tirto.id - Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti harus diam di rumah dan mengurus keluarga semata. Namun, ia juga bisa produktif, salah satunya dalam sektor ekonomi. Hal ini dibuktikan Shilvia (35 tahun), ibu dari dua orang anak yang sukses menjalani bisnis hampers.
'Victoria Hampers' toko milik Shilvia yang terletak di Jakarta ini bisa meraup untung Rp30.000.000 hingga Rp40.000.000 per bulan. Tidak hanya membuka toko, dia juga menjajakan dagangannya di sosial media dan e-commerce.
Hampir sembilan tahun Shilvia menggeluti bisnis sambil mengurus kedua orang anaknya. Berawal dari iseng membuat bingkisan acara anak pertama, malah mendatangkan rezeki keluarga.
Dia ingat betul pesanan pertama datang dari kerabatnya yang kebetulan mendapatkan hampers. Modal yang dikucurkan pun tidak banyak, hanya Rp4.000.000.
"Ada saudara yang kebetulan suka dengan hasil hampers buatan saya sendiri, jadinya keterusan dan coba membuat bisnis hampers ini. Sampai pada akhirnya bisnis usaha hampers ini diberi nama Victoria Hampers,” kata dia saat berbincang dengan reporter Tirto, Rabu (21/12/2022).
Beragam paket bingkisan dia jual. Mulai dari cangkir, kue kering, tas, hingga grinder coffee. Harga hampers dibanderol dari Rp50.000 hingga Rp200.000.
Konsumen bisa memesan isi bingkisan yang akan diberikan. Seperti grinder coffee dan cookies sudah termasuk pengemasan hard box dipatok Rp150.000.
Shilvia bercerita jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 cuan semakin meningkat. Pesanan mulai berdatangan satu bulan sebelum perayaan tiba. Cangkir dan kue kering menjadi pilihan favorit. Hasilnya, keuntungan yang didapat naik hingga 50 persen.
"Natal dan tahun baru kita naik kak, 50 persen (keuntungannya)," ungkap Shilvia sambil tersenyum.
Bisnis yang digelutinya saat ini tidak mudah dilalui. Kesulitan datang silih berganti. Membagi waktu untuk mengurus dua orang anak hingga vendor pengrajin rotan yang sering bikin ulah.
Ada saja kesalahan yang dilakukan vendor. Seperti pengiriman yang terlambat sampai pesanan tidak sesuai. Sampai-sampai Shilvia rela membuat hand box sendiri.
“Pastinya ya, apalagi saya ibu rumah tangga juga harus pintar bagi waktu dan masih harus mengurus si kecil umur 4 tahun, nanti nangis nyariin mamanya atau nempel terus ke saya enggak mau lepas jadinya," curhat Shilvia.
Kompak Berbisnis Bersama Anak
Tidak hanya Shilvia. Ivon (59) ibu yang memiliki 3 orang anak juga berhasil menjadi pebisnis sukses. Bingung, kalimat pertama tercetus dari bibirnya.
Bermodal melihat trend yang masih jarang digeluti, Ivon bersama salah satu anaknya, Coroline (32) memilih berjualan hampers.
"Saya lihat usaha hampers masih jarang orang yang mempunyai usaha itu, jadinya saya coba deh buat usaha hampers pada tahun 2012,” katanya.
Hampir sepuluh tahun, 'Doutzen Hampers' toko milik mereka berlokasi di Jakarta bisa meraup keuntungan lumayan besar. Apalagi menjelang Natal dan tahun baru, bisa cuan puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Modal awal yang dikeluarkan sekitar Rp50.000.000. Isi bingkisan yang ditawarkan juga beragam. Mulai Ryland (wine), notebook, gelas, tumbler, mini kalender, coffe maker, coklat, cookies, hingga kopi. Ivon membanderol paket hampers mulai dari Rp50.000 hingga Rp600.000.
Tidak mudah merintis usaha sambil mengurus keluarga. Ivon rela untuk merogoh kocek dalam-dalam. Tujuannya agar bisa membuka toko dan workshop yang tidak jauh dari rumah.
“Saya mencoba meminimalisir hal tersebut dengan mengeluarkan modal yang besar untuk membangun kantor, dan workshop yang dekat dengan tempat tinggal saya. Jadi mobilitas saya aman dan masih dekat dengan keluarga jika ada kebutuhan mendesak,” ungkapnya.
Bisnis yang dirintis saat ini tidak luput dari dukungan suami mereka. Ivon mengakui pasangannya membebaskan untuk memilih usaha yang ingin digeluti.
Saat mulai bekerja, Ivon mengaku selalu diberikan semangat dari sang suami. Tidak lupa mengingatkan untuk selalu tetap bersyukur. Ketika ada masalah, pasangannya ikut membantu mencarikan solusi.
“Bagi saya dukungan suami itu penting, karena dukungan itu juga termasuk dukungan moral yang membuat saya bersemangat setiap harinya dalam menjalankan usaha hampers ini. Suami saya juga terkadang ikut membantu, tetapi karena saya sudah punya banyak karyawan jadinya suami tidak perlu repot – repot lagi untuk membantu,” kata dia.
Peran Ibu Rumah Tangga untuk Perekonomian RI
Peran perempuan dalam perekonomian mulai diakui. Salah satunya oleh negara melalui penyaluran bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Di dalam APBN, kita sudah menerapkan budget tagging yaitu menandai APBN, anggaran-anggaran yang dikeluarkan dan digunakan oleh seluruh kementerian/lembaga yang memperkuat atau memiliki dimensi penguatan gender yaitu cirinya memberikan peranan dan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani dikutip dari Antara.
Sri Mulyani merinci UMKM yang berkontribusi sebanyak 61,1 persen terhadap pendapatan negara pada 2021 dengan jumlah 64 juta, sebanyak 37 juta atau 64,5 persennya dikelola oleh perempuan.
APBN, kata Sri Mulyani, memberikan dukungan kepada perempuan dengan memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Totalnya mencapai Rp370 triliun dengan bunga sangat rendah yang sebagian besarnya dinikmati oleh UMKM.
“Kita juga memiliki instrumen seperti PMN dan Pegadaian dengan program Mekaar. Itu juga menggunakan uang negara,” ujarnya.
Tak hanya itu, negara juga mendukung pembiayaan untuk pelaku UMKM ultra mikro (UMi) dengan plafon kredit yang sangat rendah. Yaitu di bawah Rp10 juta dengan jangka waktu relatif pendek kurang dari 52 minggu.
Sri Mulyani menuturkan, program UMi juga telah berkolaborasi dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Diharapkan UMi tidak hanya bekerja untuk pasar Indonesia, namun bisa menembus pasar dunia melalui ekspor melalui pelatihan atau coaching.
Lebih lanjut Sri Mulyani menjelaskan, baru-baru ini pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan di seluruh Indonesia melakukan branding UMKM Financing Empowerment (U-Fine). Pihaknya memberikan serangkaian kegiatan pembinaan kepada UMKM.
Tujuannya untuk inklusi keuangan dan mendorong debitur program pembiayaan pemerintah untuk naik kelas. Sri Mulyani mengakui banyak perempuan yang terjun menjadi pelaku ekonomi tanpa dibekali dengan pengalaman, keterampilan, networking.
Padahal hal itu sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha. Karena itu, berbagai aktivitas pemberdayaan termasuk akses kepada permodalan menjadi sangat penting.
“Di sinilah negara hadir menggunakan instrumen keuangan negara maupun melalui institusi atau lembaga-lembaga yang diberikan penugasan khusus seperti LPEI untuk mendorong ekspor, PIP Umi untuk memberikan akses kredit dan pemberdayaan coaching kepada UMKM bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang lain dan melalui dana APBN dalam bentuk subsidi bunga,” kata Sri Mulyani.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin