Menuju konten utama
Heboh Aksi Bjorka

Mengenal Hacker, Tujuan Meretas, dan Apa Bedanya dengan Cracker?

Istilah hacker atau peretas yang marak dibahas oleh warganet beberapa pekan terakhir sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1960-an.

Mengenal Hacker, Tujuan Meretas, dan Apa Bedanya dengan Cracker?
Ilustrasi Hacker. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Serangan hacker belakangan banyak dibicarakan seiring dengan maraknya peretasan termasuk pembobolan data yang dilakukan oleh pengguna internet anonim, Bjorka. Lantas, apa tujuan hacker dalam menjalankan aksinya dan apa bedanya dengan cracker?

Sosok anonim itu terlibat dalam bocornya 1,3 miliar data dari proses registrasi subscriber identity module (SIM) card atau kartu SIM di Indonesia. Data-data yang ia kumpulkan telah diperjual-belikan di forum dark web.

Bjorka juga membocorkan sejumlah data dari situs pemerintahan dan data pribadi beberapa tokoh nasional, termasuk Menteri Kominfo Johnny G. Plate, Menteri BUMN Erick Thohir, hingga Ketua DPR-RI Puan Maharani.

Apa Itu Hacker?

Istilah hacker atau peretas yang marak dibahas oleh warganet beberapa pekan terakhir sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1960-an.

Melansir Tech Target, dulunya istilah hacker digunakan untuk menyebut individu yang dapat meningkatkan efisiensi kode komputer dengan cara menghapus atau meretas instruksi kode mesin.

Seiring berjalannya waktu, ketika teknologi semakin berkembang, sebutan hacker disematkan untuk orang-orang yang memiliki pemahaman tingkat lanjut tentang komputer, jaringan pemrograman, dan perangkat keras.

Saat ini, hacker banyak direkrut sebagai pekerja profesional di berbagai sektor bisnis modern. Hal ini karena keterampilan teknis hacker dibutuhkan untuk mengeksplorasi pertahanan maupun keamanan siber dari bisnis yang mereka jalani.

Hacker sebagai profesi memiliki kode etik dan tujuan yang jelas. Umumnya, pekerjaan mereka dilakukan dengan menentukan celah keamanan di sebuah sistem perusahaan yang bisa diakses secara ilegal.

Temuan tersebut lalu disampaikan kepada perusahaan dan mereka akan memberikan rekomendasi solusi untuk mencegah peretasan serupa terjadi kembali.

Di samping itu, ada juga hacker yang menjalankan aktivitasnya sebagai hobi. Para hacker yang menjalankan aksinya sebagai hobi biasanya akan mengeksplorasi jaringan, sistem komputasi, perangkat seluler, atau sistem internet secara tidak sah.

Sebagian dari para hacker lepas menyampaikan celah tersebut kepada perusahaan atau lembaga terkait agar kelak dapat diperbaiki. Namun, tidak sedikit juga yang memanfaatkan celah tersebut untuk keperluan pribadi.

Perbedaan Hacker dengan Cracker dan Tujuannya

Hacker dan cracker merujuk pada dua individu yang berbeda. Faktanya, keduanya memiliki kesamaan, yaitu mempunyai keterampilan meretas atau hacking. Namun, menurut Geeks for Geeks, hacker dan cracker dibedakan dari tujuan mereka melakukan peretasan.

Hacker umumnya diistilahkan sebagai 'white-hat' atau topi putih. Ini merujuk pada individu yang memiliki keahlian komputasi, programing, dan sebagainya yang melakukan peretasan untuk tujuan baik, legal, dan tidak merugikan.

Sebaliknya, cracker disimbolkan sebagai 'black-hat' atau topi hitam. Istilah ini menggambarkan perilaku kejahatan, dimana cracker cenderung melakukan peretasan untuk merusak, mencuri, dan menghapus data korban untuk keuntungan pribadi.

Berikut beberapa penggambaran bedanya hacker dan cracker:

1. Tujuan Peretasan

Ketika melakukan peretasan, hacker bertujuan untuk membantu melindungi data yang ia retas dan memperoleh pengetahuan.

Sebaliknya, cracker membobol sistem demi keuntungan, seperti mencuri data, menghapus, atau menyisipkan malware yang dapat merusak.

2. Keterampilan

Hacker umumnya memiliki keterampilan dan pengetahuan tingkat lanjut tentang sistem operasi (OS) komputer dan bahasa pemrograman.

Di sisi lain, cracker bisa saja memiliki keterampilan tersebut. Namun, pada banyak kasus, cracker hanya mengetahui beberapa trik untuk mencuri data.

3. Legalitas

Geeks tegas menyebutkan bahwa hacker adalah profesional yang mematuhi etika. Baik mereka yang bekerja secara lepas maupun terikat dengan perusahaan biasanya memiliki sertifikat legal, misalnya Certified Ethical Hacker (CEH).

Sementara itu, cracker umumnya mengambil tugas-tugas ilegal tanpa mempedulikan kode etik. Mereka melakukan hal peretasan dan perusakan sistem untuk keuntungan pribadi.

4. Penyampaian solusi

Hacker bekerja dengan memberikan solusi bagi pemilik sistem yang ia retas. Sebaliknya, cracker akan mengambil keuntungan dari celah tersebut.

Baca juga artikel terkait HACKER atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Teknologi
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya