Menuju konten utama

Mengenal Free-range Parenting: Kelebihan, Kekurangan & Cirinya

Free range parenting pada dasarnya merupakan pola asuh yang memberikan kebebasan anak untuk mengeksplor dunia mereka sendiri namun tetap dalam pengawasan.

Mengenal Free-range Parenting: Kelebihan, Kekurangan & Cirinya
Ilustrasi free range parenting. foto/Istockphto

tirto.id - Free range parenting adalah pola asuh yang memberikan ruang ekspresi kepada anak tetapi masih dalam pengawasan orang tua dengan memberikan peraturan, konsekuensi dan tanggung jawab.

Pola asuh free range terkenal ketika seorang kolumnis asal New York bernama Lenore Skenanzy pada 2008 menulis artikel berjudul “Why I Let My 9-Year-Old Ride the Subway Alone.”

Kisah yang ditulisnya itu kemudian mendapat perhatian media dan banyak orang tua mempertimbangkan pola asuh yang dilakukan oleh Skenanzy. Namun tidak sedikit pula pihak yang mengkritisinya.

Skenanzy menjelaskan bahwa dia memastikan putranya dapat membaca peta kereta bawah tanah, dan dia memberikan uang yang diperlukan. Melalui tulisannya dia mendorong orang tua untuk berhenti menjadi orang tua “helikopter”.

Ia memperingatkan tentang bahaya melindungi anak secara berlebihan. Skenanzy mendorong orang tua lain untuk membesarkan anak mandiri yang dapat membuat pilihan terbaik untuk mereka.

Ciri-Ciri Free Range Parenting

Free range parenting pada dasarnya merupakan pola asuh yang memberikan kebebasan anak untuk mengeksplor dunia mereka sendiri namun tetap dalam pengawasan. Laman Very Well Family menyebutkan sejumlah ciri-ciri pola asuh free range parenting, antara lain sebagai berikut.

  1. Orang tua mengizinkan anak untuk melakukan banyak kegiatan yang tidak terjadwal. Alih-alih menjadwalkan anak latihan sepak bola, les piano, atau latihan renang. Free range parenting akan membebaskan anak bermain dengan teman di lingkungan sekitar tanpa ada jadwal yang mengikatnya.
  2. Bermain dengan alam. Anak didorong untuk bebas bermain di luar rumah. Free range parenting akan mengutamakan anak bermain di dunia luar seperti membangun rumah pasir atau bermain di taman ketimbang berkutat dengan gadget.
  3. Anak bebas memilih. Orang tua membentuk anak menjadi mandiri, anak diberi kebebasan dan tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Tujuannya adalah agar anak mampu mencoba hal-hal baru dan menyelesaikan hal-hal sulit sendiri.
  4. Free range parenting dilakukan oleh orang tua yang tidak penakut. Mereka membiarkan anak-anak mereka bermain di taman bermain dan mencoba hal-hal baru karena itu baik untuk tumbuh kembang anak. Meskipun dalam perjalanannya mungkin akan terjadi insiden kecil yang membuat anak terluka.
Ilustrasi anak belajar naik sepeda
Ilustrasi anak belajar naik sepeda. FOTO/iStockphoto

Kelebihan dan Kelemahan Pola Asuh Free Range Parenting

Bagi orang tua yang berniat untuk menerapkan pola asuh free range parenting, dianjurkan untuk mencermati kelebihan dan kelemahannya. Berikut kelebihan dan kelemahan pola asuh free range parenting melansir Healthline.

Kelebihan Free Range Parenting

1. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian

Peluang untuk belajar dan berkreasi sendiri merupakan pembangun kepercayaan diri terbesar. Bahkan American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk memberi anak kesempatan untuk membuat "pilihan dan keputusan nyata" dalam perjalanan mereka menuju kemandirian. Ini adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat terjadi dengan ibu dan ayah di dekatnya. Setidaknya, itu tidak bisa terjadi dengan dampak sebanyak itu.

Membiarkan anak-anak bebas berkeliaran memberi mereka kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dan merasa seolah-olah mereka memiliki kekuatan atas jalan yang mungkin diambil dalam hidup mereka.

2. Bermain aktif

Saat ini orang tua semakin jarang mendorong anak mereka untuk bermain di luar rumah. Sehingga, anak cenderung hanya menghabiskan waktunya dengan gadget di rumah.

Aktivitas tersebut tentu tidak memungkinkan mereka untuk bergerak aktif. Padahal, obesitas masa kanak-kanak meningkat lebih dari dua kali lipat pada anak dan empat kali lipat pada remaja dalam 30 tahun terakhir.

Kemungkinan ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap hal ini, tetapi banyak orang berpendapat, salah satu hal yang masuk akal adalah karena pengurangan permainan aktif memiliki hubungan erat dengan tingkat obesitas anak.

3. Meningkatkan keterampilan sosial

Salah satu manfaat luar biasa dari free range parenting adalah memungkinkan anak untuk menavigasi atmosfer sosial mereka sendiri. Tanpa ibu dan ayah terlibat, maka tidak ada orang yang bisa dihubungi ketika konflik muncul.

Artinya, anak secara alami akan belajar bagaimana menghadapinya sendiri, sesuatu yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan tersebut sebelum dewasa.

Kelemahan Free Range Parenting

1. Peningkatan risiko

Membebaskan anak berarti juga siap akan risiko yang akan dihadapi. Apalagi dengan banyak kejahatan seperti penculikan anak yang terjadi di luar sana. Insiden seperti kecelakaan juga kemungkinan dapat terjadi ketika mengizinkan anak pergi bermain di luar rumah.

Inilah mengapa banyak orang tua semakin sulit membiarkan anak mereka begitu saja tanpa pengawasan ketat. Terlebih, berita dari media yang hilir mudik kerap menjadi momok tersendiri bagi orang tua.

Banyak orang tua percaya, bahwa jika mereka dapat melihat dan menjangkau anak mereka, anak dapat bisa menjadi lebih aman. Tentu hal itu ada benarnya.

2. Intervensi pemerintah

Saat ini, salah satu kekhawatiran besar bagi orang tua yang merasa nyaman dengan eksplorasi mandiri ini adalah kemungkinan melanggar hukum.

Ada beberapa kasus dalam berita Layanan Perlindungan Anak yang memanggil orang tua yang membiarkan anak-anak mereka bermain di luar sendirian, atau memberi mereka izin untuk berjalan pulang dari sekolah sendiri. Dalam beberapa kasus, tuntutan pidana bahkan dapat diajukan. Maka dari itu, penting untuk mengetahui tentang peraturan di wilayah tempat tinggal Anda.

3. Kurangnya pengawasan dari lingkungan sekitar

Saat ini, sebagian besar masyarakat hidup individualis. Masyarakat sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Oleh karena itu orang tua tidak dapat mempercayakan anak mereka dengan pengawasan lingkungan sekitar.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari