tirto.id - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP dinilai berpotensi bubar jelang Pemilu 2024. Hal ini menguat seiring dengan manuver politik yang ditunjukkan internal KIB. Teranyar adalah langkah PAN yang menggelar pertemuan tertutup dalam agenda “kerja sama politik” di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat pekan lalu.
Usai pertemuan tersebut, sinyal PAN mendaulat Ganjar Pranowo menjadi bakal capres pada Pilpres 2024 semakin kuat. Meskipun parpol yang dinakhodai Zulkifli Hasan itu belum mendeklarasikan secara resmi terkait calon yang akan didukungnya.
Langkah PAN ini mirip PPP sebagai sesama anggota KIB. Bedanya, PPP terlebih dahulu mengumumkan Ganjar sebagai bakal capres dalam Rakorpimnas di Sleman, DI Yogyakarta sebelum bertemu Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Pertemuan Plt Ketum PPP, Muhammad Mardiono dan Megawati pun menyepakati kerja sama politik.
Sikap PPP dan PAN ini, tentu membuat peluang Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto untuk maju sebagai bakal capres maupun cawapres semakin kecil. Apalagi secara elektabilitas, Airlangga kerap bertengger di posisi paling bawah alias hanya di bawah satu persen. Jauh dibanding Ganjar, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
Manuver PAN maupun PPP tersebut membuat Golkar mustahil berjalan sendiri di KIB. Oleh karena itu, Golkar harus berkoalisi dengan partai politik lain atau bergabung dengan koalisi yang telah terbentuk seperti Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) maupun Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Meski akhirnya memutuskan merapat ke KKIR maupun KPP, peluang Airlangga menjadi bakal capres pun telah tertutup. Sebab, KKIR resmi mengusung Prabowo Subianto menjadi bacapres, sedangkan KPP mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai jagoan mereka di 2024.
Airlangga dalam pidato di Rakernas Golkar, Minggu (4/6/2023) mengatakan, bakal capres dari partai berlambang pohon beringin tersebut akan diumumkan pada satu atau dua bulan ke depan. Namun, Airlangga belum mau menyebut nama yang akan didaulat Golkar.
“Mudah-mudahan keputusan tidak lama lagi. Jadi untuk teman-teman wartawan masih tunggu satu-dua bulan lagi,” kata Airlangga.
Airlangga yang juga Menko Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Maju itu mengaku telah berkomunikasi dengan semua partai politik untuk membahas Pemilu 2024, termasuk bakal capres yang akan diusung.
Hingga kini, nama Airlangga terus digaungkan Golkar untuk menjadi calon presiden. Sebab, hal tersebut berdasar hasil Munas partai berlambang beringin itu.
Hal itu diamini Airlangga. Ia menyebut sejauh ini dirinya maju sebagai bakal capres merupakan keputusan yang bulat. Pasalnya, kata Airlangga, hal itu merupakan mandat Munas Golkar.
“Itu hasil keputusan Munas, rapim, dan Rakernas. Jadi, tak ada geser itu," kata Airlangga di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2023).
Airlangga sendiri intens sowan ke sejumlah ketum partai belakangan ini. Tercatat, Airlangga pernah bertemu Prabowo di Kantor Kementerian Pertahanan. Namun, pertemuan kedua tokoh itu disebut tidak membicarakan hal yang luar biasa. Selain itu, Airlangga tercatat hadir dalam buka bersama Koalisi Perubahan di Kantor DPP Nasdem pada awal Ramadan lalu.
Airlangga sendiri merupakan pencetus Koalisi Besar yang disebut akan menggabungkan KKIR dan KIB. Nyatanya, upaya peleburan dua koalisi itu tak kunjung terjadi.
Tak puas dengan itu, Airlangga kemudian bertemu Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan menyepakati Koalisi Inti. Koalisi itu disebut menjembatani agar Koalisi Besar bisa terwujud.
Golkar Berpotensi Gabung ke Koalisi Mana?
Dosen politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Kunto Adi Wibowo mengaku, tak begitu khawatir terkait nasib Golkar meski akan ditinggal PPP dan PAN. Sebab, kata dia, Golkar memiliki pengalaman politik yang panjang, apalagi jumlah kursi di Senayan lumayan banyak.
“Karana dia punya pengalaman politik yang sudah sangat panjang. Lalu, kedua dia punya kursi di DPR yang juga lumayan banyak. Dan sangat mungkin ini bertahan kursinya [di Pileg 2024)," kata Kunto saat dihubungi reporter Tirto, Senin (5/6/2023).
Kunto mengatakan, meskipun elektabilitas Airlangga mengkhawatirkan tetap masih memiliki peluang untuk menjadi bakal cawapres. Sebab, cawapres dianggap tak berpengaruh dengan elektabilitas. Di sisi lain, Kunto melihat, Golkar masih berpeluang berkoalisi dengan siapa pun, apalagi memiliki modal kursi yang lumayan banyak di DPR.
“Menurut saya peluang Golkar masih terbuka lebar untuk bergabung di koalisi mana pun. Golkar juga bisa merapat ke PDIP [dukung Ganjar Pranowo], bisa juga ke Prabowo, bisa juga ke Anies Baswedan. Kalau menurut saya peluang Golkar bergabung dari salah satu tiga capres dominan masih sangat mungkin," tutur Kunto.
Namun, kata Kunto, jika mengincar poisis cawapres, maka sulit bila bergabung di KKIR. Alasannya, saat ini posisi Muhaimin Iskandar atau Cak Imin cukup kuat sebagai sosok yang digadang-gadang sebagai cawapres Prabowo.
Kunto lantas menyinggung pernyataan Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra yang mengatakan, Koalisi Perubahan akan mengumumkan nama cawapres Anies dan akan mengejutkan semua pihak. Menurut Kunto, bukan tidak mungkin Airlangga adalah yang dimaksud.
“Bukan tidak mungkin tiba-tiba Airlangga jadi cawapres Anies atau karena kemarin juga lama dengan Pak Prabowo bertemu. Ini peluangnya sulit untuk menggantikan Cak Imin daripada ke Koalisi Perubahan,” ucap Kunto.
Di sisi lain, Kunto melihat Ganjar juga belum memiliki nama bakal cawapres. Sejumlah nama memang diisukan akan menjadi pendamping Ganjar, seperti Sandiaga Uno dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar. Kedua sosok itu merupakan nama yang akan direkomendasikan PPP kepada PDIP. Namun, kata Kunto, kekuatan politik Golkar jauh lebih besar dibandingkan PPP di parlemen.
“Kalau menurut saya peluangnya besar ke Ganjar atau Anies daripada Prabowo. Ini hitung-hitungan kita ya, kalau elite beda lagi,” kata Kunto menambahkan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Indonesia, Adi Prayitno melihat, arah politik Golkar cenderung dengan dua hal. Golkar bisa saja akan berkoalisi dengan PDIP yang mengusung Ganjar. Selain itu, Golkar juga berpeluang berkoalisi dengan Gerindra yang mengusung Prabowo.
“Mengingat ada pertalian korespondensi historis antara Prabowo dan Airlangga. Dulu kedua tokoh ini sama-sama besar di Partai Golkar," kata Adi saat dihubungi reporter Tirto, Senin sore (5/6/2023).
Atas dasar itu, Adi memprediksi, Golkar lebih berpeluang akan bergabung dengan Gerindra. “Jadi, kalau dilihat di dua kemungkinan ini, sebenarnya Airlangga lebih memungkinkan bergabung dengan Prabowo Subianto," ucap Adi.
Selain alasan historis, kata dia, Airlangga sebenarnya masih punya kesempatan untuk bisa mendampingi Prabowo Subianto untuk maju di 2024. Namun pekerjaan rumahnya adalah apakah Airlangga dan Golkar bisa menyakinkan Cak Imin dan PKB untuk tidak maju sebagai cawapres?
“PKB dan Golkar ini berteman lama, dan saat ini sama-sama menjadi pendukung pemerintah. Jadi, kalau di antara irisan apakah ke kubunya Ganjar atau Prabowo, rasa-rasanya memang kalau melihat kemungkinan dan alasan historis, Airlangga lebih memungkinkan ke Prabowo Subianto ketimbang ke PDIP,” kata Adi Prayitno.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz