tirto.id - Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) menjadi salah satu destinasi yang tidak boleh dilewatkan jika berlibur ke Bali. Berlokasi di Bukit Ungasan, Kabupaten Badung, Bali, di sini pengunjung bisa melihat monumen patung dibuat oleh I Nyoman Nuarta, merepresentasikan Dewa Wisnu yang sedang menunggangi burung legendaris, burung Garuda.
Diresmikan pada 22 September 2018, GWK merupakan taman budaya yang menawarkan berbagai fasilitas dan pertunjukan seni budaya Bali. Tirto pun berkesempatan untuk berkunjung untuk menikmati seni rupa di sana. Sebelum memasuki kawasan, pengunjung perlu membeli tiket.
Harga untuk tiket reguler dibanderol dengan harga Rp125.000 per orang. Lalu, untuk pengunjung yang ingin masuk ke dalam patung hingga naik ke lantai 9 dan 23, harus merogoh kocek dengan membeli tiket ultimate seharga Rp300.000 per orang. Kemudian, selain menikmati GWK, pengunjung juga bisa menaiki mobil buggy dengan tambahan biaya Rp40.000 per orang.
Di ruang terbuka yang cukup luas dan dekat dengan loket tiket ini, pengunjung akan melihat tiga buah patung putih besar yang akan menyita pandangan. Patung Bhagawan Kasyapa bersama kedua istrinya yaitu Winata dan Kadru langsung memikat pandangan mata pengunjung.
Setelah melakukan pembelian tiket, Tirto bersama tim pun melakukan swafoto bersama di depan ketiga patung tersebut, bahkan mengambil gambar berupa video juga untuk mengabadikan momen. Di spot yang sama, terlihat para pengunjung lokal hingga turis mancanegara juga turut mengabadikan momen mereka bersama orang-orang terdekat.
Pembelian tiket sudah dilakukan, pengunjung langsung bisa bergegas masuk mengikuti arahan sampai bertemu antrian untuk menaiki mobil buggy. Tentu saja mengeliling wilayah GWK dengan berjalan kaki pasti akan melelahkan karena luas dari wilayah ini kurang lebih 60 hektar.
Kendaraan mobil buggy ini akan membawa pengunjung dari Plaza Bhagawan ke lokasi Patung GWK. Berhubung saat kedatangan, matahari sangat terik sehingga layanan ini sangat membantu untuk cepat sampai ke lokasi tujuan.
Dalam perjalanan menuju Patung GWK menggunakan mobil buggy, pengunjung disajikan pemandangan alam lain yang menarik untuk dinikmati. Pemandangan tersebut adalah tebing-tebing kapur tinggi yang berjajar di kiri dan kanan jalan menuju maskot utama, yang lain dan tak bukan adalah patung garuda dan patung Dewa Wisnu.
Di siang hari dengan cuaca Bali yang panas membuat tebing-tebing tersebut terlihat gersang, namun tetap indah dilihat. Tak sampai 10 menit berkendara, sampailah kami di area Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK Statue). Memasuki Patung GWK di lantai dasar, pengunjung disambut dengan beberapa ogoh-ogoh mini yang dipajang di sisi kanan dan kiri.
Menjadi patung monumental tertinggi ke-4 di dunia, Patung GWK memiliki tinggi sekitar 122 meter dengan berat 4.000 ton. Keindahan dan kemegahannya kerap dinikmati oleh pengunjung walaupun dari luar saja bahkan sudah disediakan spot khusus untuk berfoto yang letaknya tepat di bawah patung Garuda Wisnu Kencana tersebut.
Terlihat wilayah ini menjadi lokasi favorit pengunjung untuk mengabadikan momen. Namun, pengalaman tak berakhir sampai di sana saja. Ternyata, pengunjung juga dapat berkesempatan untuk masuk ke patung tersebut dan menikmati keindahan Bali dari ketinggian. Menurut Guest Relation Officer, Andre, (27), isi patung tersebut merupakan jalan masuk ke dalam badan patung yang terdapat 30 lantai di dalamnya.
“Ada 30 lantai, tapi yang bisa dikunjungi pengunjung di lantai 9 dan 23, menggunakan lift. Di dua lantai itu nanti ada konten-konten soal GWK. Akan ada tour guide nya juga,” kata Andre saat berbicang dengan Tirto, Jumat (22/9/2024).
Andre menambahkan, di lantai 9 pengunjung akan menikmati tur eksklusif dengan disuguhkan berbagai konten menarik mengenai proses pembangunan Patung GWK berupa video animasi. Sedangkan, jika menuju lantai 23, katanya, pengunjung akan disajikan dengan pemandangan Pulau Bali melalui galeri pandang yang berada di bagian sayap patung GWK.
“Ya pokoknya tentang filosofis sampai sejarahnya nanti ada ditayangkan,” ujarnya.
Sejak peresmian yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada 2018, kawasan GWK hadir dengan berbagai peremajaan fasilitas, yang terdiri dari beberapa venue, antara lain Plaza Wisnu, Lotus Pond, Festival Park, Amphitheater, yang memiliki luas area hingga 5.000 meter persegi dengan kapasitas 15.000 pengunjung. Perubahan ini dirasakan oleh Sari (30) salah satu pengunjung GWK yang mengaku merasakan perbedaan signifikan antara saat dulu pertama kali berkunjung, dengan kunjungan ketiganya kali ini.
“Terakhir banget ke sini 2008, itu masih lapang. Belum begini, udah ada museum dan lain-lain. Makanya sebenarnya pas 3 bulan lalu kesini lagi, kaget. Mungkin setelah diresmiin pas 2018 jadinya udah sebagus ini ya,” ujar Sari kepada Tirto.
Setelah mengunjungi Patung GWK, Tirto langsung menuju shelter mobil buggy untuk ke lokasi berikutnya, yakni Lotus Pond. Kawasan ini merupakan sebuah area terbuka yang menawarkan pemandangan spektakuler dari Patung Garuda.
Terlihat spot ini juga merupakan salah satu spot foto yang banyak menarik perhatian pengunjung. Berdasarkan dari laman resmi GWK Cultural Park, keelokan Lotus Pond telah menjadikannya sebagai tuan rumah bagi berbagai acara prestisius, termasuk Gala Dinner KTT G20. Selain itu, keindahannya juga sangat cocok untuk acara pernikahan besar.
Berbentuk seperti sebuah lembah seluas 4.000 meter persegi yang dikelilingi tebing kapur yang berjejer di kanan dan kiri, patung besar GWK dapat terlihat di antara dua tebing kapur tersebut. Meski cuaca sangat terik di Bali, terlihat wilayah ini tetap diramaikan oleh pengunjung untuk mengabadikan moment.
Salah satu pengunjung, Fanin, (23), mengakui ini merupakan kunjungan keduanya setelah 2022. Spot di Lotus Pond ini tetap menjadi tempat favoritnya untuk berswafoto. Selain spot foto favoritnya di GWK, dia juga mengatakan hiburan favoritnya selama kunjungan di GWK adalah penampilan tari kecak yang ditampilkan di Amphitheater.
“Sebelum ini, terakhir ke sini itu 2022 sama teman-teman kuliah pas sore. Nah, aku paling suka sebenarnya di sini itu penampilan tari kecak nya di indoor-nya gitu namanya Amphitheater,” kata Fanin.
Mengutip dari laman resmi GWK Cultural Park, Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana dapat disaksikan setiap hari pada pukul 18.00 WITA di Amphitheater. Wilayah ini menjadi venue pertunjukan seni dan budaya yang memiliki daya tampung hingga 500 tempat duduk. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu, Tirto tidak berkesempatan untuk mengunjungi Amphitheater secara langsung.
Terakhir dan terpenting, jangan lupa untuk mengunjungi Kencana Souvenir untuk berbelanja oleh-oleh. Mengingat GWK yang menjadi destinasi wisata yang banyak diincar wisatawan, rasanya kurang afdal jika tidak membawa buah tangan untuk orang terkasih setelah pulang berlibur di Bali. Berdasarkan yang Tirto lihat, beberapa cendera mata yang dijual yakni kaus, gantungan kunci, tas, dan beberapa barang lainnya.
Sejarah Pembangunan Patung GWK
Dikutip dari Indonesia.go.id, ide pembangunan patung GWK oleh I Nyoman Nuarta telah muncul sejak tahun 1989. Lalu setahun kemudian yakni 1990, usulan Nyoman disetujui oleh Presiden Soeharto. Pembangunan berjalan sampai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan tujuh tahun kemudian, yakni pada 8 Juni 1997.
Namun, dikarenakan adanya imbas krisis moneter 1997-1998, proyek pembangunan patung GWK sempat dihentikan sementara. Pembangunan dilanjutkan kembali pada 2013 di bawah manajemen PT Alam Sutera Realty Tbk, hingga akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Hal ini artinya, pembangunan patung GWK oleh I Nyoman Nuarta membutuhkan waktu 28 tahun hingga terwujud.
The Straits Times menobatkan Garuda Wisnu Kencana sebagai patung tembaga terbesar di dunia dengan urutan tertinggi keempat setelah Patung Vallabhbhai Patel pemimpin pertama India (182 meter), Sang Buddha di Tiongkok (153 meter) dan Myanmar (130 meter).
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Intan Umbari Prihatin