tirto.id - Seiring dengan bertambahnya usia, bertumbuhnya karier, serta kehadiran pasangan dan anak, frekuensi nongkrong kaum laki-laki secara otomatis bakal berkurang dengan sendirinya. Bahkan, fokus yang tertuju pada karier dan keluarga bisa membuat mereka nyaris tak pernah lagi berjumpa dengan kawan-kawan hanya untuk sekadar ngobrol dan melepas rasa rindu.
Tak lama setelah memergoki anaknya, Santino alias Sonny, main serong, Don Vito Corleone berkata, "Seorang laki-laki yang tidak menghabiskan waktu dengan keluarganya tidak akan pernah bisa menjadi laki-laki sejati."
Tentu, ucapan Don Vito itu tidak salah. Tanggung jawab utama seorang laki-laki yang sudah berkeluarga adalah menghidupi serta mensejahterakan keluarga tersebut. Don Vito sendiri selalu mempraktikkan hal itu sepanjang hayatnya sehingga tidak mengherankan apabila dia kesal bukan kepalang melihat polah sulungnya itu.
Namun, di sisi lain, hidup seseorang tentu tak bisa dibatasi hanya di dalam lingkup keluarga. Sebagai homo socius atau makhluk sosial, seseorang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia-manusia lain. Terkhusus bagi laki-laki, menurut beberapa penelitian yang sudah beredar dari 2013 hingga 2023, aktivitas nongkrong bareng teman-teman rupanya merupakan aktivitas esensial yang menyehatkan.
Pada 2013, sebuah studi dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa persahabatan dapat mengurangi rasa sakit secara fisik sekaligus memberikan kebahagiaan jangka panjang. Menjalin pertemanan, seturut penelitian tersebut, dapat mengurangi level stres seseorang dan mengurangi risiko terkena penyakit.
Temuan dari Harvard itu diperkuat dengan penjelasan dari Geoffrey Greif, seorang pengajar di University of Maryland yang juga penulis buku berjudul Buddy System: Understanding Male Friendships. Menurut Greif, sebagian laki-laki merasa lebih nyaman berada di dekat teman laki-lakinya ketimbang bersama kekasihnya.
"Menghabiskan waktu bersama teman laki-laki membuat mereka lebih relaks ketimbang menghabiskan waktu bersama pacar yang, bisa saja, menuntut banyak hal secara emosional. Sebagian laki-laki juga merasa bahwa mereka lebih bisa jadi diri mereka sendiri saat bersama teman-temannya," ucap Grief, dilansir Men's Health.
Grief sendiri tidak menafikan pentingnya romansa. Namun, dia menekankan bahwa romansa bukanlah satu-satunya relasi yang diperlukan seorang laki-laki.
"Pertemanan dapat memberikan apa yang tidak bisa diberikan seorang kekasih," jelasnya.
Tiga tahun setelah temuan Harvard tersebut diterbitkan, sebuah studi dari University of Gottingen, Jerman, melaporkan hal yang sama. Yang menarik, dalam studi ini, para peneliti Gottingen membuat kesimpulan tersebut setelah mengamati aktivitas kera berjenis makaka barbary (barbary macaque).
Temuan para ilmuwan Gottingen itu pada makaka barbary sama persis dengan apa yang diungkapkan Grief. Intinya, makaka barbary jantan akan merasa lebih relaks dan santai tatkala mereka menghabiskan waktu dengan sesama pejantan. Sebaliknya, level stres meningkat saat mereka menghabiskan waktu dengan pasangan atau keluarganya.
Dari sini, para ilmuwan Gottingen menarik kesimpulan bahwa itulah yang menjadi alasan mengapa banyak laki-laki suka sekali nongkrong dengan teman-teman lelakinya.
"Makaka jantan membentuk ikatan sosial sama seperti manusia menjalin persahabatan. Ini berfungsi sebagai penahan untuk melawan penyebab stres yang selalu muncul setiap harinya," ucap Christopher Young, salah satu peneliti itu, kepada Daily Telegraph yang kemudian dilansir ulang oleh The Independent.
Dari dua penelitian itu sudah jelas bahwa laki-laki memang selalu membutuhkan waktu nongkrong. Pertanyaannya kemudian, berapa frekuensi yang direkomendasikan? 'Kan tidak mungkin juga kalau harus nongkrong setiap hari, apalagi ketika sudah ada berbagai kewajiban serta tanggung jawab yang mesti dipenuhi.
Pertanyaan itu akhirnya terjawab pada 2023 lalu melalui temuan dari Oxford University. Dari studi yang dilakukan psikolog Oxford, Robin Dunbar, diketahui bahwa frekuensi nongkrong yang direkomendasikan adalah dua kali sepekan dengan jumlah skuad berisikan lima orang.
Aktivitas semacam itu berguna untuk memperkuat sistem imun, melepaskan endorfin (hormon penghilang rasa sakit yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia), menurunkan tingkat kecemasan, serta meningkatkan kedermawanan.
"Aktivitas yang dilakukan bisa beragam, mulai dari berolahraga bersama, bercanda ria, atau sekadar nongkrong sembari ngebir di Jumat malam," kata Dunbar dikutip dari Health Spirit Body.
Dunbar juga menekankan bahwa interaksi dengan teman laki-laki ini harus dilakukan secara tatap muka, bukan secara online.
Meluangkan waktu untuk melakukan hal ini memang sulit karena, menurut studi dari Oxford tadi, satu dari tiga laki-laki di Britania Raya bahkan tidak bisa menemukan waktu untuk berjumpa kawannya sekali dalam sepekan. Tak heran apabila banyak sekali laki-laki yang akhirnya merasa kesepian dan hal ini sangatlah membahayakan.
Lantas, bagaimana dengan perempuan?
Well, penelitian Oxford University yang dipimpin Dunbar tersebut rupanya tidak cuma berlaku untuk laki-laki, tapi juga untuk perempuan. Resepnya sama: bertemulah dengan setidaknya empat kawan dekatmu dua kali sepekan. Niscaya, sistem imun akan menguat, tingkat kecemasan bakal berkurang, dan kedermawananmu akan bertambah, sehingga kamu merasa lebih bahagia.
Meski begitu, Dunbar punya rekomendasi aktivitas berbeda untuk perempuan.
"Tertawa bersama, joging bersama, menari bersama, menyanyi bersama, curhat, menonton film sedih, semua aktivitas ini bisa menjadi senjata bagi tubuh secara biokimiawi dan imunologis untuk melawan penyakit," ujar Dunbar, dikutip dari Tinybeans.
Celakanya, sama seperti para laki-laki, perempuan pun kesulitan melakukan aktivitas menyehatkan tersebut. Studi Dunbar menyebut bahwa hanya dua dari lima perempuan yang bisa nongkrong bersama teman-temannya setidaknya sekali sepekan. Setelah punya anak, frekuensinya pun bisa berkurang lagi.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa manusia memang tak bisa dikungkung begitu saja dalam hidupnya. Ya, manusia memang punya tanggung jawab. Ya, manusia memang punya kewajiban. Akan tetapi, manusia juga berhak untuk bersenang-senang karena, pada akhirnya, ini semua akan berguna dalam pemenuhan tanggung jawab serta kewajiban tersebut, tak peduli apakah kamu laki-laki ataupun perempuan.
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi