Menuju konten utama

Louise Joy Brown: Bayi Tabung yang Lahir di Tengah Kontroversi

Louise Joy Brown lahir 40 tahun lalu sebagai bayi tabung pertama.

Louise Joy Brown: Bayi Tabung yang Lahir di Tengah Kontroversi
Doktor Katarzyna Koziol menginjeksi sperma ke sel telur dalam prosedur in vitro fertilization (IVF) yang disebut Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) di klinik Novum, Warsawa, Polandia. REUTERS/Kacper Pempel

tirto.id - Pasangan suami-istri John dan Lesley Brown akhirnya mempunyai momongan. Seorang bayi perempuan terlahir pada 25 Juli 1978 pukul 23.47 dan diberi nama Louise. Pasangan tersebut memberi imbuhan ‘Joy’ sebagai nama tengah sang bayi.

Louise Joy Brown merupakan manusia pertama yang dilahirkan melalui pembuahan in vitro, pembuahan tanpa hubungan seks, yang kini dikenal dengan bayi tabung. Dalam artikel yang ditulisnya di situs berita Independent, Brown menyampaikan bahwa ibunya sempat depresi karena tak kunjung memiliki anak.

“Harapan datang ketika mereka mendengar tentang eksperimen ini (pembuahan in vitro). Meskipun belum pernah berhasil, orangtuaku mau mencobanya,” tulisnya.

Menurut Brown, memutuskan untuk mengikuti program bayi tabung bukanlah hal mudah bagi pasangan suami-istri.

“Setiap hari wanita dan pria memulai perjalanan ini. Pertama-tama mereka harus mengumpulkan keberanian, untuk berbagi masalah intim mereka. Mungkin mereka juga membutuhkan operasi, seperti yang dilakukan oleh ibu saya. Selain itu, [menjalani] diet dan mengkonsumsi obat-obatan,” ujarnya dalam tulisan tersebut.

Brown juga menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses keberhasilan pembuahan in vitro. Kini, telah lahir jutaan bayi dari proses bayi tabung.

Kelahiran Brown merupakan keberhasilan Robert Edwards (ahli fisiologi) dan Patrick Steptoe (ginekolog). Seperti ditulis CNN, dalam penelitiannya itu Edwards dan Steptoe mempertemukan sel telur dan sel sperma pada cawan petri. Setelah itu, embrio ditempatkan dalam rahim wanita agar berkembang menjadi janin, dan akhirnya menjadi bayi.

Karena penelitian inilah, pada tahun 2010, Robert Edward diberi penghargaan oleh Komite Nobel Kedokteran. Mereka menganggap temuan Edward merupakan tonggak dalam kedokteran modern.

“Pada awal tahun 1950-an, Edwards memiliki visi bahwa IVF dapat bermanfaat sebagai alternatif infertilitas, yang mempengaruhi 10% dari pasangan di seluruh dunia,” ujar Ketua Komite Nobel, seperti dilansir CNN.

Edwards dan Steptoe sudah mulai mencari dana untuk penelitian mereka pada 1971. Seperti dicatat dalam obituari The Telegraph tentang Robert Edwards, mereka memohon dana penelitian ke Medical Research Council, tapi ditolak karena dianggap penelitian berbahaya. Beruntung, akhirnya kedua peneliti tersebut berhasil memperoleh donor dari seseorang di Amerika.

Steptoe dan Edwards mulai mengajak pasangan-pasangan yang kurang subur untuk berpartisipasi sejak 1970. Rupanya, hingga lebih dari 5 tahun berjalan, penelitian itu tak membuahkan hasil, hingga akhirnya pada 1977 mereka menanamkan 8 sel blastokista ke dalam rahim Lesley Brown.

Pada 2008, Edwards menceritakan kepada The Telegraph, momen ketika dirinya pertama kali menciptakan embrio manusia yang dibuahi pada 1969. “Saya tak akan pernah melupakan, saat dimana saya melihat ke bawah mikroskop, dan melihat sesuatu yang lucu pada kultur …. apa yang saya lihat adalah blastokista manusia, dan saya berpikir: ‘saya berhasil.’”

Menurut Edwards, kabar tentang penelitian yang dia lakukan bersama Steptoe itu kemudian menyebar dan menuai kritik, salah satunya dari James Watson, seorang penemu struktur DNA. Watson mengingatkan kepada Edward dan Steptoe bahwa penelitian mereka berhubungan dengan pembunuhan bayi.

Infografik Bayi tabung

Perdebatan Bayi Tabung

Meski memunculkan pertentangan, Edwards dan Steptoe jalan terus. Mereka ingin memberikan harapan bagi pasangan yang sulit memiliki anak. Karena itu, mereka meminta kepada pasangan John dan Lesley Brown untuk memberi nama “Joy” sebagai nama tengah putri mereka, sebab kelahiran Louise Brown merupakan harapan bagi orang-orang yang putus asa karena tak kunjung memiliki anak.

Kelahiran Louise Brown juga menjadi pergunjingan pada kelompok-kelompok agama dengan alasan moral. Mereka menganggap bayi tabung sebagai sarana untuk memisahkan hubungan intim antara suami dan istri. Dimuat The Telegraph, Victoria Ward menulis bahwa Louise Brown pernah mendapat paket misterius berisi cairan merah, tabung gelas pecah, janin plastik, beserta surat ancaman.

Di Indonesia, meski memunculkan pertentangan, program bayi tabung sangat diminati oleh pasangan yang mengalami gangguan kesuburan. Presiden Perhimpunan Fertilisasi In Vitro (Perfitrti), Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG menyebutkan, pada 2017 saja setidaknya ada 10 ribu pasien yang mengikuti program ini.

“Trennya naik setiap tahun, pada tahun 2017 ada 10.000 pasien setahun, itu terus meningkat lumayan. Karena pertumbuhannya 25% setahun. Kalau di 2009 kita hanya punya 8 klinik [yang bisa melayani bayi tabung], sampai saat ini, sudah ada 32 klinik seluruh Indonesia,” ujar Budi.

Budi menyebutkan alasan terbesar pasangan memilih untuk mengikuti program bayi tabung adalah gangguan sperma. Selain itu, ada alasan lain seperti gangguan pematangan telur, gangguan sumbatan telur, kista, serta kasus lain yang tak dapat dijelaskan.

Program bayi tabung tak sepenuhnya berhasil. Budi menyampaikan bahwa angka keberhasilan bayi tabung berkisar antara 30-40 persen. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan adalah usia. Jika usia pasien belum memasuki 35 tahun, tingkat keberhasilan program ini dapat mencapai 50 persen, tapi jika di atas 37 tahun hanya 10 persen. Selain itu, untuk bisa menjalankan program ini, pasien haruslah berpola hidup sehat.

“Syaratnya tentu gaya hidup sehat, nutrisi baik, dengan antioksidan, serta protein yang banyak,” tutur Budi.

Baca juga artikel terkait PERSALINAN atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Widia Primastika
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani