Menuju konten utama
Update Rusia vs Ukraina

Dampak Perang Rusia: Bagaimana Situasi Covid-19 di Ukraina?

Konflik Rusia vs Ukraina dan dampaknya bagi kesehatan rakyat Ukraina di masa Pandemi Covid-19.

Dampak Perang Rusia: Bagaimana Situasi Covid-19 di Ukraina?
ARSIP FOTO: Seorang anggota tentara Rusia menembakkan sebuah howitzer dalam latihan militer di Kuzminsky di selatan Rostov, Rusia, Rabu (26/1/2022). ANTARA FOTO/Sergey Pivovarov/File Photo/aww/cfo

tirto.id - Konflik Rusia vs Ukraina semakin memanas. Situasi terbaru saat ini, tentara Ukraina sedang mencoba mengusir invasi Rusia skala penuh, dengan pertempuran sengit terjadi di dekat ibu kota Kyiv.

Seperti diberitakan BBC, pertempuran berkecamuk di lapangan terbang di pinggiran kota, dan itu bisa menjadi batu loncatan bagi tentara Rusia ke Kyiv jika pasukannya merebutnya.

Serangan Rusia sedang terjadi di beberapa front setelah menyerang dari timur, utara dan selatan pada hari Kamis (24/2/2022).

Kyiv telah dilanda ledakan, dan setidaknya satu blok apartemen rusak.

Rusia

Sebuah foto satelit memperlihatkan konvoi militer menuju ke selatan, di Golovchino, Rusia, Rabu (23/2/2022). ANTARA FOTO/Courtesy of Satellite image 2022 Maxar Technologies/Handout via REUTERS/hp/cfo

Ada juga laporan tembakan di dalam kota dan di pinggiran utaranya, di tengah peringatan pemerintah Ukraina bahwa "penyabotase" mungkin sudah beroperasi di dalam kota.

Para warga dan keluarganya berlindung di stasiun metro Kyiv saat serangan udara melanda kota, termasuk daerah Pozniake yang berpenduduk padat, dan serangan ini melukai sedikitnya delapan orang.

Perang Rusia ke Ukraina memang telah berdampak pada banyak sektor, termasuk sektor kesehatan.

Sementara Ukraina diserang oleh Rusia, penduduk sipil Ukraina juga dikepung oleh virus corona, dan situasi akan semakin membuat kemungkinan yang memburuk.

Perang Rusia-Ukraina & Kondisi Pandemi COVID-19 di Ukraina

Tempat evakuasi warga Ukraina

Suasana memperlihatkan pusat akomodasi sementara untuk warga yang dievakuasi dari wilayah timur Ukraina yang dikontrol separatis, berlokasi di sebuah sekolah olahraga lokal di kota Taganrog, Rostov, Rusia, Senin (21/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/rwa/cfo

The New York Times mewartakan, pertempuran di timur Ukraina memaksa migrasi massal ke barat yang memadati pusat-pusat angkutan massal dan kereta api serta jalan-jalan yang menjadi macet.

Sejumlah gambar dan video yang tersebar menunjukkan, sebagian besar orang Ukraina yang sedang bepergian menunjukkan kurangnya protokol kesehatan, terlihat hanya sedikit yang menggunakan masker, bahkan ketika negara itu baru saja melewati rekor tertinggi dalam tingkat infeksi COVID-19.

Eric S. Toner, sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg di Universitas Johns Hopkins mengatakan prospek virus corona bagi mereka yang melarikan diri dari pertempuran itu suram.

“Mereka cukup rentan, dan ketika orang-orang berkumpul, baik berlindung atau mengungsi di bus, kereta api, dan mobil yang penuh sesak, mungkin di hotel dan kamp pengungsi, itu akan menyebabkan pembalikan kemajuan,” kata Toner.

Hal inilah, lanjut Toner, yang membuat warga Ukraina menjadi rentan tertular dan terinfeksi virus Corona.

“Mereka tidak dapat menjaga jarak dan tidak memiliki akses membeli masker,” imbuhnya

Banyak orang menuju ke kota dan desa yang lebih kecil, atau melintasi perbatasan ke Polandia, Hongaria, Slovakia, dan Rumania, dan arus pengungsi kemungkinan akan memengaruhi situasi pandemi di negara-negara tersebut juga.

Sementara itu, pejabat senior administrasi Joe Biden mengatakan, antara satu juta dan lima juta orang di Ukraina dapat mencari keselamatan di beberapa bagian lain dari negara itu atau di negara tetangga.

Pada hari Kamis, Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa badan pengungsi itu telah meningkatkan operasinya di Ukraina dan negara-negara tetangga.

Dr. Toner pun berharap agar negara tetangga Ukraina bisa melihat peningkatan jumlah kasus Covid dan tekanan tambahan pada sistem perawatan kesehatan dari para pengungsi, tetapi masalah itu akan lebih buruk di dalam Ukraina.

“Mereka akan merawat pasien Covid, bersama dengan korban perang. Mereka akan kekurangan staf karena perang, dan itu akan merusak peluang mereka untuk menjaga pasien dalam isolasi atau menjaga jarak sosial. Ini akan menjadi berantakan," tukasnya.

Ukraina melaporkan rata-rata sekitar 26.000 kasus baru per hari, atau 63 kasus baru per 100.000 orang, menurut proyek Our World in Data di University of Oxford.

Hanya sekitar sepertiga dari 44 juta orang Ukraina yang sepenuhnya diinokulasi terhadap virus corona, meskipun pejabat Ukraina mengatakan bulan ini bahwa tentara memiliki tingkat vaksinasi 99 persen.

WHO: Rakyat Ukraina Bisa Krisis Kesehatan

Evakuasi Ukraina

Warga yang dievakuasi naik ke kereta di stasiun kereta sebelum meninggalkan kota Makiivka (Makeyevka) yang dikontrol separatis di luar Donetsk, Ukraina, Rabu (23/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/hp/cfo

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan keprihatinannya dengan kesehatan rakyat Ukraina dalam krisis yang meningkat.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, sistem kesehatan harus terus berfungsi untuk memberikan perawatan penting kepada orang-orang untuk semua masalah kesehatan, dari COVID-19 hingga kanker, diabetes dan TBC, hingga masalah kesehatan mental, terutama untuk kelompok rentan seperti orang tua dan migran.

"Kehati-hatian maksimal harus dilakukan oleh semua pihak agar fasilitas kesehatan, pekerja, pasien, transportasi, dan perbekalan diberikan tepat sasaran," ujar Tedros dikutip dari laman resminya.

Sebagai bagian dari peran WHO untuk mendokumentasikan serangan terhadap kesehatan, kata Tedros, pihaknya akan terus memantau dan melaporkan insiden tersebut.

"Saya juga menyerukan akses berkelanjutan dan aman untuk pengiriman bantuan kemanusiaan," terangnya.

WHO selama beberapa dekade bekerja erat dengan otoritas kesehatan di seluruh Ukraina.

"Kami memiliki pengetahuan mendalam tentang kapasitas dan kebutuhan sistem kesehatan negara," kata dia.

WHO saat ini telah mengeluarkan 3,5 juta dolar AS lagi dari Dana Kontingensi WHO untuk Keadaan Darurat (CFE) demi keperluan membeli dan mengirimkan pasokan medis mendesak.

Dukungan kesehatan kemanusiaan ini diharapkan meningkat setelah penilaian kebutuhan lebih lanjut. Dukungan baru ini melengkapi trauma dan perbekalan medis yang disiapkan WHO di fasilitas kesehatan.

"Kami akan terus memberikan perhatian dan dukungan kepada orang-orang di seluruh Ukraina yang terkena dampak krisis ini," pungkas Tedros.

Baca juga artikel terkait RUSIA UKRAINA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya