tirto.id - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat laba bersih konsolidasian perusahaan mencapai Rp10,1 triliun di sepanjang semester I 2025, turun dari capaian di semester I tahun 2024 yang masih sebesar Rp10,69 triliun.
Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena, menjelaskan pertumbuhan laba bersih itu didorong oleh penyaluran kredit Perseroan yang sampai akhir Juni 2025 mencapai Rp779 triliun atau tumbuh 7,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari penyaluran kredit di periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp726,98 triliun.
Pertumbuhan realisasi penyaluran kredit tersebut khususnya terjadi pada segmen-segmen pinjaman berisiko rendah dan kredit yang mulai terdiversifikasi ke seluruh segmen.
"Ekspansi kredit yang sehat ini ditopang oleh pertumbuhan dana murah atau CASA yang tumbuh 18,7 persen secara year-on-year. Tabungan menjadi fokus kami dalam membangun struktur pendanaan murah tumbuh solid 10,5 persen secara year-on-year mencapai Rp266 triliun," ujarnya, dalam paparan publik (public expose) secara daring, Senin (8/9/2025).
Meski mengalami pertumbuhan, penyaluran yang dilakukan dengan pruden membuat rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) Perseroan membaik sebesar 3 basis poin (bps) menjadi 1,95 persen. Perbaikan rasio NPL ini juga sejalan dengan upaya BNI untuk memperluas penyaluran kredit ke segmen kredit berisiko rendah.
"Permodalan BNI juga masih sehat yang terlihat dari rasio kecukupan modal yaitu total CAR berada di level 21,1 persen," tambah Paolo.
Kemudian, rasio-rasio keuangan BNI lainnya juga terjaga dengan baik dan prudent, di mana return on equity (ROE) di level 12,8 persen dan loan to deposit ratio (LDR) di level 86,2 persen. Sementara itu, Paolo mengakui bahwa untuk rasio net interest margin atau NIM mengalami penurunan menjadi 3,8 persen di semester I tahun ini.
Hal ini disebabkan oleh persaingan dana pihak ketiga (DPK) yang semakin ketat, sementara posisi kondisi ekonomi belum optimal. Dengan kondisi ini, bank dengan kode saham BBNI itu merevisi target NIM menjadi di hanya di kisaran 3,8 persen di sepanjang 2025, lebih rendah dari target sebelumnya yang di kisaran 4,0-4,2 persen.
"Net interest margin mengalami tekanan di kuartal I sehingga kuartal II tahun 2025 ini, terutama pada sisi cost of fund atau biaya dana akibat kondisi persaingan likuiditas di industri perbankan. Meski memandang kondisi likuiditas yang akan lebih positif di paruh kedua tahun ini, kami memilih untuk konservatif dan merevisi turun target NIM tahun ini untuk berada di kisaran 3,8 persen. Hal ini merefleksikan adanya recovery NIM di semester 2 tahun 2025," tutup Paolo.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































