tirto.id - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, bercerita tentang pembicaraannya dengan Hasto Kristiyanto sebelum Sekjen PDIP itu memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 10 Juni 2024 lalu. Saat itu, Hasto diperiksa terkait dengan keberadaan Harun Masiku, tersangka kasus dugaan suap penetapan anggota DPR RI periode 2019-2024.
Megawati berujar bahwa dirinya mengetahui persis penyidik KPK karena dialah yang dahulu membentuk lembaga itu.
"KPK itu saya yang buat. Mana mungkin saya enggak tahu isi perut orang itu. Makanya saya tahulah orangnya. Harusnya bagaimana [kasusnya] tidak boleh dimanipulasi," kata Megawati dalam sambutannya di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Megawati kemudian menantang Hasto soal keberaniannya menghadiri panggilan penyidik KPK.
"Saya bilang sama Hasto, ‘Lu berani datang gak, To? Masa kalah sama aku. Aku aja sudah sampai tiga kali, To. Yo datang’," ucap Megawati sambil berkelakar.
Mega lantas menanyakan nama penyidik yang memanggil Hasto. Hasto berujar bahwa yang memanggil dirinya adalah penyidik bernama Rossa.
"Siapa sih yang manggil kamu, tanyain namanya. Namanya Rossa. Hayo tulis tuh kamu [dilontarkan kepada wartawan]. Ibu bilang manggil Pak Hasto namanya Rossa," kata Mega menantang wartawan menulis hal itu.
Menurut Megawati, Rossa juga manusia sehingga tak perlu takut.
"Enak saja emangya siapa die hehe, betul gak? Iya orang dia manusia juga," tutur Megawati.
Megawati lantas mempersoalkan langkah penyidik KPK yang menggeledah secara paksa barang milik seorang staf Hasto, Kusnadi.
"Enak saja yang korupsi didiemin, terus orang ini [malah digeledah]. Gile, Kusnadi itu sopo? Pangkat opo?" tutup Megawati.
Sebelumnya, KPK telah memanggil Hasto sebagai saksi terkait keberadaan Harun Masiku, tersangka kasus dugaan suap penetapan anggota DPR RI periode 2019-2024.
Hasto mengklaim akan mengikuti seluruh tahapan yang diperlukan lembaga antirasuah itu. Namun, Hasto merasa keberatan karena adanya penyitaan oleh penyidik terhadap 2 buah handphone miliknya.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Fadrik Aziz Firdausi