tirto.id - Banyak orang modern yang galau dan kesepian di tengah keramaian. Merasa tidak punya teman atau keluarga yang bisa diajak bercerita atau curhat. Padahal, mereka butuh orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya, memberi dukungan emosional hingga nasihat yang bisa meringankan beban mentalnya.
Pandangan bahwa keluarga adalah tempat ternyaman dan teraman untuk bercerita tidak selalu tepat. Di masa lalu, mencurahkan isi hati kepada orang lain memang dianggap tabu. Tetapi saat ini justru banyak orang merasa lebih nyaman curhat ke orang lain daripada keluarga sendiri.
Bahkan ada yang merasa teman curhat justru jadi ‘dewa penolongnya’ dibandingkan keluarga sendiri. Mereka tidak hanya menjadi pendengar yang baik, tetapi juga memberikan dukungan emosional, nasihat-nasihat, dan kebutuhan rasa aman di saat seseorang sedang mengalami masalah.
Profesi jasa teman curhat ini juga membantu orang yang berkepribadian tertutup (introvert) yang biasa memendam perasaan sendiri untuk nyaman mengungkapkan perasaannya. Alhasil, lahirlah profesi unik, yaitu freelance jual jasa teman curhat, karena curhat merupakan kebutuhan manusia.
Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Atika Dian Ariana, mengatakan masalah yang bertumpuk lama kelamaan akan menjadikan pikiran jenuh dan menimbulkan stres. Hal itu terjadi, karena kemampuan diri kita tidak sebanding dengan tekanan yang dialami.
“Masalah yang bertumpuk di kepala dan terpaku pada persoalan itu menjadikan kita seperti terokupasi atau bahasa sekarang overthinking atau stres,” jelas dia.
Seseorang yang stres, karena menahan cerita akan terganggu kesehatan mental dan fisiknya, seperti daya tahan tubuh turun, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, kesepian, dan gangguan sensivitas. Makanya, curhat menjadi salah satu kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan mental.
Lebih lanjut, di Amerika Serikat (AS) kehadiran jasa yang menawarkan teman curhat dan teman bersosialisasi meningkat pesat. Peningkatan kebutuhan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh salah satu dokter bedah asal AS bernama Dr. Vivek Murthy.
Dirinya menekankan perlunya perhatian lebih terhadap krisis kesehatan masyarakat terkait kesepian, isolasi (diri) dan kurangnya hubungan sosial di Negeri Paman Sam. Krisis kesehatan tersebut sama pentingnya dengan masalah rokok dan obesitas. Ia bahkan membuat panduan dan merekomendasi pemerintah untuk menjadikannya sebagai salah satu langkah strategis nasional.
Urgensitas ini mengingat konsekuensi fisik dari hubungan sosial yang buruk atau tidak memadai sangat mengkhawatirkan. Dr. Vivek Murthy menyebut beberapa konsekuensi mencakup peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 29 persen, risiko stroke naik 32 persen, hingga meningkatkan risiko kematian dini lebih dari 60 persen.
"Mengingat konsekuensi kesehatan yang signifikan dari kesepian dan isolasi, kita harus memprioritaskan pembangunan hubungan sosial dengan cara yang sama seperti kita memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat lainnya yang kritis seperti tembakau, obesitas, dan gangguan penggunaan zat,” tegas Dr. Vivek Murthy.
Pentingnya Kehadiran Teman Curhat
Mengapa orang membutuhkan teman curhat?
Pertama, berbagi beban. Curhat dengan orang yang tepat bisa membuat perasaan kita lebih ringan dan pikiran lebih tenang. Bahkan, seseorang yang sudah putus asa dan berniat bunuh diri bisa dicegah jika bersedia curhat.
Kedua, mendapat perspektif baru atau berbeda. Dengan curhat, kita akan mendapatkan masukan atau nasihat tentang suatu masalah dari sudut pandang orang lain, sehingga bisa memandang persoalan lebih obyektif. Tanpa disangka, bahkan kita kadang-kadang bisa menemukan solusi setelah bercerita dengan orang lain.
Ketiga, dukungan emosional. Curhat kepada teman diperlukan untuk memberikan dukungan emosional. Hanya dengan didengarkan saja, terkadang perasaan menjadi lebih lega dan bahagia, karena merasa diperhatikan dan tidak sendirian menghadapi permasalahan.
Kebutuhan jasa teman curhat ini semakin meningkat di saat pandemi COVID-19 di mana kebanyakan orang berdiam diri di rumah. Banyak yang merasa depresi dan stres menghadapi situasi tersebut, terbukti menurut catatan berbagai lembaga, kasus kekerasan terhadap perempuan, dan anak selama pandemi meningkat.
Kekerasan tersebut banyak yang dilakukan oleh anggota keluarga, seperti suami kepada istri atau anak, ibu kepada anak, dan lainnya. Si korban butuh teman curhat dari penjual jasa teman curhat, karena tidak mungkin mengadu kepada keluarga yang merupakan pelaku kekerasan itu sendiri.
Beruntung banyak tersedia platformjasa teman curhat. Platform yang mewadahi profesi jasa curhat, diantaranya adalah Riliv: Mental Health App, Kalmselor, Halodoc, Psikologimu, Sribu, Curhatin saja, Securhat, Persona, Wysa, AhwalNote Bicarakan.id, dan masih banyak lainnya.
Banyak pilihan freelancer yang bisa dijadikan teman ngobrol. Pertama kalinya membuka platform, para freelancer jasa teman curhat biasanya memperkenalkan diri dengan sapaan yang sederhana.
“Halo saya Siska (bukan nama sebenarnya), saya suka mendengarkan orang curhat dan teman-teman biasanya nyaman curhat dengan saya,” tulis profil penjual jasa curhat di salah satu platform bisnis jasa curhat. Mereka juga menuliskan tarif jasa curhat mulai dari Rp20 ribu hingga Rp200-an ribu per jam.
Latar belakang penjual jasa teman curhat ini beragam. Mereka tidak harus berpendidikan psikologi. Usia juga beragam mulai dari remaja hingga orang dewasa. Yang terpenting adalah mereka bersedia menampung ‘sampah’ keluh kesah dari klien.
Bila klien setuju dengan persyaratannya, mereka bisa langsung mengirim chat atau email untuk membuat jadwal sesi pertemuan secara online atau offline sesuai kesepakatan. Topik curhat beragam, bisa tentang percintaan, keluarga, karir atau pekerjaan, kesehatan, keuangan, pertemanan, dan lainnya.
Peluang Bisnis dan Menolong
Bisnis jasa curhat tidak semata-mata mencari uang, tetapi juga bisa menolong, bahkan mencegah orang untuk bunuh diri. Di era digital, peluang bisnis ini sangat besar seiring penyebaran Internet yang makin luas, tren konseling online, dan berubahnya interaksi masyarakat yang dulu hangat kini mulai individualistis.
Profesi jasa teman curhat ini layaknya usaha jasa. Pemberi jasa yang memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan klien, semakin lama berpeluang mendapatkan klien lebih banyak, karena dipercaya oleh masyarakat.
Misalnya, Tommy, pemilik platform jasa teman curhat @panaskuping. Awalnya di tahun 2020, saat pandemi COVID-19 masih tinggi, dia sering menerima curhatan dari teman-temannya secara gratis. Lama kelamaan, peminat yang curhat makin banyak dan Tommy juga mulai kehabisan uang, sehingga terlintas untuk mulai mengkomersilkannya sejak tahun lalu.
Menurut Tommy yang berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat saat diwawancara beberapa stasiun televisi, dia memasang tarif Rp50 ribu hingga maksimum Rp200 ribu untuk satu sesi curhat dengan waktu paling lama 2 jam.
Sebagai sebuah layanan bisnis, konsumen sebagai pengguna jasa tentu berhak mendapatkan perlindungan, misalnya kerahasiaan curhatan terjaga, sehingga mereka tidak perlu takut persoalan pribadinya bocor ke media sosial.
Sebab, platform freelancer jasa teman curhat juga memberikan pelatihan terkait etika dan prosedur kerja saat menangani klien yang memakai jasanya. Jika terjadi pelanggaran, klien bisa membuat aduan.
Editor: Dwi Ayuningtyas