tirto.id - Parenting style atau pola gaya asuh orang tua secara umum terbagi menjadi empat jenis, yakni Authoritarian Parenting, Authoritative Parenting, Permissive Parenting dan Uninvolved Parenting.
Menurut situs WebMD, 4 kategori tersebut berasal dari teori yang dijelaskan oleh seorang psikolog bernama Diana Baumrind pada 1960-an. Hingga saat ini, teori tersebut masih dipakai dan terus dipelajari.
Keempat gaya asuh yang dijelaskan Diana Baumrind itu memiliki dampak berbeda-beda pada perkembangan anak sepanjang hidup mereka hingga tumbuh dewasa.
Dikutip laman Very Well Family, gaya asuh dapat memengaruhi banyak hal, mulai dari kepercayaan diri bahkan sampai kesehatan fisik.
Sebenarnya, tak ada jenis parenting yang benar-benar tepat. Namun, meski masing-masing orang tua punya pola asuhnya tersendiri, penting untuk memastikan bahwa tipe pola asuh yang diterapkan mampu mendukung pertumbuhan anak secara sehat.
Jenis-jenis Parenting Style
Penjelasan mengenai jenis parenting style dan pengaruhnya pada anak akan diuraikan berikut ini.
1. Authoritarian Parenting
Authoritarian parenting atau gaya asuh otoriter merupakan gaya asuh yang menerapkan aturan ketat, kepatuhan, dan kedisiplinan, demikian seperti yang dijelaskan dalam laman Parents.
Orang tua dengan gaya asuh ini punya harapan tinggi pada anak mereka dan tidak ragu untuk memberi hukuman ketika sang anak salah. Tipe orang tua seperti ini otoriter dan cenderung mengambil alih segala keputusan.
Sang anak hanya harus menurut pada orang tua tanpa penjelasan. Ketika ada masalah, mereka tidak akan melibatkan anak dan cenderung meremehkan pendapat anak.
Pengaruh authoritarian parenting pada anak yakni:
- Anak tahu batasan dan konsekuensi dari apa yang dilakukannya
- Anak mungkin berperilaku baik di rumah, tapi memberontak ketika bersama teman
- Hubungan anak dan orang tua cenderung kurang hangat
- Anak mungkin tumbuh menjadi sosok yang pandai berbohong demi menghindari hukuman
Menurut Baumrind, authoritative parenting atau gaya asuh otoritatif merupakan parenting yang "standar emas" karena orang tua memberi anak batasan tapi tetap memberi kebebasan untuk membuat keputusan.
Orang tua memandang kesalahan sebagai pengalaman belajar dan punya harapan yang jelas pada anak.
Mereka tetap punya sisi hangat tapi mampu menanamkan pentingnya sikap tanggung jawab serta disiplin.
Ketika membuat sebuah aturan, mereka menjelaskan alasannya dan selalu berusaha untuk membangun hubungan yang positif bersama anak.
Secara umum, anak dengan pola asuh authoritative parenting menunjukkan pengaruh yang positif, di antaranya:
- Memelihara hubungan positif dengan orang tua
- Anak cenderung bertanggung jawab
- Punya kepercayaan diri yang tinggi
- Mampu mengelola agresi
- Anak cenderung bahagia dan sukses serta dapat berprestasi baik secara akademis maupun sosial
- Mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan mereka
Orang tua dengan gaya asuh permissive parenting kerap bertindak lebih seperti teman daripada orang tua yang seharusnya berwibawa.
Mereka tidak terlalu menerapkan kedisiplinan dan hanya memberi anak apa yang dibutuhkan.
Misalnya, orang tua membiarkan anak makan 10 bungkus permen setiap hari apabila itu yang memang diinginkan oleh sang anak.
Hal ini dikarenakan mereka terlalu santai dan lunak tanpa menerapkan peraturan yang ketat dan hanya akan turun tangan ketika ada masalah serius.
Permissive parenting juga akan menerapkan ucapan, "Namanya juga anak-anak," ketika buah hatinya melakukan kesalahan sehingga sang anak tidak mengerti makna dari konsekuensi.
Sejumlah pengaruh permissive parenting pada anak yakni:
- Kurangnya tanggung jawab dan kemandirian
- Tak mampu melakukan pengambilan keputusan
- Impulsif, egois, dan agresif
- Tidak mampu menghargai otoritas dan aturan
- Cenderung berjuang atau bahkan gagal secara akademis
- Berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan seperti obesitas
Uninvolved parenting, yang disebut juga dengan neglectful parenting, merupakan pola asuh yang lalai dan mengabaikan anaknya. Mereka melepas sang anak dan tidak menetapkan aturan atau memberi harapan.
Dalam kasus yang ekstrem, anak mungkin tidak diberi kebutuhan yang layak sehingga kesejahteraannya tidak terpenuhi.
Orang tua tidak banyak menghabiskan waktu dengan anak sehingga anak tidak menerima cukup bimbingan, pengasuhan, kasih sayang, dan perhatian.
Sejumlah pengaruh uninvolved parenting pada anak yakni:
- Anak tumbuh menjadi sosok yang pemberontak dan mungkin melakukan kejahatan
- Tidak mampu menjalin ikatan dengan orang lain karena rendahnya empati dan kecerdasan emosional
- Harga diri yang rendah
- Prestasi yang buruk di sekolah
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Dhita Koesno