Menuju konten utama

Manuver SBY Temui Prabowo Jelang Presiden Jokowi Lengser

Adi Prayitno menilai manuver SBY itu karena ingin terlibat dalam proses transisi politik menjelang Presiden Joko Widodo lengser.

Manuver SBY Temui Prabowo Jelang Presiden Jokowi Lengser
Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) menyambut kedatangan Capres terpilih Prabowo Subianto (kanan) saat silaturahim dan buka puasa bersama dengan Partai Demokrat di Jakarta, Rabu (27/3/2024). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz

tirto.id - Tak sampai satu jam Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), keluar dari kediaman Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, Kamis (19/9/2024) sore. Presiden ke-6 Republik Indonesia itu langsung menumpangi mobil Lexus hitam berpelat B 414 RI, tanpa meninggalkan pernyataan kepada awak media.

Persamuhan kedua sosok ini menimbulkan sejumlah spekulasi, apalagi di tengah masa transisi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang sebentar lagi akan lengser.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai manuver SBY itu karena ingin terlibat dalam proses transisi politik menjelang Presiden Jokowi, lengser. SBY, kata dia, ingin masa transisi berjalan pelan, kondusif, dan lancar.

"Pak SBY sepertinya ingin terlibat aktif dalam proses transisi politik dari Jokowi ke Prabowo," kata Adi saat dihubungi Tirto lewat telepon, Minggu (22/9/2024).

Bagi Adi, SBY sebagai mantan presiden, secara simbolik bila bertemu dengan elite kunci di negara ini tentu bagian dari menciptakan suasana yang nyaman menjelang pergantian kekuasaan. Menurut Adi, peran SBY sangat penting bagi Prabowo selaku presiden terpilih guna menyamakan pandangan menjelang dan pasca pelantikan 20 Oktober 2024.

"Terutama mendukung prabowo sepenuhnya di 5 tahun mendatang," tukas Adi.

Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengakui persamuhan SBY dan Prabowo turut membahas soal politik anyar Tanah Air. Hanya saja, Herzaky enggan menjawab ihwal pertemuan kedua tokoh itu, membahas penyusunan zaken kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Sangat mungkin, lah kalau ada bicara mengenai isu-isu politik terkini atau isu terkini yang dihadapi masyarakat hari ini. Tapi itu nggak banyak. Kalau bicara mengenai politik praktis jelas enggak ada," tutur Herzaky.

Herzaky mengatakan, diskusi tertutup SBY dan Prabowo lebih kepada isu geostrategis dan geopolitik yang menjadi tantangan Indonesia ke depan. SBY menyumbang ide agar Prabowo bisa menyikapi dua tantangan itu dengan tepat, terukur, dan sistematis. Kendati demikian, ia tak menjelaskan detail masukan dan nasihat SBY kepada Prabowo.

"Bagaimana menyikapi dengan tepat secara terukur dan sistematis," tutur Herzaky.

SBY juga memberikan masukan agar Prabowo bisa menjalankan pemerintahan secara efektif serta membuat kebijakan yang memberikan manfaat kepada rakyat. Apalagi, SBY menjadi presiden selama dua periode, yakni 2004 sampai 2014.

"Pak SBY punya pengalaman 10 tahun memimpin negeri, ini akan menjadi masukan berharga [untuk] Pak Prabowo," tukas Herzaky.

Selain itu, Prabowo juga turut menyerap masukan dari presiden-presiden Sebelumnya,sehingga bisa menambah wawasan ketika mengambil sebuah kebijakan saat menjabat orang nomor 1 di Indonesia.

"Jadi, bukan dalam konteks isu intervensi. Pak Prabowo ini seorang pemimpin yang kuat," kata Herzaky.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ossy Dermawan mengaku tak tahu menahu ihwal isi pembicaraan SBY dan Prabowo. Dua narasumber Tirto, menyebut bahwa Ossy turut mendampingi SBY saat menyambangi kediaman Prabowo. Ossy merupakan asisten pribadi SBY.

"Saya enggak ikut pertemuan. Saya enggak tahu," kata Ossy saat dihubungi Tirto via telepon, Minggu malam.

Minta Prabowo Batasi Cawe-Cawe Jokowi

Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, memandang wajar bila ada spekulasi publik ihwal adanya permintaan SBY agar Prabowo jangan mau di-cawe-cawe Jokowi, ketika nantinya menjabat sebagai presiden. Bagaimanapun, kata Imam, status politisi melekat pada diri SBY yang notabene saat ini menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.

"Potensi untuk memberikan nasihat-nasihat politik yang bersifat personal, termasuk agar membatasi cawe-cawe dari Jokowi itu tentu boleh jadi ada benarnya juga, meski ini spekulatif," kata Imam kepada Tirto, Senin (23/9/2024).

Ia memandang, pertemuan SBY dan Prabowo tidak sekadar pembicaraan seputar teknis seperti pembentukan kabinet dan konfigurasi politik ke depan. Bisa jadi, kata dia, turut ikut memberi masukan agar Prabowo lebih matang membuat kebijakan.

"Soal penajaman program-program Pak Prabowo Subianto," tutur Imam.

Herzaky sendiri tak menampik pertemuan SBY dan Prabowo, banyak membicarakan seputar hal pribadi. Ia meyakini ada saatnya Prabowo akan menyampaikan ke publik. "Presiden terpilih tentu pada saatnya bisa saja disampaikan ke publik atau bisa saja untuk mengambil satu keputusan," tuturnya.

Baca juga artikel terkait SBY atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Politik
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang