Menuju konten utama
Gelombang ke-3 COVID-19

Masalah di Balik Keluhan Tempat Karantina Pasien COVID di Surabaya

Sugianto sebut Pemkot Surabaya langsung bergerak cepat memperbaiki tempat karantina HAH dengan menerjunkan 50 pekerja.

Masalah di Balik Keluhan Tempat Karantina Pasien COVID di Surabaya
Ilustrasi virus corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Seorang pasien COVID-19 dengan nama akun Twitter @swimmin_dory mengeluhkan kondisi tempat karantinanya di Hotel Asrama Haji (HAH) Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur tak terawat dan kotor.

“Sedih banget dipaksa karantina di fasilitas yang enggak jelas, enggak higienis, dan alur tidak clear," tulis akun @swimmin_dory, Senin (31/1/2022).

Awalnya dia bercerita dirinya merasa tak enak badan usai melakukan perjalanan bisnis dari Cilegon-Mojokerto. Berdasarkan hasil tes PCR, ia dinyatakan positif COVID-19.

Setelah dinyatakan positif COVID-19, dia pun memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah pribadinya, sebab gejala yang ia rasakan ringan. Ia juga mengaku memiliki peralatan yang cukup untuk memantau kondisi kesehatannya di rumah seperti oxymeter, termometer, hingga alat tensi.

Namun, keesokan harinya ia diminta untuk pergi ke puskesmas setempat. Di sana sudah ada petugas dan aparat yang menjemputnya untuk karantina di HAH. Dia sempat menolak untuk dikarantina, sebab menurutnya berdasarkan peraturan Kementerian Kesehatan pasien tanpa gejala boleh melakukan isolasi mandiri di rumah.

Setelah perdebatan panjang, ia pun mau dibawa ke HAH dengan diantar ayahnya menggunakan sepeda motor. Sebelumnya, ia menolak dijemput petugas menggunakan mobil Satpol PP. Sesampainya di HAH, ia kaget lantaran kondisi gedung tersebut kotor, lembap, dan bocor. Ia juga mencium aroma tak sedap saat berjalan ke kamar karantina.

Saat tiba di kamar, ia mengaku makin kaget lantaran kondisi lokasi karantinanya juga kotor, terdapat noda cokelat di lantai dan klosetnya. Ia juga mengunggah sejumlah foto yang menunjukkan ruangan tersebut.

“Sampai kamar lebih syok lagi. Isinya kayak gini. Kulkas ada tapi mati, kloset ada noda cokelat-cokelat, jijik dan bau banget,” ungkapnya.

Selain itu, ia mengeluhkan sejumlah masalah lain seperti lift yang tak berfungsi, tenaga kesehatan yang tidak siap berjaga, juga air keran yang terkadang mati. Dirinya semakin miris lantaran terdapat lansia yang melakukan isolasi di tempat tersebut, tapi harus merasakan pelayanan yang kurang baik.

Cerminkan Faskes Tak Siap

Peneliti dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Mouhamad Bigwanto mengatakan seharusnya bila pasien tanpa gejala atau gejala ringan tidak perlu melakukan karantina di fasilitas milik pemerintah.

Dia menilai perihal fasilitas tempat karantina tersebut sangat tidak layak digunakan, apalagi untuk pasien yang dalam keadaan sakit. Padahal kebersihan tempat karantina mempengaruhi proses penyembuhan pasien.

Bigwanto menyatakan seharusnya Satgas COVID-19 sudah mempunyai pedoman standar tempat karantina yang dianggap layak.

“Tinggal sekarang implementasi dan pengawasannya di lapangan. Jangan sampai dimanfaatkan oleh oknum untuk mendapatkan keuntungan yang akhirnya merugikan yang dikarantina," kata Bigwanto kepada Tirto, Rabu (2/2/2022).

Bigwanto menyatakan dari kondisi tersebut mencerminkan pemerintah tidak siap dalam memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan, apalagi saat ini Indonesia tengah menghadapi gelombang ketiga COVID-19. Satgas Covid-19 merilis penambahan kasus positif harian pada Rabu (2/2/2022) sebanyak 17.895. Sehingga total kasus Covid-19 saat ini mencapai 4.387.286.

Menurut Bigwanto, selama ini fasilitas kesehatan memang selalu menjadi pekerjaan rumah terbesar pemerintah lantaran secara kuantitas dan kualitasnya selama ini tidak merata.

“Misalnya saja ibu kota Jakarta yang punya keunggulan fasilitas di banding kota lain. Sehingga ke depan ini bukan hanya PR untuk penanganan Covid saja, tapi juga pembangunan kesehatan secara umum,” kata dia.

Sementara itu, Relawan LaporCovid-19, Amanda Tan juga menilai kejadian tersebut sebagai bentuk ketidaksiapan pemerintah, padahal kebijakan sudah dibuat dan diberlakukan.

Amanda mengaku pihaknya juga pernah menerima pengaduan serupa oleh pasien yang melakukan karantina di fasilitas milik pemerintah di Jakarta pada Desember 2021, seperti adanya bercak di kasur.

Atas kondisi tersebut, LaporCovid-19 mendesak agar pemerintah menindaklanjuti fasilitas karantina yang tidak sesuai standar dan melakukan pelayanan yang terbaik agar pasien COVID-19 merasa nyaman.

“Perlu melalukan pengawasan ketat terhadap hotel yang tidak layak huni untuk isolasi terkendali," kata Amanda kepada Tirto, Rabu (2/2/2022).

Pengelola Akui HAH Kotor

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia mengatakan perihal kejadian tersebut, agar dikonfirmasi langsung ke Satgas Kota Surabaya. “Sebenarnya untuk standar isolasi sudah ada di satgas masing-masing,” kata Siti kepada Tirto, Rabu (2/2/2022).

Nadia mengatakan dalam menghadapi gelombang ketiga COVID-19, pemerintah akan memperkuat protokol kesehatan dan reaktivasi satgas, optimalisasi peduli lindungi, masifkan testing dan tracing, serta perceaptan vaksinasi.

“Di hilir juga diapstikan kesiapan obat, tepat tidur, ventilator, dan oksigen," tuturnya.

Kepala UPT Asrama Haji Surabaya, Sugianto menjelaskan bahwa HAH adalah aset Kementerian Agama. Sejak Mei 2020, HAH dipinjam pakai oleh Pemerintah Kota Surabaya sebagai tempat karantina pasien COVID-19. Oleh karena itu, saat ini seluruh kebutuhan operasional dan perawatan ditanggung oleh pemerintah Kota Surabaya.

“Selaku pengelola sudah menyerahkan ke Pemkot Surabaya. Mengenai operasional, keamanan, lift, listrik, air, itu semua tanggung jawab Pemkot Surabaya," kata Sugianto kepada reporter Tirto, Rabu (2/2/2022).

Sugianto mengklaim pelayanan HAH sudah sesuai prosedur. Dia pun mengakui memang kondisi HAH kotor, lift rusak, dan saran prasarananya masih dalam tahap perbaikan. Namun, ia menegaskan kondisinya tidak separah yang diceritakan oleh pasien karantina tersebut.

“Sebenarnya itu dia dirawat di salah satu lantai saja. Karena dia sudah kecewa, akhirnya dia menyoroti semuanya yang masih kotor dan masih dalam masa perbaikan," tuturnya.

Dia mengklaim sebelumnya Pemkot Surabaya juga tengah memperbaiki HAH. Namun pengerjaan cukup sulit dikarenakan lokasi HAH berada di zona merah dan para pekerja harus mengenakan alat pelindung diri (APD).

Namun setelah keluhan pasien tersebut viral, Sugianto mengatakan Pemkot Surabaya langsung bergerak cepat memperbaiki HAH dengan menerjunkan sebanyak 50 pekerja.

Saat ini, kata dia, pasien tersebut masih melakukan isolasi di HAH. Dia mengaku sangat menyayangkan dengan sikap pasien karantina tersebut yang menyebarkan informasi mengenai kondisi HAH yang tidak seburuk yang diceritakan.

Selama HAH dua tahun beroperasi untuk tempat karantina, kata Sugianto, hanya dua orang saja yang mengeluh, namun pasien tersebut paling parah karena menyebarkan ke media. Sementara pasien lainnya diklaim merasa puas dan mengucapkan terima kasih.

Dia pun meminta kepada pasien tersebut agar menghapus ceritanya di media sosial, terutama yang menggunakan kalimat negatif. Jika tidak, kata dia, maka pihaknya tidak segan-segan melaporkan ke polisi.

“Saya tahu Anda kecewa, tapi tidak menggunakan kata-kata kotor gitu. Kalau sampai malam ini tidak dihapus, akan dilaporkan polisi, besok pagi saya laporkan,” kata dia.

Lebih lanjut, Sugianto menuturkan Pemkot Surabaya sudah sesuai aturan untuk mengambil tindakan karantina kepada pasien tersebut meski bergejala ringan. Tindakan itu agar tidak terjadi penularan virus Corona mengingat varian Omicron menular lebih cepat.

“Beliau tidak mau isolasi dengan alasan mau isolasi di rumah. Kalau ada warga terpapar COVID-19 saat Omicron takut penyebaran cepat, maka disarankan isolasi di asrama haji," tuturnya.

Baca juga artikel terkait KARANTINA COVID-19 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz