tirto.id - Manuver relawan pendukung Ganjar Pranowo kian hari semakin mengkhawatirkan. Setidaknya bagi PDIP, partai asal Ganjar Pranowo. Narasi para relawan tersebut semakin berani dengan mewacanakan penggantian Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Wacana itu disampaikan Koordinator Nasional Koalisi Aktivis dan Milenial Indonesia untuk Ganjar Pranowo (KAMI-GANJAR) Joko Priyoski. Dia berharap agar Presiden Joko Widodo bisa menjabat sebagai ketua umum PDIP dan membentangkan karpet merah untuk Ganjar agar bisa maju menjadi capres di Pemilu 2024.
“Kami yakin jika Pak Jokowi maju menjadi ketua umum PDIP dan Pak Ganjar terpilih menjadi Presiden RI 2024-2029, semua program Nawacita Jokowi yang sudah dirintis dan sebahagian sudah direalisasikan selama 9 tahun ini akan bisa diwujudkan secara utuh oleh Pak Ganjar yakni Negara yang Adil, Makmur, Damai, Demokratis dan Sejahtera" kata Joko Priyoski di hadapan awak media pada Selasa (25/10/2022).
Tak berselang lama, nyali Joko Priyoski menciut. Dia langsung meminta maaf dan menyebut narasi penggantian pimpinan tertinggi partai berlambang banteng moncong putih itu hanyalah isu belaka.
“Jadi saya tidak ingin memperkeruh suasana sebab banyak yang salah tafsir dalam bahasa saya mendoakan, bukan mendorong atau masuk ke area internal partai. Jadi saya minta maaf bila akhirnya doa tersebut menimbulkan persepsi salah tafsir dan kecurigaan," kata Joko dalam rilis pada Senin (31/10/2022).
Melihat ulah para relawan pendukungnya, Ganjar pun memperingatkan alarm bahaya. Narasi yang menyinggung Megawati juga sama bahaya dengan menyinggung dirinya.
“Ini, kan, bahaya, apalagi dia pakai nama Ganjar lagi. Wong saya tidak pernah membentuk itu (relawan), maka tolong jaga kondusifitas agar demokratisasi berjalan makin baik dan matang," kata Ganjar seperti dikutip Antara.
Di sisi lain, Relawan Pro Jokowi (Projo) mengecam keras atas narasi yang disampaikan KAMI-GANJAR. Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi mengatakan, dirinya sebagai pendukung Jokowi dari sektor relawan mengaku terkejut atas hal itu. Baginya ada sejumlah orang yang berusaha mendesain isu untuk memecah belah PDIP dengan Ganjar dan Jokowi.
“Itu isu adu domba dan menyesatkan. Kami sering berdiskusi dengan Pak Jokowi, tak sedikit pun terbesit hasrat atau keinginan Pak Jokowi untuk menjadi pemimpin partai politik,” kata dia.
Upaya PDIP Meredam Manuver Relawan Ganjar
Manuver relawan pendukung Ganjar untuk menjadi capres yang kian santer jelang Pemilu 2024 mengkhawatirkan sejumlah pengurus PDIP. Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto bahkan menuding adanya orang yang menggunakan topeng relawan pendukung, tapi memiliki kepentingan terselubung di baliknya.
“Kita semua bisa melihat begitu banyak motif dari sukarelawan karena itu sangat cair organisasinya dan juga berbagai kepentingan-kepentingan yang bisa dimainkan, bahkan ada sukarelawan yang juga dipakai untuk mengadu domba berbagai tokoh-tokoh tertentu,” kata Hasto di Sekolah Partai PDIP.
Selain itu, Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun juga mengingatkan Ganjar Pranowo untuk hati-hati. Ganjar harus menjaga sikap baik dalam perkataan dan perbuatan agar tak dimanfaatkan oleh relawan yang mencari kesempatan. Menurutnya isu Jokowi jadi ketua umum PDIP adalah pertanda bahaya bahwa internal partai sedang diadu domba.
“Itu orang liar, dan nggak ada urusan sama kita [PDIP]. Itu yang harus diwaspadai oleh Mas Ganjar. Karena ada relawan yang mencoba mengadu domba kita,” terangnya.
Komarudin juga mengingatkan kepada relawan yang hendak mendukung Ganjar agar tidak melampaui batas. Ada aturan internal partai yang harus dipatuhi dan dihormati oleh semua pihak baik kader maupun bukan.
“Kita di partai itu ada aturan, kita ada aturan sendiri, jadi kita tidak dengar masukan liar seperti itu lah," ungkapnya.
Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul menambahkan, narasi semacam itu hanya dibuat oleh segelintir orang. Namun segelintir orang tersebut selalu mendengungkan narasinya sehingga terkesan banyak dan mewakili kelompok masyarakat.
“Itu bukan reaksi publik karena yang ngomong hanya satu orang. Namun diberitakan seolah semua orang yang ngomong. Padahal belum tentu satu republik ini setuju dengan narasi yang disampaikan," ujarnya.
Berkaca pada Pemilu 2014 dan 2019, Relawan Mampu Mendikte Partai
Belajar dari perjalanan Pemilu 2014 dan 2019, PDIP sudah tak ingin didikte oleh para relawan non-partai perihal capres maupun cawapres.
Pakar psikologi politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Moh Abdul Hakim menilai, PDIP saat ini telah menerapkan langkah sebagai evaluasi dari pemilu sebelumnya. Saat itu, Jokowi mendapat dukungan terlebih dulu dari relawan untuk maju menjadi capres, sebelum ada instruksi dari Megawati.
Terbukti apa yang dikhawatirkan muncul, relawan pendukung Ganjar ada yang menginginkan Jokowi menjadi ketua umum PDIP. Hakim menyebut ini sebagai salah satu intervensi relawan kepada partai politik.
“Belajar dari kasus Jokowi pada Pilpres 2014, dalam batasan tertentu relawan dapat mendikte kebijakan strategis partai," kata Hakim.
Imbasnya adalah Ganjar yang setiap langkahnya dibatasi dan tidak boleh keluar dari Jawa Tengah. “PDIP sudah melakukan berbagai cara untuk membatasi langkah politik Ganjar yang mengarah pada pencapresan. Tetapi relawan-relawan tetap bergerak dengan bebas," terangnya.
Hakim menyebut saat ini relawan Ganjar yang relatif bergerak secara kondusif dan tidak menyebar narasi kontra produktif adalah yang berbasis di Jawa tengah. Relawan Ganjar di Jawa Tengah bergerak secara masif, namun senyap dan fokus kepada akar rumput. Tanpa harus berpolemik dengan PDIP atau partai lainnya.
“Relawan Jateng bisa berbagi info kepada relawan daerah lain tentang apa saja success story Ganjar di Jateng. Di dalam pilpres, faktor rekam jejak dan kinerja menjadi pertimbangan penting pemilih dalam memberikan suara kepada capres," terangnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz