Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Konflik Rusia-Ukraina: Solidaritas Muncul di Rusia Tolak Perang

Ribuan orang Rusia di seluruh negeri berkumpul dan bersolidaritas dalam unjuk rasa untuk menentang perang.

Konflik Rusia-Ukraina: Solidaritas Muncul di Rusia Tolak Perang
Aktivis membawa spanduk di depan Kementrian Luar Negeri Ukraina menuntut Uni Eropa untuk meningkatkan sanksi tambahan terhadap Rusia, di pusat kota Kyiv, Ukraina, Senin (21/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/WSJ/djo

tirto.id - Perang antara Rusia dan Ukraina semakin memanas. Menurut berita terbaru, pertempuran sudah mencapai Kyiv, ibu kota Ukraina. Bahkan pada Jumat pagi ledakan juga terdengar di ibu kota yang digambarkan pemerintah sebagai "serangan roket yang mengerikan".

Seperti diberitakan NDTV, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, setidaknya ada 137 orang yang tewas selama hari pertama pertempuran. Dia langsung menyebut mereka yang gugur sebagai "pahlawan".

Zelensky menyerukan wajib militer kepada seluruh warga dan memanggil cadangan nasional untuk ikut berperang. Dalam pidatonya, Zelensky mengatakan kalau bangsanya "telah dibiarkan sendiri" karena tidak ada negara lain yang ikut membantu.

"Siapa yang siap bertarung bersama kita? Saya tidak melihat siapa pun."

Setelah ledakan terdengar di ibukota sebelum fajar, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menulis di Twitter resminya: "Serangan roket Rusia yang mengerikan di Kyiv."

"Terakhir kali ibu kota kita mengalami hal seperti ini pada tahun 1941 ketika diserang oleh Nazi Jerman. Ukraina mengalahkan kejahatan itu dan akan mengalahkan yang ini [serangan terbaru]."

Solidaritas Muncul di Rusia

Langkah Rusia yang menyerang Ukraina mendapat penentangan dari warganya. Menurut Al Jazeera, ribuan orang Rusia di seluruh negeri berkumpul dalam unjuk rasa untuk menentang perang.

“Tidak untuk berperang!” teriak kerumunan yang sebagian besar diisi anak muda Rusia. Mereka berkumpul di Nevsky Prospekt, jalan utama di St Petersburg, pada Kamis malam.

Di saat orang Ukraina melarikan diri dari negara mereka untuk menyelamatkan diri, orang-orang di Rusia justru menunjukkan rasa solidaritasnya dengan mengecam tindakan perang.

“Saya tidak punya kata-kata, itu hanya menjijikkan,” kata seorang wanita muda di rapat umum St Petersburg kepada Al Jazeera.

“Apa yang harus dikatakan? Kami merasakan ketidakberdayaan, kesedihan.”

Suasana unjuk rasa itu tampak tegang, beberapa orang menangis, ada pula yang mengekspresikan kemarahan mereka, bahkan ratusan orang ditangkap.

Solidaritas dari puluhan jurnalis, reporter dan tokoh media juga menandatangani petisi yang mengutuk operasi Rusia di Ukraina.

Lebih dari seratus deputi kota dari Moskow, St Peterburg, Samara, Ryazan dan kota-kota lain juga menandatangani surat terbuka kepada warga Rusia agar tidak tinggal diam dengan masalah ini.

“Kami, para wakil yang dipilih oleh rakyat, tanpa pamrih mengutuk serangan tentara Rusia di Ukraina,” bunyi surat itu. "Ini adalah kekejaman yang tak tertandingi yang ada dan tidak bisa dibenarkan."

Baca juga artikel terkait KRISIS RUSIA DAN UKRAINA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya