Menuju konten utama

Mendikti Satryo Duga ASN Kemendikti Demo karena Tolak Dimutasi

Satryo pun membantah kabar bahwa dirinya melakukan perbuatan arogan hingga memberhentikan pegawai secara sepihak selama menjadi Mendikti Saintek.

Mendikti Satryo Duga ASN Kemendikti Demo karena Tolak Dimutasi
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro diwawancara awak media usai menghadiri rapat bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2024). Tirto.id/Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengeklaim bahwa tuntutan demonstrasi yang menyebutnya sewenang-wenang sebagai bentuk kritik atas mutasi di tubuh Kemendikti Saintek. Ia menyinggung hal itu tidak lepas dari pemecahan Kemendikbud Ristek menjadi 3 kementerian.

Hal itu menanggapi aksi demonstrasi ASN Kemendikti Saintek yang berlangsung di depan Gedung Kemendikti Saintek, Senayan, Jakarta, Senin (20/1/2025) pagi.

“Demo itu terkait dengan kritis yang mengadakan upaya mutasi besar-besaran di kementerian karena pecahnya dari tiga menteri, karena kita perlu banyak orang,” ujar Satryo kepada wartawan, di Bandung, Senin (20/1/2025).

“Kemudian kita ingin membenahi sebagainya Pak Presiden mengatakan harus hemat dengan anggaran pemerintah. Nah kita adakan satu mutasi yang cukup besar dan karena memang ada pihak-pihak yang mungkin tidak berkenan dimutasi,” lanjutnya.

Satryo pun membantah tudingan arogansi dan semena-mena kepada pegawai Kemendikti Saintek. Ia membantah bersikap arogan kepada ASN Kemendikti Saintek hingga memecat pegawai secara sepihak.

“Tidak ada sama sekali (arogansi)” kata Satryo.

Sebelumnya, ratusan pegawai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) menggelar aksi protes yang disebut sebagai "Senin Hitam" di depan Gedung Kemendikti Saintek, Senayan, Jakarta, Senin (20/1/2025) pagi. Mereka menuntut keadilan terhadap salah satu pegawai yang diduga diberhentikan oleh Mendikti Saintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Ketua Paguyuban Pegawai Dikti, Suwitno, mengatakan aksi yang diikuti oleh sekitar 235 pegawai itu dilakukan buntut adanya pemberhentian secara mendadak kepada salah seorang pegawai Kemdiktisaintek bernama Neni Herlina yang menjabat sebagai Prahum Ahli Muda dan Pj. Rumah Tangga. Massa aksi menduga ada kesalahpahaman di balik pemberhentian pegawai tersebut.

"Ibu Neni ini, kan, sebenarnya memang melayani keperluan dari rumah tangga di kementerian ini. Mungkin ada kesalahpahaman di dalam pelaksanaan tugas dan itu menjadi fitnah atau suudzon bahwa Ibu Neni menerima sesuatu. Padahal, dia tidak melakukannya," kata Suwitno.

Dalam kesempatan yang sama, Pj. Rumah Tangga Kemendiktisaintek, Neni Herlina, mengaku pemecatan tersebut dipicu sejak pelantikan Mendiktisaintek baru dan dilatarbelakangi oleh penggantian meja kantor.

"Habis pelantikan, beres-beres, kata sekretaris yang sekarang sudah dipecat itu bilang (istri meminta meja kantor diganti). Saya memang enggak tahu apak-apa. Cuma, besoknya dipangil, langsung dimarahi," kata Neni, saat ditemui di Kantor Kemendiktisaintek.

Menurut Neni, saat pemanggilan Satryo tiba-tiba saja memberitahukan bahwa dirinya telah dipecat. Neni mengaku langsung disuruh keluar dan mengemasi barang-barangnya.

"Keluar kamu sekarang juga. Bawa semua barang-barang kamu. Sana, ke Dikdasmen (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah), kata dia begitu," ucap Neni.

Neni menduga pemicu kemarahan Satryo adalah karena persoalan meja ruangannya yang belum sempat diganti. Neni merasa Satryo telah menandainya karena hal tersebut. Neni mengakui hingga kini belum menerima surat keputusan secara formal.

"Belum ada. Baru verbal. Jadi, saya juga ketakutan, ini saya ke kantor, atau bagaimana?" tutur Neni

Neni berharap dengan aksi ini kejadian serupa tak akan terulang lagi. Terlebih, Neni menilai Kemendikti Saintek merupakan institusi pendidikan yang seharusnya dapat menjadi contoh masyarakat.

"Tidak ingin ada Neni-Neni yang lain yang dengan semena-mena disuruh pergi begitu saja, bahwa ini tidak adil dan sangat melanggar hak asasi manusia," tukas Neni.

Baca juga artikel terkait DEMONSTRASI atau tulisan lainnya dari Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Andrian Pratama Taher