tirto.id - Matahari cukup menyengat di hari ketiga bulan Ramadan saat saya mengunjungi Toko Kitab Pelita di Pasar Caringin, Bogor. Toko yang sudah ada sejak pertengahan 1990-an ini ramai beberapa hari menjelang bulan puasa.
Menurut salah satu penjualnya, beberapa kitab yang banyak dicari ialah Majmu’ Syarif dan Majmu’atul Mi’adin berbahasa Sunda yang berisikan doa-doa tarawih, witir, dan amalan lainnya di bulan Ramadan.
Memang banyak sekali kitab-kitab lawas yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Sunda dengan tulisan Pegon Sunda, seperti Ta’lim Muta’alim, Fathul Qorib, Parukunan Sunda, hingga Manakib Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Meski begitu, beberapa kitab yang tidak diterjemahkan tetap diburu pembeli, terutama oleh kalangan santri dan kiai.
Seperti toko kitab pada umumnya, selain menjual karya-karya kitab klasik dari dalam dan luar negeri, toko ini juga menjual aneka parfum dan aksesoris.
Sebelumnya, saya mampir ke Toko Kitab Berkah Ilmu yang berada di seberang Kelurahan Lemah Duhur, Caringin, Bogor. Jalur ini merupakan salah satu jalan utama dari arah Sukabumi yang menuju Desa Cimande, daerah yang terkenal dengan silat dan patah tulangnya.
Sayangnya, dari kedua toko tersebut buku yang saya cari tidak tersedia.
“Pengiriman agak telat, jadinya mungkin baru ada seminggu setelah puasa,” ujar Iyan, salah satu penjaga Toko Kitab Berkah Ilmu.
Buku yang saya cari tergolong legendaris, sebab menurut informasi dari Islamic Book Fair tahun 2019, buku tersebut sudah dicetak sebanyak 598 kali sejak pertama terbit tahun 1976 dan telah terjual sebanyak 60 juta eksemplar.
Seorang teman mengirim foto buku edisi tahun 2022 dengan keterangan cetakan ke-630. Buku tersebut berjudul Risalah Tuntunan Shalat Lengkap karya Drs. Moh. Rifa’i.
Riwayat Pendidikan dan Teka-teki
Drs. Moh. Rifa’i dikenal juga sebagai Kiai Rifa’i Idris adalah penulis sekaligus pemuka agama yang memiliki pengaruh di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Ia lahir dengan nama Muhammad Rifa’i Idris pada tanggal 11 April 1953 dari pasangan Kiai Idris dan Nyai Rusmini, dan merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Sejak kecil kecintaannya akan ilmu agama dan pengetahuan sudah ditunjukan berkat gemblengan orang tuanya.
Sekolah dasar ditempuhnya di SD Negeri II Cepu, kemudian ia melanjutkan ke MTs dan MA di Pondok Tremas Pacitan, Jawa Timur. Selama 6 tahun, Rifa'i menjadi santri di Pondok Tremas dengan pengasuh KH. Habib Dimyati, salah satu tokoh perjuangan yang sempat bergabung dengan laskar Hizbullah melawan penjajah dalam Pertempuran Ambarawa.
Haus akan pengetahuan, ia kembali menjadi santri di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, di bawah naungan Universitas Hasyim Asy’ari dan lulus sebagai Sarjana Muda.
Sebelum menyandang gelar Doktorandus (Drs) di IAIN Walisongo Semarang pada tahun 1982, ia sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren KH. Hamid di Pasuruan.
Rifa'i Idris kemudian menjadi dosen tetap di beberapa universitas, seperti Akamigas, ATR Cepu, dan IAIN Bojonegoro. Selama di IAIN Bojonegoro, ia mengajar tafsir dan hadis dari tahun 1988 hingga 1993.
Akhir tahun 1988, ia mendirikan Pondok Pesantren Al-Muhammad sebagai pengasuh yang dibantu istrinya, Ni’matul Azizah. Pondok ini mengembangkan pendidikan formal, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, SMP, Madrasah Aliyah, SMA, dan SMK dengan nama yang sama.
Di bawah naungan yayasannya pula, ia mengembangkan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Muhammad Cepu dengan berbagai jurusan, mulai dari Syariah, Ekonomi, hingga Tarbiyah.
Sayang, beberapa perkembangan pendidikan yang ia ciptakan tidak bisa dilihat Ni’matul Azizah dengan lengkap. Istrinya meninggal ketika melahirkan anak keempat pada tahun 1999.
Rifa’I Idris kemudian menikah dengan seorang hafidzah, Nyai Nur Latifah, yang akhirnya mengelola Al-Muhammad setelah Rifa’i meninggal pada 2005.
Beberapa keterangan mengenai tahun meninggalnya almarhum dan istrinya memang terjadi kekeliruan dalam penulisan dan pemberitaan sejumlah media. Untuk memastikannya, Instagram Pondok Pesantren Al-Muhammad menulis bahwa pada Oktober 2022 lalu diadakan acara haul ke-18 KH. M. Rifa’i Idris dan haul ke-23 istrinya, Nyai Ni’matul Azizah.
Di sisi lain, sebagaimana dikonfirmasi Tribun Jateng melalui putrinya, Faiz Farichah, dan pihak penerbit PT. Karya Toha Putra, bahwa penulis buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap bukanlah Kiai Riaf’i Idris pengasuh Al-Muhammad, menjadikan sosok penulis ini penuh teka-teki.
Penulis Produktif
Di balik sosoknya yang misterius, nama Drs. Moh. Rifa’i ternyata memiliki banyak karya dalam perjalanan kariernya. Buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap cetakan pertama ditulis ketika penerbit Karya Toha Putra asal Semarang masih berbadan C.V pada tahun 1976.
Di tahun yang sama, ia juga menulis Riwayat 25 Nabi & Rasul yang ditujukan bagi anak-anak dan kalangan remaja. Buku ini juga tergolong sukses karena mudah diterima dengan bahasa dan penyampaian yang ringan.
Setahun kemudian, Rifa’i menulis buku Shalat Tasbih yang berisi panduan salat sunat tasbih disertai dengan keutamaan-keutamaan maupun penjelasannya secara detail dan mudah dipraktikkan.
Tahun 1978, ia menerjemahkan karya Syekh Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakr yang berjudul Kulashah Kifayatul Akhyar, salah satu kitab fikih yang membahas berbagai masalah yang menjelaskan rincian dan solusi-solusi yang ditawarkan dari sisi mazhab Syafi’i.
Buku Khutbah Teladan juga ia tulis di tahun ini, menyasar kalangan pemuka agama dengan nasihat-nasihatnya yang menyejukkan, tanpa menggurui atau menyinggung satu sama lain.
Masih warsa 1978, kapasitas keilmuannya kembali dipublikasikan dalam buku Fiqih Islam Lengkap dengan ketebalan buku 500 halaman dan menargetkan para pendakwah dengan penjelasan dalil-dalil Al-Qur’an maupun hadis Nabi.
Selain di Karya Toha Putra, ia juga menulis di penerbit lain, seperti buku Ushul Fiqih yang diterbitkan Al-Ma’arif Bandung tahun 1973, Akhlaq Seorang Muslim diterbitkan Wicaksana tahun 1986, Ilmu Fiqih Islam Lengkap: untuk Madrasah Tsanawiyah dan Umum diterbitkan Raja Murah pada tahun 1977, Khutbah Pembina diterbitkan Pustaka Amani tahun 2007, dan banyak lagi.
Buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap
Karyanya yang paling populer, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap yang ditulis tahun 1976 telah menjadi rujukan utama bagi umat Islam di Indonesia dalam mempelajari cara menunaikan salat sesuai tuntunan fikih dan kaidah-kaidah Islam.
Dijual dengan harga rata-rata Rp5.000, mulanya buku ini hanya bagi guru honorer di Jawa Tengah sebagai target pasarnya.
Buku ini juga menyebar di beberapa negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, dan Hongkong.
Apa yang membuat buku ini begitu mudah diterima masyarakat?
Menurut Mokhamad Rohma Rozikin, pengasuh Pondok Pesantren Irtaqi, Malang, karya Kiai Rifa’i Idris disertai dengan kesimpulan-kesimpulan ringan tanpa disertai dalil. Metode ini dianggap cocok bagi kalangan awam yang memiliki latar belakang kurang dalam pembekalan pendidikan agama.
“Hanya saja, karena keterbatasan pengetahuan, ada sebagian orang yang lekas suuzon dan mengira kitab fikih seperti ini mengandung ajaran yang tidak berdasarkan dalil dan mungkin saja hal-hal bid’ah,” ujarnya seperti dilansir halaman website pesantren.
Muafa, sapaan Mokhamad Rohma Rozikin, lantas menjelaskan bahwa buku tersebut menggunakan rujukan dari kitab-kitab ulama mazhab Syafi'i, terutama kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib atau dikenal dengan kitab Matan karya Abu Syuja, seorang ulama asal Irak yang hidup di abad pertengahan.
Buku tersebut juga mencerminkan pandangan umum mazhab Syafi'i dalam banyak hal, seperti pelafalan niat dan bacaan sujud sahwi yang direkomendasikan oleh sebagian imam.
Jika masih belum diketahui siapa Drs. Moh. Rifa’i, barangkali memang beliau menutup diri untuk memublikasikan memoar yang sebenarnya. Namun, ketekunan dan keuletannya dalam berbagi pengetahuan dengan cara yang mudah dipahami, juga karya yang mudah ditemukan dengan harga begitu murah, bisa jadi mewakili keikhlasannya dalam beribadah.
Bukunya masih banyak diburu sampai hari ini dan namanya akan terus dikenang dari generasi ke generasi.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi