tirto.id - Milad Muhammadiyah yang diperingati setiap 18 November dapat dirayakan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membaca puisi Muhammadiyah.
Puisi yang dibaca di hari peringatan milad Muhammadiyah tidak harus syair karangan tokoh terkenal. Kalangan muslim Indonesia yang merayakan milad Muhammadiyah bisa membuat sendiri puisi tentang Muhammadiyah.
Para kader dapat menciptakan karya puisi perjuangan Muhammadiyah, dengan mengingat sejarah pendiriannya di masa lalu. Sebagai gambaran, di bawah ini akan disajikan beberapa contoh puisi Muhammadiyah untuk merayakan milad organisasi tersebut.
Kumpulan Puisi Pendek tentang Muhammadiyah
Puisi perjuangan Muhammadiyah dapat dibaca pada milad Muhammadiyah yang dirayakan setiap 18 November. Berikut kumpulan puisi pendek tentang Muhammadiyah:
1. Puisi Muhammadiyah dalam rangka 107 Tahun Muhammadiyah
Puisi berjudul "107 Tahun Muhammadiyah" ini ditulis oleh Ahmad Zia Khakim pada 2019 dan dirilis di laman web resmi PWM Jateng:Muhammadiyah Organisasiku
Muhammadiyah Gerakan Islamku
Muhammadiyah tetap menjadi Surya
Muhammadiyah Menyinari Bumi menghangatkan semua ciptaaNYA
Muhammadiyah Amal Ikhlas tanpa Pamrih
Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan sejati
Muhammadiyah setia menemani umat
Muhammadiyah satu kata dengan tindakan
Muhammadiyah tidak haus jabatan
Muhammadiyah adalah Pendidikan
Muhammadiyah adalah Amal Sosial
Muhammadiyah adalah kesehatan
Muhammadiyah bukan Korporasi
Muhammadiyah bukanlah Agama
Muhammadiyah adalah Ajaran adi luhung
Muhammadiyah bukanlah sekedar komunitas Islam
Muhammadiyah memandu umat untuk terus maju, tanpa meninggalkan Agama.
Muhammadiyah Mendidik kader-kader Bangsa tanpa pandang bulu.
Muhammadiyah bukanlah negara
Muhammadiyah bukanlah Kyai dahlan
Muhammadiyah juga bukanlah Nyai Walidah atau ‘Aisyiyah
Muhammadiyah adalah Mengikuti Ajaran Nabiyuna Muhammad SAW.
Muhammadiyah tak suka sembrono
Muhammadiyah bukanlah Partai Politik
Muhammadiyah bukanlah kumpulan intelektual murni
Muhammadiyah bukanlah kumpulan Agamawan yang terpandang,
akan tetapi Muhammadiyah adalah mengajak siapa saja tanpa pandang bulu, untuk berAgama yang baik Amar ma’ruf Nahi mungkar,
Muhammadiyah poenya banyak kekurangan
Muhammadiyah akan terus berbuat dan Memberi Negeri menyinari Semesta.
Al Yadul Ulya Khoirun Min yadisufla.
Mari Berkhidmat Bersama Muhammadiyah
Aku yakin seribu yakin Muhammadiyah akan bertahan Satu Jam Sebelum Kiamat datang, jadi bukan hanya
100-1000-5000 tahun Mimpi Adanya Muhammadiyah
tapi Hingga Kiamat datang.
Bi Idznillah.
Mari Bersyukurlah
Ucapkan Alhamdulillah
dan bersujud Syukurlah
Selama ada Muhammadiyah anak cucu kita insyaAllah akan aman, damai dan nyaman berAgama.
Sekali lagi bersyukurlah wahai warga Persyarikatan Muhammadiyah.
Jangan kufur apalagi alpa kenikmatan
Semoga Muhammadiyah mampu menghantar Negara kita kepada “Baldatun Toyyibatun Wa robbun Ghofur”
Inilah Muhammadiyah dari langgar Kidoel Kauman menerabas ke pelosok penjuru dunia.
2. Puisi perjuangan Muhammadiyah berjudul "Ragamu Makin Bahari, Jiwamu Abadi"
Puisi Muhammadiyah berjudul "Ragamu Makin Bahari, Jiwamu Abadi" ditulis oleh Ma’rifah Saifullah pada 2019 lalu dan diterbitkan di laman web resmi Pesantren Mahasiswa Kyai Haji Ahmad Dahlan. Berikut isi puisinya:18 November 1912, semesta sibuk menyambutmu, Muhammadiyah: Bayi yang dilahirkan oleh ghirah Islam, reaksi pada kelam keterbelakangan, juga ide-ide cemerlang berkemajuan.
Dibidani langsung oleh KH Ahmad Dahlan dan para serdadu Tuhan, menjadikan tiap hembus nafasmu selaksa iluminasi zaman
Tengkurap, duduk, merangkak hingga berjalan kau lalui di tengah gempuran koloni anti pribumi.
Sinarmu gagah,
Menopang hujaman ragam ideologi yang sesekali anarki.
Balitamu diasuh langsung oleh Ilahi, melalui tangan-tangan yang juga meletakkan Tuhan dan RasulNya dalam hati.
Kau semakin tumbuh.
Tegak dan berani meski terkadang berpeluh.
Asupan gizimu terpenuhi oleh jernih-jernih keikhlasan juga semangat juang.
Tak heran, dunia terkagum pada ragamu
yang kokoh menopang puluhan ribu amal usaha
Pada jiwamu,
yang sehat merawat ideologi jutaan hamba untuk meraih ridhoNya.
Tekadmu mencerdaskan kehidupan bangsa, jelas bukan bualan belaka.
Muhammadiyah, kini dirimu semakin menua.
Namun tak kulihat kerapuhan meski hanya sejengkal badan.
Punggungmu tidak membungkuk meski sesekali berjalan tertatih di sebuah medan.
Artikulasi lisanmu terdengar semakin fasih meski samudera syiarNya kau gaungkan hingga sudut-sudut pedalaman.
Pendengaranmu semakin tajam, pandanganmu semakin mengelang menerjang titik-titik kemajuan serta menyongsong bukit-bukit peradaban.
Kepada gerakanku, selamat menggenap pada bilangan 107.
Bayamu hanya soal deretan angka: Ragamu makin bahari, jiwamu abadi.
3. Puisi Milad 109 Muhammadiyah
Puisi Muhammadiyah ini ditulis oleh Diyah Puspitarini pada 2021 lalu dan diterbitkan di laman web resmi UMSU. Berikut isi puisi yang dibuat dalam rangka milad 109 Muhammadiyah tersebut:Muhammadiyah semakin bersinar
Laku dan gerak organisasi terpancar
Menuntaskan persoalan bangsa yang
sulit lagi mengakar
Tak letih karena ini adalah ikhtiar
Selamat milad Muhammadiyah
Meskipun pandemi belum usai, selalu
optimis dan pantang menyerah
4. Puisi Muhammadiyah berjudul "Seabad Muhammadiyah"
Puisi perjuangan Muhammadiyah berjudul "Seabad Muhammadiyah" diciptakan Sri Yanto dan dimuat dalam situs web resmi SD Muhammadiyah 1 Kudus. Berikut ini puisinya:Usiamu trus menjulang tinggi
Kini genap seratus tahun
Tak gentar dalam berdakwah
Tak pudar untuk berjuang
Dermawan, dan ikhlas
Menjadi pioner
Kehidupan nan gelap gulita
Penerang suatu bangsa
Walau tekadmu
Penuh ancaman dan godaan
Kau tetap berdiri kokoh
Memancarkan sinar kehidupan
Takhayul, bid’ah dan khurafat
Membayangi jiwa
Amar makruf nahi munkar
Pusaka dan sinar keberanian
Wahai, tunas-tunas
Penerus kebenaranMuhammadiyah kini dititipkan
Kepadamulah tumpuan harapan
5. Puisi perjuangan Muhammadiyah karya Haedar Nashir
Puisi Muhammadiyah berjudul "Puisi Hidupkan Hati" diciptakan oleh Haedar Nashir pada 2021. Berikut ini puisinya:Bimbo bermusik puisi
“Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti”
Senandung puisi hidupkan hati
Ketika dunia saat ini
Dilanda virus anarki
Antar sesama menabur benci
Jadikan puisi kanopi hati
Kenapa engkau bercadas hati
Mungkin hatimu bersangkar-besi
Hitam putih rabun miopi
Terpercik serpihan dengki
Kenapa engkau bercadas hati
Padahal qalbu berjiwa fitri
Setiap insan berhati nurani
Dalam cahaya Nur Ilahi
Bersihkan hati dari pandemi
Dengan riyadhah pencerah hati
Agar hidup bertabur arti
Tanpa merasa diri suci
Hidupkan hati dengan puisi
Mengetuk nurani haluskan budi
Berjejak uswah hasanah Nabi
Menggapai Ridha Ilahi
Editor: Yantina Debora
Penyelaras: Fadli Nasrudin