Menuju konten utama

Mengenal Alat Perang Baru dalam HUT TNI ke-72

TNI membeli sejumlah alutsista baru berupa kapal selam, helikopter, tank, dan panser amfibi. Didatangkan dari AS, Belgia, Ceko, Italia, Korsel, Perancis, hingga Turki.

Mengenal Alat Perang Baru dalam HUT TNI ke-72
TNI mempertontonkan kekuatan alutsista saat gladi bersih HUT TNI ke-72 di Dermaga PT Indah Kiat, Cilegon, Banten, Selasa (3/0/20167). Tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - HUT TNI ke-72 yang digelar di Cilegon akan mengerahkan seluruh kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) baru. "Peralatan tempur ini akan dipamerkan dan digunakan dalam bentuk demonstrasi latihan gabungan TNI," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada 16 September lalu.

Apa saja alat tempur yang jadi komponen keluarga baru persenjataan militer Indonesia tersebut? Redaksi Tirto merangkum beberapa di antaranya.

Tank Medium Kaplan

Saat latihan parade alutsista di Pelabuhan Indah Kiat Cilegon, Minggu kemarin (1/10), sebuah tank medium terlihat berlatih. Tertulis nama "Harimau Hitam" di samping bodi tank. Ini adalah tank terbaru milik TNI bermerek Kaplan MT. Tank ini adalah hasil kerja sama antara PT Pindad dengan perusahaan FNSS Savunma Sistemleri milik Turki.

Tank Kaplan yang muncul di Cilegon masih berbentuk prototipe. PT Pindad dan FNSS masih mengembangkan tank tersebut sebelum akhirnya pada 2018 bisa diproduksi secara massal.

FNSS dan Pindad menyebut Kaplan sebagai Modern Medium Weight Tank. Dari spesifikasi teknis, Kaplan punya bobot kotor sampai 35 ton, mampu melaju hingga kecepatan maksimum 70 km/ jam dengan jarak jelajah hingga 450 km.

Turet Kaplan memakai meriam XC-8 105HP buatan CMI Belgia. Sistem senjata terintergrasi dengan Cockerill Gun (high pressure) 105 mm. Berkat alat pelindung operator dan mekanisme penembakan peluru tersebut, Kaplan MT memiliki daya tembak tinggi meski bobotnya relatif rendah. Untuk jenis senjata sekunder, Kaplan memakai 7 senapan mesin koaksial kaliber 62 mm.

Pada sistem pertahanan, Kaplan dilindungi oleh sistem proteksi CBRN dan Underbelly Mine Protection untuk menahan efek ranjau ukuran besar serta terjangan proyektil kaliber 30 mm. Pada proteksi bagian turet dilindungi pelontar granat asap kaliber 40 mm (4 buah di kanan dan 4 buah di kiri).

Bobot ringan dan kemampuan yang nyaris sama seperti Main Battle Tank (MBT) membuat Kaplan bakal jadi tank andalan TNI ke depan. Secara kontur geografis, penggunaan tank medium memang lebih cocok dipakai di Indonesia ketimbang MBT yang saking beratnya sering amblas saat dipakai di jalan atau hutan.

Kapal Selam KRI 403 Nagapasa

Pada 28 Agustus 2017, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) kedatangan komponen kapal selam baru. Satu dari tiga kapal selam yang dipesan dari Korea Selatan akhirnya tiba di Surabaya. Kapal selam bertipe 209/1400 itu dinamai KRI Nagapasa 403, diambil dari senjata tokoh pewayangan Raden Indrajit berupa panah sakti Nagapasa.

Sejak sepekan lalu KRI Nagapasa berlabuh di Pelabuhan Indah Kiat dan disiapkan tampil dalam perayaan HUT-TNI hari ini.

Kapal perang milik TNI AL ini memiliki panjang 61,3 meter dengan kecepatan ±21 knot di bawah air. KRI Nagapasa 403 disebut-sebut mampu berlayar lebih dari 50 hari dan menampung 40 kru. Kapal yang diproduksi Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) ini dilengkapi sistem persenjataan peluncur torpedo kaliber 533 mm dan 8 buah tabung peluncur torpedo di dalam kapal.

Torpedo yang dipakai adalah Black Shark bikinan Italia. Torpedo ini disebut-sebut sebagai torpedo tercanggih pada kelas kaliber 533 mm yang mampu menjangkau target jarak jauh dan serba guna, baik itu kapal selam atau kapal permukaan.

Helikopter AH-64E Apache Guardian

Pada 28 April lalu, Departemen Pertahanan Amerika Serikat merilis kontrak penjualan senjata helikopter serbu AH-64E Apache yang diproduksi oleh Lockheed Martin di Orlando, Florida.

Indonesia sepakat mendatangkan 8 unit AH-64 Apache. Target pengirimannya bakal rampung pada 30 April 2018. Namun, beberapa AH-64 pesanan Pusat Penerbangan TNI AD gelombang pertama telah tiba sejak Agustus lalu. Di Cilegon, Apache ini terlihat bolak-balik terbang rendah di atas pelabuhan latih untuk acara HUT TNI.

Apa yang dimiliki TNI kali ini lebih canggih ketimbang Apache milik Singapura yang masih bertipe AH-64D. Heli AH-64E memiliki tiga sistem baru: mesin turboshaft T700-GE-701D yang lebih bertenaga, sistem transmisi gigi lebih modern, dan baling-baling komposit baru yang meningkatkan kecepatan sampai 180 mil/jam.

Artinya, Apache AH-64E mampu tiba di medan perang lebih cepat dan terbang hingga 57 persen lebih lama. Alat pendaratan "shock strut" hidrolik baru juga memperbaiki ketahanan bila terjadi kecelakaan. Di AS, meski heli ini dioperasikan oleh Angkatan Darat, tapi sering dipakai untuk operasi keamanan yang berkaitan dengan penjagaan maritim.

Infografik HL Indepth HUT TNI

APC Pandur II 8x8

Sejak sepekan lalu, 4 unit panser personel lapis baja Pandur II 8×8 giat berlatih mengarungi perairan di sekitar dermaga Pelabuhan Indah Kiat. Kendaraan amfibi ini dipersiapkan beratraksi mengarungi bibir pantai dalam skema operasi bersama tank amfibi Arisgator dan panser Anoa 2 6×6 Amphibious.

Ini kali pertama Pandur II 8x8 muncul ke depan publik. Alutsista dari Republik Ceko ini tiba di Indonesia pada 14 September lalu dengan mahar senilai 39 juta dolar AS.

Alutsista panser amfibi ini bukan untuk kesatuan Marinir tetapi didatangkan oleh TNI AD guna melengkapi kebutuhan Satuan Kavaleri dan Satuan Infanteri Mekanis.

Dikutip dari Indomiliter, keempat Pandur II 8×8 terdiri dua unit Pandur II 8×8 amfibi (IFV) dengan SMB (Senapan Mesin Berat) RCWS 12,7 mm, satu unit Pandur II 8×8 non-amfibi (IFV/Infantry Fighting Vehicle) dengan kanon RCWS Ares 30 mm, dan satu unit Pandur II 8×8 varian kanon 105 mm.

Bagian bodi Pandur II terbuat dari baja dengan pelindung dasar mampu menahan hantaman proyektil 7,62 mm NATO. Mesin Pandur II memakai diesel Cummins ISC350 yang mampu menghasilkan 285 tenaga kuda.

Paladin M109A4 Paladin bekas Belgia

Sejak Juli lalu, Satuan Artileri Medan (Armed) TNI AD kedatangan 18 unit Self Tracked Propelled Howitzer alias Artileri Swagerak jenis M109A4 Paladin 155 mm. Alutsita baru ini didatangkan dari Belgia.

Tidak baru sebetulnya karena M109A4 Paladin ini berstatus bekas pakai AD Belgia. Di Eropa Barat, tipe M109A4 memang sudah jarang dipakai dan cenderung dihibahkan. Mereka lebih memilih tipe baru M109A6. Bagi Indonesia, buangan tipe M109A4 sudah kelewat canggih karena selama puluhan tahun Artileri Swagerak masih mengandalkan AMX-13 MK61 kaliber 105 mm yang diproduksi Perancis dekade 1950-an.

Dari aspek kekuatan menembak, M109A4 memakai senjata L/39 Howitzer M185 kaliber 155 mm dengan jarak tembak mencapai 18 km. Jika memakai proyektil roket dengan sudut elevasi laras -3 sampai 75 derajat, lontaran proyektilnya sanggup menjangkau sasaran sejauh 30 km.

Dalam konteks kecepatan mesin, varian M109 Paladin memakai mesin Detroit Diesel 8V71T bikinan perusahaan AS, General Motors. Kecepatan Paladin bisa mencapai 56 km/jam di jalan raya dengan jarak tempuh hingga 350 km.

M113 Arisgator

Demi memperkuat pasukan tempur amfibi, TNI AD sejak 2 September kedatangan 5 tank pengangkut pasukan Arisgator. Tank Arisgator adalah pengembangan dari kendaraan pengangkut personel M113 milik perusahaan Inggris, BAE Systems. Perusahaan Italia ARIS SpA (Applicazioni Rielaborazioni Impianti Speciali) mengembangkan M113 menjadi M113 Arisgator.

Kendaraan ini dirancang melaju di kawasan perairan hingga 5,8 km/jam dan punya bobot 1700 kilogram. Untuk menambah karakteristik amfibi dari M113, ada komponen moncong tambahan dari gabus dan karet khusus, berfungsi meningkatkan daya apung.

Di belakangnya, ada ruang panel tambahan untuk menyimpan dua unit sistem waterjet. Satu snorkel dipasang di atap Arisgator untuk membuat mesin dan personel mendapatkan udara selama operasi air. Modifikasi ini membikin medan operasi M113 yang semula hanya bisa dipakai di air tenang kini bisa di tepi pantai atau dari kapal ke kapal.

Selain untuk kendaraan pengangkut personel, Arisgator juga bisa dipasangi sebuah turet yang dilengkapi senapan mesin 0,50 (12,7 mm) atau peluncur granat otomatis 40 mm.

Helikopter Antikapal selam AS565 MBe Panther

Teritori laut yang sangat luas membuat kerja pengamanan menjadi lebih sulit, khususnya mendeteksi ancaman kapal selam dari negara asing. Salah satu upaya TNI AL adalah membeli helikopter antikapal selam AS565 MBe Panther.

Sejak 2014, pemerintah Indonesia memesan 11 unit helikopter tipe ini kepada Airbus. Dalam perjanjiannya, penyerahan pesanan itu dilakukan bertahap hingga 2018. Gelombang pertama sudah diterina pada November 2016.

Meski dibikin oleh Airbus, Heli ini dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia. Selain merakit, PT DI pun memasang perlengkapan perang antikapal selam. Untuk mendeteksi keberadaan kapal selam musuh, AS565 Panther memakai sonar tipe L-3 Ocean Systems DS-100 Helicopter Long-Range Active Sonar (HELRAS).

Sedang untuk misi menghancurkan kapal selam lawan, sistem peluncur yang dipakai dari jenis torpedo Raytheon MK46 atau Whitehead A244/S. Kedua torpedo ini sudah sejak lama dimiliki TNI AL.

Soal mesin, Heli Panther lazim memakai dua mesin Safran Arriel 2N. Mesin ini dipuji memiliki performa bagus saat terbang dalam cuaca panas. Kecepatan terbang maksimal AS565 disebut-sebut bisa 308 km/jam dengan daya jelajah hingga 780 km. Karena itulah, selain untuk medan perang, AS565 dipakai TNI AL sebagai Helikopter SAR.

Baca juga artikel terkait HUT TNI KE-72 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Teknologi
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Fahri Salam