tirto.id - Penangguhan sementara fitur TikTok Live berdampak signifikan pada penjualan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam negeri. Pasalnya, banyak pelaku UMKM di berbagai daerah memanfaatkan fitur aplikasi media sosial tersebut untuk memasarkan produknya secara langsung.
Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny mengatakan, dengan penutupan fitur live ini, pelaku usaha terjepit. Di satu sisi, mereka tidak bisa membuka toko luar jaringan (luring) lantaran aksi unjuk rasa, sedangkan berjualan dalam jaringan (daring) pun terkena pembatasan live dari TikTok.
“Nah, kalau ini kan jelas-jelas kondisi yang orang nggak bisa berjualan secara offline, tapi untuk melakukan usaha melalui live TikTok nggak bisa. Kan membuat mereka benar-benar kehilangan mata pencarian sebenarnya untuk saat sekarang,” katanya kepada Tirto, Senin (1/9/2025).
Terlebih, sambungnya, situasi dan kondisi yang terjadi di Tanah Air hingga saat ini belum dapat dipastikan kapan akan membaik. Pun, untuk pembatasan live TikTok juga belum dapat dipastikan hingga kapan.
Meskipun pelaku UMKM dapat beralih ke platform lain yang menyediakan fitur live serupa, menurut Hermawati, tingkat penjualannya akan berbeda.
Menurutnya, saat ini anggota Akumandiri lebih banyak menggunakan fasilitas live TikTok untuk berjualan dibandingkan dengan fitur serupa milik Shopee, misalnya.
“Nah, katakan itu mereka bisa ke Shopee, tetap penurunan omzetnya bisa 50 persen mereka terdampak karena yang live TikTok-nya dibatasi. Karena kan TikTok itu pangsa pasarnya luas banget melebihi Shopee. TikTok merambah sampai pinggiran,” ujarnya.
Meski belum menghitung berapa nominal pasti dampak dari pembatasan live TikTok ini, ia mengaku sudah banyak menerima keluhan dari para pelaku UMKM.
“Saya belum menghitung berapa nominalnya, tapi para pelaku UMKM sudah melapor,” ucapnya.
Untuk itu, ia meminta pemerintah dapat mengambil langkah yang bijak dalam hal ini. Ia memahami bahwa langkah pembatasan live TikTok ini untuk meredakan suasana dari unjuk rasa yang terjadi dalam beberapa hari belakangan.
Namun, ia juga meminta para pemangku kebijakan untuk berpikir lebih jauh mengenai dampak ekonomi dari pembatasan ini terhadap para pelaku UMKM dalam negeri.
“Anggota kita ngeluh. Harusnya pemerintah melakukan kebijakan kayak ini dia harus berhitung juga. Sebelum melakukan kebijakan kan harusnya dia harus menghitung. Ini kalau tak tutup, siapa saja yang rugi. Oh, rakyatku. Harusnya gitu,” tambahnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekjen Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Edy Misero. Menurutnya, jika pembatasan live dilakukan oleh TikTok, pelaku UMKM harus dapat memanfaatkan fitur serupa di platform lain.
Dalam situasi seperti sekarang, sambung Edy, pelaku UMKM tak boleh kehilangan akal untuk berjualan.
“Kalau TikTok tak bisa, pindah saja ke platform lain. Kalau hanya bergantung kepada TikTok saja, mati kita,” ujarnya saat dihubungi Tirto.
Ia pun berpandangan bahwa pelaku UMKM harus terus semangat untuk dapat bertahan di situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian ini. Apalagi, situasi politik nasional akhir-akhir ini juga turut menambah kekhawatiran.
“Pelaku UMKM harus tetap survive, harus tetap jualan. Kalau satu lapak dibatasi, pindah lapak yang lain. Di era digital ini hal itu dimungkinkan. Sederhana sebetulnya,” tuturnya.
Adapun pembatasan fitur live ini dilakukan TikTok secara mandiri, tanpa dorongan pemerintah. Hal ini menyusul maraknya penjarahan yang dilakukan orang-orang tak bertanggung jawab ke rumah sejumlah pejabat negara.
“Sebagai bagian dari langkah ini, kami secara sukarela menangguhkan fitur TikTok Live selama beberapa hari ke depan di Indonesia. Kami juga terus menghapus konten yang melanggar Panduan Komunitas dan memantau situasi yang ada," tulis juru bicara TikTok.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































