tirto.id - Keseharian tanpa bersinggungan dengan dunia digital nampaknya kini sulit terwujud.
Berapa banyak dari kita yang terbantu dengan layanan transfer uang sekejap lewat layanan internet atau mobile banking di smartphone? Sesering apa kamu pesan makan atau bepergian dengan platform ojek daring?
Apakah kamu pengusaha yang memanfaatkan berbagai aplikasi daring untuk memasarkan produkmu?
Mungkinkah kamu juga aktif berkreasi karena terinspirasi oleh content creator yang berseliweran di YouTube, TikTok, atau Instagram?
Apabila kamu mengiyakan salah satu pertanyaan di atas, berarti kamu termasuk yang sudah melek dengan dunia digital—atau istilah populernya sekarang, literasi digital.
"Simpelnya, literasi digital adalah pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam memanfaatkan media digital seperti untuk alat komunikasi, internet, media sosial, dan lainnya,” terang content strategist dan content creatorVictoria Wong yang biasa disapa Vicky.
Sedihnya, pemanfaatan teknologi digital belum merata di seluruh kalangan perempuan Indonesia.
Menurut hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Katadata Insight Center 2022, status literasi digital laki-laki bahkan lebih tinggi daripada perempuan—3,56 poin versus 3,52 poin.
Di tingkat global, dari data International Telecommunication Union (ITU) 2022 menunjukkan, sebagian besar dari 2,7 miliar penduduk dunia yang belum memiliki akses internet adalah perempuan.
Temuan ITU juga mendapati bahwa pengguna internet aktif di dunia adalah laki-laki sebanyak 62 persen dari total penduduk laki-laki, sedangkan perempuan di angka 57 persen dari total penduduk perempuan.
Padahal, dengan keterampilan menggunakan teknologi digital yang mumpuni, perempuan dapat memiliki lebih banyak pilihan aktivitas untuk dikerjakan sehingga berpotensi menjadi semakin mandiri secara finansial.
Sebagai contoh, perempuan dapat ikut berkontribusi membantu ekonomi keluarga melalui usaha daring.
Tanpa perlu mobilitas tinggi atau meninggalkan rumah, seorang ibu rumah tangga dapat berbisnis dan memasarkan produknya melalui berbagai platform e-commerce.
Berbekal literasi digital yang cukup, perempuan akan terpapar lebih banyak informasi sehingga berpotensi mendapatkan alternatif pekerjaan lebih baik, akses lebih mulus untuk upgrade skill dan mengejar pendidikan lebih tinggi, layanan kesehatan lebih bagus dan edukasi keuangan terbaru, dan tentu saja semakin terfasilitasi untuk bertukar informasi serta berkomunitas.
Lalu, dasar-dasar literasi digital apa saja yang penting untuk diketahui dan dikuasai oleh perempuan sebagai bekal agar mencapai kemandirian secara finansial?
Masih mengutip pandangan dari content creator Vicky yang kerap dijuluki "Cici Konten" di Instagram dan TikTok, setidaknya ada tiga prinsip dasar literasi digital yang perlu diperhatikan.
Setelah kamu mencari tahu dan menyaring informasi—terutama untuk menentukan hal yang paling sesuai dengan minatmu—dan akhirnya menemukan skill-mu, barulah kamu masuk ke tahap selanjutnya.
Langkah kedua adalah bagaimana kamu mengembangkan skill dengan literasi digital yang sekarang sudah dimiliki. Caranya tak lain dengan memanfaatkan konten dan media sosial yang ada—seperti berjualan produk atau menawarkan jasa berdasarkan keahlian.
Vicky yang juga Founder Start Your Content Academy (SYCA)—platform e-learning yang sudah membantu lebih dari 18.000 anggotanya untuk membangun dan mengembangkan brand mereka melalui konten media sosial—memberikan contoh.
"Misalnya, ada salah satu member kami yang punya skill merajut, Dijah Gebrina.”
“Cara ia mengembangkan skill-nya melalui literasi digital adalah, ia mengemas skill merajutnya menjadi sebuah kelas online. Akhirnya dari situ, sebagai ibu rumah tangga ia bisa menghasilkan 20 juta rupiah dalam sebulan dan bisa membantu membiayai keluarganya."
Tahap ketiga adalah bagaimana kamu membagikan skill yang sudah kamu miliki tersebut kepada banyak orang lewat privilege literasi digital ini.
"Kalau kita sudah punya skill, sudah kita kembangkan, nah saatnya kita bagikan skill tersebut,” imbau Vicky.
Kisah keberhasilan anggota SYCA lainnya datang dari Ade Gita Ramadhani, pemilik akun Instagram Agita Coffee.
Ade mengawali karier di lanskap digital dengan mencari tahu skill apa yang ia minati dan kuasai. Setelah sekian waktu, Ade berhasil menemukan skill-nya: membuat resep-resep minuman—aktivitas yang dengan mudah bisa dikerjakan dari rumah.
Ade lalu menerapkan langkah kedua, yaitu memoles skill tersebut sampai ia cukup percaya diri. Barulah Ade lantas mencoba menjual resep-resepnya, produk minuman, peralatan bikin kopi, sampai tumbler kopi melalui konten-konten serunya di media sosial.
Terakhir, langkah ketiga, Ade membagikan skill-nya. Ade mengajarkan keahliannya berbisnis resep minuman kepada kalangan perempuan, komunitas ibu-ibu, dan siapa pun yang tertarik memulai bisnis dari rumah.
"Jadi di sini, ia telah melakukan ketiga step tersebut. Ia memanfaatkan sosial media dan memanfaatkan era digital sekarang untuk mempermudah melakukan tiga step tadi, yaitu: mencari skill, mengembangkan, dan juga membagikan," pungkas Vicky yang sering dipercaya menjadi pembicara dan mengisi training untuk sederet jenama besar.
Jadi, jangan pernah ragu untuk mulai menjelajahi minatmu! Coba awali dengan mengikuti pelajaran atau kelas-kelas daring yang biasanya gratis.
Dari situlah, kamu dapat memperkaya literasi digital—dari penguasaan komputer, internet, perangkat seluler dasar, sampai kemampuan digital tingkat lanjut.
Setelah berhasil menguasai sederet keterampilan baru, sekali lagi, jangan menunda-nunda untuk segera mempraktikkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Kamu bisa mulai berkreasi dengan membuat ragam konten di berbagai media sosial.
Apabila kamu tertarik bikin konten sambil berjualan, coba manfaatkan platform e-commerce yang menyediakan fasilitas jualan secara live.
Bergabung dengan program-program affiliate—metode penjualan yang memungkinkan kreator memonetisasi konten mereka—juga tak ada salahnya untuk dicoba.
Menjadi perempuan yang melek literasi digital berarti kamu akan semakin tangguh, cakap, dan piawai mengoptimalkan seluruh potensi yang ada.
Ingat, kemajuan teknologi digital ini penting untuk membantu kita kelak dalam mencapai kemandirian secara finansial.
* Artikel ini pernah tayang pada 30 Maret 2024. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional Diajeng.
Penulis: Glenny Levina
Editor: Sekar Kinasih