Menuju konten utama
Parenting

Mengenal Parallel Parenting, Pola Asuh Anak Setelah Bercerai

Mengenal Parallel Parenting, pola asuh orang tua terhadap anak setelah bercerai.

Mengenal Parallel Parenting, Pola Asuh Anak Setelah Bercerai
Ilustrasi anak pergi piknik bersama ayahnya. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Parallel parenting adalah satu gaya pengasuhan oleh orang tua yang telah berpisah terhadap anaknya, di mana kedua orang tua saling membagi peran.

Pola pengasuhan ini banyak dilakukan oleh pasangan yang sudah memutuskan tali pernikahan.

Parallel parenting menjadi salah satu pola asuh yang cukup populer seperti tiger parenting, otoriter, serta attachment parenting.

Namun berbeda dari pola asuh lainnya yang berfokus untuk mengembangkan pribadi anak, pola asuh ini lebih menyoroti cara terbaik menghabiskan waktu dengan orang tua yang berpisah.

Parallel parenting umumnya dilakukan dengan cara membagi waktu anak untuk menghabiskan waktunya dengan masing-masing orang tua. Sehingga anak tetap bisa merasakan kebersamaan dengan kedua orang tua meskipun telah bercerai.

Perceraian sendiri terjadi karena konflik, dan biasanya cukup sulit bagi pasangan untuk bisa rukun demi membesarkan anak-anak mereka bersama.

Di sinilah kemudian parallel parenting mengambil peran, pola asuh ini memungkinkan orang tua untuk berinteraksi sesedikit mungkin sembari tetap mempertahankan hubungan dengan anak-anak mereka.

Metode pengasuhan parallel parenting dapat menjadi satu metode alternatif bagi orangtua yang ingin memiliki hak asuh fisik terhadap anaknya.

Selain menguntungkan bagi pihak orang tua, anak pun juga diuntungkan lewat pola asuh ini.

Parallel parenting memungkinkan anak untuk memiliki relasi yang baik dengan kedua orangtua karena porsi menghabiskan waktu dengan keduanya seimbang.

Menurut laman WebMD, pola asuh ini juga membantu mengurangi konflik yang mungkin terjadi antara kedua orangtua.

Hal ini juga disetujui oleh B. Robert Farzad, seorang pengacara keluarga seperti dikutip dari Very Well Family, di mana menurutnya, pola asuh ini diklasifikasikan lagi menjadi dua jenis yakni split custody atau hak asuh terpisah dan juga shared custody atau hak asuh bersama.

Split custody berarti masing-masing orang tua memiliki hak asuh fisik anak. Sebagai contoh, Ibu mengasuh anak pada hari Senin, Rabu dan Jumat, sementara Ayah dapat bersama dengan anak pada Selasa, Kamis dan Sabtu.

Meski terdengar adil, parallel parenting jenis ini dapat menyusahkan anak karena mereka mungkin akan merasa ditarik kesana-kemari.

Jenis parallel parenting satuini banyak diterapkan ketika ada terlalu banyak anak yang perlu diasuh untuk satu orang tua yang mendapatkan hak asuh mereka semua.

Jenis ini juga digunakan ketika tempat tinggal kedua orang tua berjauhan satu sama lain.

Hal ini berbanding terbalik dengan jenis parallel parenting hak asuh bersama atau shared custody, di mana kedua orang tua berbagi hak asuh fisik anak-anaknya.

Mereka semua dapat hidup bersama sebagai satu keluarga selama liburan atau sesuai dengan perjanjian.

Meski begitu, pola asuh shared custody ini dapat menyulitkan orang tua karena mereka perlu terus bekerja sama untuk mewujudkannya.

Umumnya, orang tua yang memilih jenis pola asuh parallel ini adalah mereka yang tempat tinggalnya berdekatan.

Manfaat Parallel Parenting

Parallel parenting dapat dijadikan sebagai solusi jangka panjang, ataupun strategi sementara sampai pasangan dapat mengesampingkan perbedaan dan bekerja sama.

Berikut adalah manfaat-manfaat melakukan parallel parenting dilansir dariMantracare.org:

1. Membantu mengurangi konflik

Pola asuh ini dapat membantu mengurangi konflik lantaran orang tua tidak diharuskan untuk bersaing merebutkan waktu bersama dengan buah hati.

Tanpa konflik dan pertengkaran, sentimen di antara mereka menjadi cenderung rendah, sehingga memudahkan untuk membuat rencana pengasuhan yang adil bersama.

2. Membantu Anak Memiliki Hubungan yang Kuat

Anak-anak yang hidup di bawah situasi parallel parenting kerap kali justru memiliki hubungan yang kuat dengan kedua orang tuanya.

Lantaran anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu intim bersama masing-masing orang tua.

Hubungan yang kuat membantu mereka meningkatkan self-esteem atau harga diri mereka. Situasi parallel parenting juga akan membantu mengurangi konflik antara saudara kandung jika mereka menghabiskan waktu secara terpisah.

3. Memungkinkan orang tua untuk terlibat dengan porsi seimbang

Kedua orang tua dapat berpartisipasi aktif secara seimbang dan setara dalam mengasuh anak-anak mereka.

Mereka memiliki suara yang sama dalam mengambil keputusan penting terkait kegiatan dan aturan untuk anak mereka.

Keaktifan keduanya dalam mengasuh anak tidak hanya berdampak positif untuk anak-anak tapi juga untuk orang tua.

Alih-alih dianggap sebagai ‘pengunjung’, orang tua justru diuntungkan karena mereka akan merasa seperti sosok yang berpengaruh aktif untuk anaknya.

4. Membantu menjaga tanggung jawab keuangan untuk anak-anak

Selain terpenuhinya tanggung jawab secara moral, parallel parenting juga bermanfaat dalam mengatur tanggung jawab secara finansial untuk anak. Karena ada lebih dari satu orang yang mengurus pengeluaran sandang, pangan hingga biaya sekolah.

Sehingga beban keuangan anak dibagi dua, tidak dibebankan pada satu orang tua saja. Berkat sistem ini, anak-anak akan merasa bahwa ayah dan ibu mereka aktif bekerja sama membantu satu sama lain dalam membesarkan mereka dan bukan melawan satu sama lain.

5. Memberikan Kestabilan untuk Anak

Parallel parenting juga dapat memberi anak rasa stabilitas karena mereka tahu bagaimana jadwal mereka setiap minggu atau setiap bulan.

Memberikan rasa aman untuk mereka bahwa meski orang tuanya bercerai, tetap ada konsistensi dalam hidup mereka meski banyak perubahan terjadi.

Baca juga artikel terkait PARALLEL PARENTING atau tulisan lainnya dari Aisyah Yuri Oktavania

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Aisyah Yuri Oktavania
Penulis: Aisyah Yuri Oktavania
Editor: Dhita Koesno