tirto.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengerahkan patroli 24 jam pantau wilayah potensi bencana. Langkah ini merespons Surat Keputusan (SK) Gubernur Jabar Nomor 360/Kep.626-BPBD/2025 yang ditetapkan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi (Demul), yang menetapkan Kota Kembang sebagai salah satu daerah siaga darurat bencana imbas cuaca ekstrem.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyebut personil yang dikerahkan merupakan tim gabungan dari berbagai dinas. Berdasarkan pemantauan pihaknya tiga hari terakhir, terdapat sejumlah kejadian bencana hidrometeorologi di Kota Bandung. Antara lain longsor, pohon tumbang, dan genangan air di berbagai titik.
Farhan bilang, pemukiman dekat bantaran Sungai jadi fokus utama pemantauan. “Ini fenomena nasional akibat cuaca ekstrem, yang telah diperingatkan oleh BMKG,” ujarnya dalam keterangan tertulis diterima Tirto, pada Selasa (28/10/2025).
Pemkot Bandung pun menyiapkan langkah antisipasi potensi bencana. Farhan mengungkapkan, pihaknya bakal memperkuat sistem drainase dan melakukan pembersihan saluran air di berbagai wilayah.
“Hal yang bisa dilakukan saat ini adalah memperbaiki dan membersihkan saluran air. Kami sudah mulai sejak Maret lalu, tapi memang erosi dari kawasan pegunungan seperti Tangkubanparahu dan Manglayang sangat tinggi,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, akibat dari sedimentasi besar, saluran air di Kota Bandung cepat dangkal dan tersumbat. “Kami kejar-kejaran dengan hujan. Baru dibersihkan bulan Maret, bulan Juni sudah penuh lagi, dan begitu terus,” lanjutnya.
Selain pembersihan, Pemkot juga memperkuat pompa penyedot air di daerah rawan genangan seperti Gedebage. Pihaknya mengklaim, pompa tersebut dinilai efektif untuk mengurangi genangan banjir langganan di wilayah itu.
Sejauh ini, Farhan memastikan tidak ada korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi. “Alhamdulillah, sejauh ini belum ada korban jiwa. Hanya satu rumah di Pajajaran yang jebol dan mengakibatkan luka ringan,” sebutnya.
“Kami langsung perbaiki yang bisa diselesaikan tuntas, terutama yang membahayakan warga. Kita semua harus siaga pisan. Cuaca ekstrem ini belum berakhir," ucap Farhan.
Komoditas Pangan Naik Harga
Sementara itu, sejumlah komoditas di Kota Bandung tercatat naik harga dalam dua pekan terakhir. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung menyebut gangguan terjadi dari hulu hingga distribusi.
Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, mengakui bahwa sejumlah komoditas pangan memang mengalami gangguan. "Memang kalau secara umum, produk di pertanian terganggu, baik dari produksi, maupun dari sisi distribusi,” katanya kepada Tirto, Selasa (28/10/2025) kemarin.
Bandung yang ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah membuat masalah distribusi menjadi isu penting. Terlebih, komoditas pangan di Bandung dominan didatangkan dari luar daerah.
Cuaca ekstrem kali ini, menurutnya, mempengaruhi harga dari komoditas ayam dan telur. Cuaca basah tersebut juga menyerang tanaman hortikultura.
“Produksi memang relatif berkurang karena cuaca. Kebutuhan, bahkan nanti mungkin menjelang Nataru itu juga akan kita antisipasi,” katanya.
Sejauh ini, guna antisipasi DKPP telah menyebarkan program tanam serentak terhadap 30 kecamatan. Ia memastikan, stabilisasi komoditas itu terus ditempelkan pada kegiatan publik.
“Gerakan pangan murah dan semacam bazar sering dilakukan. Seperti bazar ikan yang hari ini juga kan, makanya setiap event itu kita tempelkan dengan gerakan pangan murah, khususnya untuk subsidi barang-barang yang mahal,” ujarnya.
Gin Gin menegaskan bahwa secara neraca pangan, Bandung masih aman. “Kalau Kota Bandung selalu surplus, hanya ini satu sisi selain suplai tadi tingkat konsumsi itu beberapa komoditi meningkat,” tegasnya.
Penulis: Amad NZ
Editor: Siti Fatimah
Masuk tirto.id


































