaitu pengalaman dan kredibilitas, skala media, jangkauan dan pengaruh. Mereka yang sudah punya nama populer dan follower banyak, honornya pasti lebih besar.
Sedangkan situs freelancer yang juga menyediakan platform bagi para pemberi kerja yang ingin merekrut pekerja lepas mengungkapkan, fee yang ditawarkan kepada pengulas film juga bervariasi. Ada klien yang menawarkan tarif mulai dari puluhan dolar AS hingga ratusan dolar AS per ulasan.
Nilai yang cukup besar itu sepadan dengan peran pentingnya untuk menyukseskan sebuah film. Menarik bukan!
Pengulas Film Vs Kritikus Film
Selain profesi movie reviewer (pengulas film), kita juga mengenal film critic (kritikus film). Apakah pekerjaan pengulas film sama dengan kritikus film? Ternyata, ada perbedaannya. Sederhananya, seorang kritikus film pasti pengulas film, namun pengulas film belum tentu kritikus film.
Perbedaan utama antara pengulas film dan kritikus film adalah kedalaman dan fokus analisis mereka. Seorang pengulas film biasanya memberikan penilaian yang lebih subjektif, deskriptif, dan ringkas tentang sebuah film.
Pengulas film cenderung berfokus pada nilai hiburan secara keseluruhan, alur cerita, penampilan, dan apakah mereka akan merekomendasikan film tersebut kepada khalayak umum. Ulasan film sering kali diarahkan untuk membantu pembaca memutuskan apakah mereka akan menikmati menonton film tertentu.
Sebaliknya, kritikus film mengambil pendekatan yang lebih analitis dan mendalam. Mereka meneliti sebuah film dari berbagai perspektif, seperti gaya sutradara, sinematografi, tema, konteks budaya/sejarah, dan nilai teknis/artistik.
Walaupun pengulas film dan kritikus film sama-sama memiliki tujuan mengevaluasi film, pengulas lebih berfokus pada pengalaman menonton langsung. Sedangkan kritikus film mengambil pendekatan lebih holistik dan kontekstual untuk memahami serta mengkritik pencapaian artistik dan teknis sebuah film.
Artinya, seorang kritikus film harus memiliki pengetahuan teknis industri perfilman dengan baik agar ulasanya lebih detil dan berbobot. Sedangkan pengulas film bisa saja cukup orang yang senang menonton film. Terlepas dari perbedaan tersebut, baik movie reviewer ataupun kritikus film adalah profesi yang menarik bagi pekerja lepas.
Langkah-Langkah Menulis ‘Review’ Film
Sekolah film dan akting di Amerika Serikat, New York Film Academy (NYFA) dalam panduan penting cara menulis ulasan film menjelaskan beberapa panduan bagi Anda yang tertarik menjadi movie reviewer.
Pertama, tonton film minimum sekali. Bagi para pengulas film pemula biasanya cukup kesulitan untuk menangkap semuanya setelah satu kali menonton. Sebaiknya pemula menonton film terlebih dahulu, lalu menonton lagi untuk mencatat adalah cara mudah untuk meningkatkan kualitas ulasan akhir Anda. Ini juga akan memudahkan untuk mengingat kembali pikiran dan reaksi saat pertama kali menonton film tersebut.
Kedua, ekspresikan pendapat Anda dan dukung kritik Anda. Para pengulas profesional tidak malu untuk berbagi pendapat mereka tentang apakah sebuah film bagus, buruk, atau biasa saja. Para pengulas profesional harus mengungkapkan alasan dan cara mereka melakukan kritik.
Ketiga, pertimbangkan audiens Anda. Apakah Anda membuat ulasan untuk situs penggemar atau media berita? Siapa yang akan membaca tulisan Anda dan apa minat mereka? Mengetahui siapa pembaca dan di mana ulasan akan dipublikasikan dapat membantu memutuskan elemen film mana yang akan disorot. Anda juga penting untuk menyesuaikan gaya penulisan dengan target audiens.
Keempat, bicarakan tentang akting dan pemain. Saat mengulas sebuah film, penting untuk meluangkan waktu membahas penampilannya, Apakah film tersebut menampilkan aktor kawakan dalam peran baru atau penampilan gemilang dari bintang yang sedang naik daun dan bagaimana kualitas aktingnya?
Kelima, menceritakan sisi produksi. Ulasan yang mencakup sorotan atau kesalahan langkah sutradara, sinematografer, dan konstum desainer dapat membantu memberikan dukungan terhadap kritik Anda. Pengulas film dapat menulis ulasan yang memikirkan dengan matang atau tidak hanya sekadar Anda menyukai atau tidak menyukainya.
Sebab itu, akan menjadi nilai plus jika memiliki pengetahuan tentang proses pembuatan film agar dapat menilai penulisan skenario, sinematografi, efek khusus, akting, dan banyak lagi dengan tepat.
Keenam, tidak ada spoiler. Inti dari menulis ulasan film adalah untuk membuat orang tertarik menonton film tersebut. Itulah mengapa sangat penting untuk mengungkapkan bocoran isi film (spoiler) dalam ulasan film. Dengan bocoran atau cuplikan film tersebut, penggemar film diharapkan muncul rasa penasaran, sehingga akhirnya memutuskan untuk pergi menonton film ke bioskop.
Ketujuh, pelajari para profesional. Seperti halnya semua usaha menulis, semakin banyak Anda membaca akan semakin baik. Pengulas film disarankan membaca ulasan film untuk beberapa film favoritnya.
Lalu, tentukan gaya ulasan yang Anda suka dan tidak suka. Pertanyakan alasannya, dan pergunakan mata kritis Anda untuk mempertimbangkan mengapa seorang pengulas memiliki seratus ribu pengikut dan yang lain hanya memiliki dua pengikut.
Editor: Dwi Ayuningtyas