tirto.id - Presiden Prancis,, Emmanuel Macron, kembali menunjuk Sebastien Lecornu sebagai Perdana Menteri pada Jumat (10/10/2025). Penunjukkan ini hanya beberapa hari setelah Lecornu mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Sebelumnya, Lecornu resmi mundur pada Senin (6/10/2025) pagi, tidak lama setelah mengumumkan susunan kabinet barunya. Masa jabatannya saat itu hanya berlangsung selama 27 hari.
Seperti dilansir dari Reuters, keputusan Macron untuk kembali mengangkat Lecornu sebagai PM menuai kecaman dari berbagai pihak, terutama lawan-lawan politiknya. Mereka menyebut penunjukan ini sebagai bentuk kegagalan kepemimpinan di tengah situasi politik yang semakin tidak menentu.
Di sisi lain, Macron berharap Lecornu yang merupakan salah satu loyalisnya itu mampu menggalang dukungan dari parlemen yang sangat terfragmentasi untuk meloloskan anggaran tahun 2026.
Sebagai konteks, saat ini lanskap politik Prancis terbagi ke dalam tiga blok besar: sayap kiri, sayap kanan, dan koalisi tengah yang dipimpin oleh Macron sendiri.
Reaksi awal atas penunjukan kembali Lecornu cukup tajam. Jordan Bardella, presiden partai kanan jauh National Rally, menyebut pemerintahan Lecornu II sebagai "lelucon buruk” dan aib bagi demokrasi negara tersebut.
“Pemerintahan Lecornu II, yang ditunjuk oleh Emmanuel Macron yang semakin terisolasi dan tidak terhubung dengan rakyat di Istana Elysee, adalah lelucon buruk, aib demokrasi, dan penghinaan bagi rakyat Prancis,” tulis Jordan Bardella, presiden partai National Rally, di platform X (sebelumnya Twitter).
“Partai Rassemblement National tentu akan segera mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan ini yang sama sekali tidak memiliki masa depan, dan yang satu-satunya alasan keberadaannya adalah ketakutan akan pembubaran parlemen — yaitu, ketakutan terhadap rakyat," sambungnya.

Setelah kembali dipercaya memimpin pemerintahan, tugas paling mendesak yang menanti Lecornu adalah menyampaikan rancangan anggaran 2026 ke parlemen sebelum akhir hari Senin. Melalui pernyataan di platform X, Lecornu menyatakan bahwa ia menerima tugas tersebut sebagai bentuk tanggung jawab terhadap negara.
“Saya menerima – karena panggilan tugas – misi yang dipercayakan oleh Presiden Republik untuk melakukan segala cara agar Prancis memiliki anggaran sebelum akhir tahun, serta menangani masalah sehari-hari warga negara kita,” tulisnya.
Ia juga menegaskan perlunya mengakhiri krisis politik yang dinilainya telah membuat rakyat Prancis frustrasi, sekaligus menciptakan ketidakstabilan yang merugikan citra dan kepentingan nasional.
Lebih lanjut, Lecornu menambahkan bahwa siapa pun yang akan bergabung dalam kabinet barunya harus melepaskan ambisi pribadi untuk mencalonkan diri dalam Pemilihan Presiden 2027. Menurutnya, kontestasi dini dalam perebutan kursi presiden telah memperburuk ketidakstabilan di parlemen dan dalam pemerintahan minoritas yang ada saat ini.
Penulis: Alfitra Akbar
Editor: Bayu Septianto
Masuk tirto.id


































