tirto.id - Rusia melancarkan "operasi militer khusus" di wilayah timur Ukraina pada Kamis (24/2/2022) dini hari waktu setempat usai mendapat izin dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Melalui pidato khusus yang disiarkan stasiun TV pemerintah Rusia, Putin mengatakan Rusia tidak mempunyai pilihan selain membentengi diri terhadap apa yang disebutnya sebagai ancaman dari Ukraina.
Belum diketahui pasti bagaimana cakupan serangan Rusia. Wartawan Reuters di ibu kota Ukraina, Kiev, mendengar ledakan seperti tembakan mortir dari kejauhan.
Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan dari invasi Rusia ke Ukraina.
Harga Minyak Mentah Naik
Setelah operasi militer Rusia yang digelar mulai dini hari itu, harga minyak mentah Brent diperdagangkan lebih dari 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.
Setelah pasukan Rusia memulai serangan ke tetangganya tersebut, West Texas Intermediate, naik hampir 5 persen menjadi lebih dari 96 dolar AS per barel.
Harga minyak ditentukan oleh pasar global. Ketika harga minyak naik, maka berpotensi adanya kenaikan harga di pasar lokal.
Dikutip dari NPR, Rusia adalah pengekspor utama minyak dan gas alam, terutama ke Eropa. Hampir 40 persen gas alam yang digunakan oleh Uni Eropa berasal dari Rusia.
"Ada premi geopolitik, atau sebut saja ketakutan, dalam harga minyak," kata Daniel Yergin wakil ketua IHS Markit kepada Morning Edition. “Ketika krisis ini semakin memburuk, makan pasokan minyak dari Rusia akan terganggu.”
Dapat Mengganggu Industri Mobil hingga Pesawat
Rusia adalah pengekspor utama mineral tanah yang langkah dan logam berat —seperti titanium yang digunakan di pesawat terbang.
Harga catalytic converter melonjak naik dalam beberapa pekan terakhir dipengaruhi konflik Rusia vs Ukraina. Hal ini tak lepas dari Rusia yang menjadi pemasok sepertiga paladium dunia, logam langka yang digunakan dalam catalytic converter.
Sektor industri neon yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor tentu terganggu sebab Ukraina adalah pemasok utama neon.
Pupuk diproduksi dalam jumlah besar di Ukraina dan Rusia. Gangguan pada ekspor pupuk akan memengaruhi pertanian di Eropa, tetapi sebagai akibatnya harga pangan di seluruh dunia dapat naik.
Pengaruhi Pasar Global
Dow turun lebih dari 2 persen sebelum pasar dibuka di AS. FTSE London dibuka sekitar 2 persen lebih rendah. Pasar di seluruh Asia turun, dengan Nikkei Jepang ditutup turun lebih dari 1,8 persen.
IHSG ditutup melemah 102,24 poin atau 1,48 persen. Hang Seng berada di zona merah dengan penurunan lebih dari 3 persen menjelang akhir perdagangan.
"Pasar pada dasarnya tidak siap untuk perang darat di Eropa pada abad ke-21," kata Doug Rediker, dari International Capital Strategies. "Itu adalah sesuatu yang belum dipikirkan orang."
Gelombang Pengungsi
Invasi Rusia ke Ukraina bakal membuat 1 juta hingga 5 juta orang mengungsi, menurut lembaga kemanusiaan Amnesty International.
"Ini akan menjadi bencana kemanusiaan di seluruh benua dengan jutaan pengungsi mencari perlindungan di negara-negara tetangga Eropa," kata Agnès Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International, dalam sebuah pernyata bulan lalu.
Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina dan sudah menjadi rumah bagi lebih dari satu juta orang Ukraina, diperkirakan akan menjadi tempat pengungsian terbanyak.
Menteri Dalam Negeri Polandia Mariusz Kaminski mengatakan negaranya sedang mempersiapkan "masuknya pengungsi" dari Ukraina.
Respons Pemimpin Dunia Terkait Serangan Rusia
Presiden AS Joe Biden mengutuk tindakan Rusia yang dianggap Paman Sam sebagai "serangan yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan" di Ukraina.
“Presiden Putin telah memilih perang yang akan membawa korban jiwa dan penderitaan manusia yang sangat besar," kata Biden, dikutip dari Al Jazeera.
"Rusia bertanggung jawab atas kematian dan kehancuran yang ditimbulkan oleh serangan ini, dan Amerika Serikat serta sekutu dan mitranya akan merespons dengan tegas. Dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia."
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengutuk serangan Rusia ke Ukraina sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional yang tidak dapat dibenarkan oleh apapun”.
Tak hanya Biden dan Olaf Scholz, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan terkejut dengan peristiwa mengerikan di Ukraina dan telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk membahas langkah selanjutnya.
"Presiden Putin telah memilih jalan pertumpahan darah dan kehancuran dengan meluncurkan serangan tak beralasan ini ke Ukraina," cuit Johnson.
Sedangkan Cina menolak menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai "invasi" dan mendesak semua pihak untuk menahan diri.
“Anda menggunakan metode pertanyaan media Barat yang khas dengan menggunakan kata invasi,” Hua Chunying, juru bicara kementerian luar negeri Cina kepada wartawan.
“Cina memantau dengan cermat situasi terbaru. Kami meminta semua pihak untuk menahan diri untuk mencegah situasi menjadi tidak terkendali.”
Kedutaan Besar Cina di Ukraina mengatakan kepada warganya di Ukraina untuk tetap tinggal di rumah sebagai tindakan pencegahan, menyusul pemboman beberapa kota Ukraina.
Editor: Iswara N Raditya