tirto.id - Pertarungan Pilpres dan Pileg 2024 kian sengit saat hari pencoblosan kian dekat. Termasuk perjungan sejumlah partai guram untuk menembus ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Mengutip data sejumlah survei, beberapa partai para pengusung masing-masing capres-cawapres ternyata masih belum aman.
Menurut data lembaga survei Median, misalnya, selama 23 Desember 2023-1 Januari 2024, setidaknya ada 8 partai yang berpotensi tidak lolos parlemen, yaitu PSI (2,9 persen), Partai Gelora (2,8 persen), PPP (1,2 persen), Perindo (0,6 persen), Partai Ummat (0,3 persen), PBB (0,1 persen), Partai Hanura (0,1 persen) dan Partai Buruh (0,1 persen).
Sementara partai yang lolos parlemen adalah PDIP (20,8 persen), Partai Gerindra (20,1 persen), Partai Golkar (8,5 persen), PKB (8 persen), Partai Nasdem (7,6 persen), PKS (5,4 persen), PAN (4,1 persen), dan Partai Demokrat (4 persen).
Hasil survei data Indonesia Political Opinion tak jauh beda. Selama 1-7 Januari 2024, partai yang memiliki elektabilitas di bawah 4 persen antara lain Perindo (3,7 persen), PPP (2,8 persen), PSI (1,6 persen), Partai Gelora (0,9 persen), Partai Hanura (0,8 persen), PBB (0,5 persen), Partai Ummat (0,2 persen), Partai Buruh (0,2 persen), serta PKN dan Partai Garuda 0 persen.
Sedangkan partai yang lolos parlemen antara lain PDIP (22,5 persen), Partai Gerindra (15,3 persen), PKB (9,2 persen), Partai Golkar (9 persen), Partai Demokrat (6,4 persen), PAN (6,1 persen), Partai Nasdem (5,7 persen) dan PKS (5 persen).
Lembaga survei IPSOS juga melakukan hal yang sama dan hasilnya senada. Partai Demokrat, PPP, dan PSI menjadi partai yang tidak lolos parlemen. Partai Demokrat berada di angka 3 persen, PPP 1 persen, dan PSI 1 persen.
Sementara partai yang disurvei bakal masuk parlemen antara lain Partai Gerindra (27 persen), PDIP (21 persen), Partai Golkar (8 persen), PKB (7 persen), PKS (7 persen), Partai Nasdem (6 persen) dan PAN (4 persen).
Partai
Non-Parlemen Bakal Sulit Masuk Senayan?
Sejalan dengan beberapa survei tersebut, sejumlah pengamat juga mengungkapkan sulitnya partai-partai non-parlemen untuk masuk Senayan.
Menurut analis politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, sulitnya partai non-parlemen lolos ke Senayan disebabkan banyak faktor.
"Saya melihat penyebabnya banyak faktor, salah satunya tentu soal uang. Partai-partai baru yang non-parlemen itu ya mereka tidak punya uang. Kalaupun punya uang, mungkin uang [itu] tidak turun, tidak tereksekusi di lapangan," kata Ujang.
Faktor kedua, menurut Ujang, calon pemilih sudah dikelola partai lain, terutama partai besar dan partai menengah. Ia mengatakan, partai-partai atas dan menengah merawat dan membantu konstiuen mereka. Maka itu, partai baru sulit bersaing.
Ia menambahkan, faktor ketiga adalah modal. Menurutnya, partai atas dan menengah punya modal lewat para kader yang sudah di parlemen. Mereka menggunakan fasilitas yang diterima sebagai anggota dewan untuk membantu rakyat.
Alhasil, mereka mampu mendorong rakyat untuk kembali memilih mereka. Sementara partai baru atau non-parlemen tidak bisa menggunakan pendekatan tersebut.
"Jadi pemilih dirawat dan dijaga, sehingga mereka tetap eksis sebagai partai besar dan partai menengah dan [menyebabkan] partai kecil sulit naik," sambungnya.
Ujang menilai, partai baru maupun non-parlemen punya tantangan berat untuk lolos di sisa waktu yang kurang dari sebulan.
Menurutnya, partai baru sudah melewati masa berat untuk lolos verifikasi, dan kini adalah momen ujian terberat untuk meraih suara pemilih. Ia pesimis partai-partai non-parlemen itu bisa lolos ke Senayan dalam waktu kurang dari 30 hari untuk menarik pemilih.
"Berat untuk bisa lolos [ke Senayan] hanya dalam waktu sebulan lagi kalau mereka tidak punya kekuatan modal yang bagus dan efektivitas jaringan politik yang kuat," kata Ujang.
Tak beda dengan Ujang Komarudin, analis politik Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah, juga menilai partai non-parlemen maupun partai baru sulit untuk meraih suara signifikan. Alasannya, menurut Dedi, karena bagi publik parpol sudah tidak menarik. Maka itu, partai lama yang sudah memiliki jaringan akan lebih diuntungkan.
"Parpol sebenarnya sudah tidak menarik bagi publik, itulah sebabnya partai baru sulit beranjak melewati ambang batas parlemen. Sementara partai mapan sudah miliki jaringan pemilih cukup loyal dan stabil. Artinya tidak ada partai yang alami peningkatan signifikan kecuali ada kejadian besar, misalnya Gerindra karena ada imbas heroisme Prabowo," kata Dedi, Rabu (17/1/2024).
Menurut Dedi, pemilih saat ini leih suka memilih tokoh karena mereka berharap ada tindakan nyata. Sementara partai politik dinilai tidak memiliki hubungan dekat secara langsung dengan rakyat.
"Itulah sebabnya sulit bagi parpol untuk meningkatkan daya pilih, tetapi mudah untuk turunkan elektabilitas," kata Dedi.
Dedi menilai, cara yang bisa dilakukan partai politik adalah membangun jaringan pemilih secara langsung di akar rumput. Mereka, tambahnya, tidak bisa mengandalkan promosi dan propaganda, apalagi janji.
"Di luar itu, mereka perlu tokoh kuat yang bisa mendulang suara," pungkasnya.
Tanggapan Partai yang Belum Punya Kursi di Senayan
Ketua BPPN Partai Ummat, Taufik Hidayat, yakin partainya bisa lolos ke parlemen. Menurutnya, perhitungan internal partai yang mendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ini sudah menunjukkan angka keterpilihan sebesar 2-3 persen meski di berbagai survei masih di angka 0,2-1 persen.
"Menurut hitungan analisa internal kami, kemungkinan besar kami sudah di angka sekitar 2 hingga 3 persen. Kami lagi kejar yang sisa 1 persen lagi untuk lolos 4 persen," kata Taufik, Rabu (17/1/2024).
Taufik mengatakan, mereka sudah punya sejumlah strategi, salah satunya menggenjot iklan di media sosial per dapil prioritas seperti Sumatra, Banten, Jabar, dan DKI Jakarta.
Di sisi lain, tambah Taufik, mereka juga bekerja sama dengan Timnas AMIN untuk mengelola isu yang bisa menaikkan elektabilitas AMIN dan Partai Ummat.
Ia mencontohkan, arahan Anies di semua tempat kampanye agar selalu mendukung partai-partai pengusung dan pendukung AMIN agar kursi legislatifnya meningkat. Tujuannya, agar kebijakan AMIN jika mereka menang bisa diamankan di parlemen.
Taufik yakin ada kejutan yang bisa meningkatkan elektabilitas partai yang dipimpin Ridho Rahmadi itu.
Ia mengaku Partai Ummat sudah mendapat sejumlah keuntungan seperti dari kasus Rempang, blunder Zulhas Ketum PAN, dan pernyataan Gus Ipul yang mengaitkan dukungan pilpres dengan Abu Bakar Baasyir dan Amien Rais.
"Isu-isu tersebut akan bisa mendongkrak simpati ke Partai Ummat. Semoga Allah Swt menolong perolehan suara kami agar lolos 4 persen dengan kejutan kejutan isu di hari-hari terakhir [menjelang pencoblosan],” kata Taufik.
Partai Bulan Bintang (PBB) yang tergabung dalam koalisi pengusung pasangan Prabowo-Gibran, juga menyadari posisi mereka masih di bawah. Akan tetapi, mereka menyatakan kadernya justru semakin semangat untuk menembus 4 persen di Pilpres 2024.
"Apabila melihat kilas balik Pemilu 2019, jumlah di berbagai survei ini sudah mencapai dua kali lipat dari perolehan suara yang kami dapatkan sebelumnya di pemilu tersebut. Artinya, apa yang kami jalankan selama ini benar dan mendapatkan respons poisitif dari masyarakat tentang keberadaan PBB," kata Waketum PBB, Yuri Kemal Fadlullah, kepada Tirto, Rabu (17/1/2024).
Menurutnya, kehadiran Prabowo-Gibran akan memengaruhi suara PBB dan menaikkan elektabilitas partai yang dipimpin Yusril Ihza Mahendra itu.
"Mengenai coattaileffect (efek ekor jas) dukungan terhadap Prabowo-Gibran, pasti memiliki efek yang juga mengangkat suara. Kami berkeyakinan dengan program Prabowo-Gibran yang inline dengan program partai kami, kami bisa mewujudkan threshold 4 persen di pemilu kali ini," kata Yuri.
Selain itu, menurut Yuri, partainya juga akan melakukan upaya sendiri, seperti menggelar bazar di berbagai titik di seluruh Indonesia.
Mereka, tambah Yuri, sudah melakukan uji coba di dua kabupaten di Belitung dan berhasil menarik minat warga. Mereka akan menggunakan program tersebut sebagai upaya meningkatkan elektabilitas PBB.
"Harapannya, dalam sisa waktu kampanye tersisa, program bazar ini akan meningkatkan elektabilitas PBB serta dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat pada khususnya," kata Yuri.
Di luar itu, imbuhnya, PBB juga melakukan kegiatan lain yang mengundang masyarakat secara masif seperti jalan santai, touring, hingga senam sehat. Mereka juga mengonsolidasikan kekuatan internal mulai dari tingkat ranting hingga pusat untuk meningkatkan elektabilitas PBB.
Sementara itu, politikus Perindo, Tama S. Langkun, memastikan bahwa semua hasil survei diperhatikan oleh Perindo.
Menurutnya, hasil survei dan semua informasi berkaitan dengan Perindo akan ditelaah oleh partai apakah sesuai dengan realita tentang elektabilitas dan popularitas. Tama yakin Perindo bisa lolos ke parlemen dengan waktu tersisa.
"Kami menilai bahwa waktu yang ada masih cukup. Kami terus kerja keras untuk bisa melewati ambang batas," kata Tama, Rabu (17/1/2024).
Tama mengatakan, Perindo optimis bisa lolos karena mereka memegang data internal bahwa partai besutan Hary Tanoe itu sudah tembus angka 4 persen. Menurutnya, internal partai sudah memahami situasi di lapangan sehingga yakin Perindo bisa tembus 4 persen ambang batas parlemen.
Selain itu, ia juga memastikan bahwa Perindo akan terus berjalan sesuai dengan strategi dan arahan Hary Tanoe selaku ketua umum partai. Mereka, menurutnya, akan menjalankan tugas untuk mencari suara sebanyak mungkin dan membangun komunikasi dengan rakyat.
Ia menekankan, Perindo saat ini punya keyakinan akan lolos parlemen karena Perindo di 2019 sudah mengantongi 2,7 persen.
Pria yang juga aktivis antikorupsi ini melihat Perindo saat ini sudah berbeda dengan Perindo pada Pemilu 2019. Menurutnya, banyak orang mulai merapat ke Perindo sehingga ia yakin partai ini bisa memperoleh suara lebih tinggi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Irfan Teguh Pribadi